Aktifis lingkungan asal Jawa Timur Indonesia, Prigi Arisandi, hari ini sedang berada di Oprah Theatre, San Francisco, Amerika Serikat untuk menerima penghargaan The Goldman Environmental Prize. Ini adalah penghargaan level dunia yang diberikan kepada orang-orang yang menaruh perhatian lebih kepada lingkungan.

“Prigi Arisandi initiated a local movement to stop industrial pollution from flowing into his city’s river that provides drinking water to three million people”, tulis website resmi The Goldman Environmental Prize.

Dia bersama 5 orang yang lain menerima penghargaan ini; Raoul Du Toit dari Zimbabwe, Dmitry Lisitysn dari Rusia, Ursula Sladek dari Germany, Hilton Kelley dari USA dan Francisco Pineda dari El Salvador. Setiap pemenang berhak atas 150 ribu dolar Amerika.

Prigi dengan LSM Ecoton yang dibentuknya saat menjadi mahasiswa, mendekati berbagai kalangan, mulai sesama aktifis lingkungan hingga pemerintah. Ia tidak segan-segan memperkarakan industri yang membandel membuang limbahnya ke Kali Surabaya. Bahkan Gubernur Jawa Timur pernah digugatnya karena dianggap lalai dalam menjaga mutu Kali Surabaya.

Di kalangan aktifis lingkungan, alumni Fakultas MIPA-Biologi Unair itu dikenal sebagai sosok yang baik hati, tidak pelit berbagi ilmu. Bahkan Prigi Arisandi telah menjadi langganan mentorship Ashoka Indonesia, LSM internasional yang getol mengajak generasi muda peduli terhadap lingkungan.

Salah satu kiprahnya juga melibatkan anak-anak

Bagi Prigi, menikmati air bersih adalah hak seluruh masyarakat. Sungai yang dulu jernih kini sudah berubah fungsi menjadi tempat pembuangan limbah cair, sehingga kotor dan tercemar. Menurut Prigi, ini adalah sebuah kesalahan pengelolaan dari lembaga-lembaga yang terkait, dan hal ini harus diluruskan. Diapun membentuk kegiatan yang dia beri nama Detektif Kali Surabaya yang melibatkan banyak anak-anak yang juga peduli pada lingkungan.

Ide Detektif Kali Surabaya ini diawali karena anak merupakan korban atau makhluk yang paling rentan terhadap pencemaran yang terjadi di Kali Surabaya. Saat ini, Kali Surabaya menjadi tempat pembuangan limbah bagi 800 industri di sepanjang sungai ini. Industri telah memberikan efek yang sangat mengkhawatirkan karena air Kali Surabaya yang menjadi bahan baku air minum bagi jutaan orang Surabaya ini juga tercemar oleh Merkuri dan zat-zat kimia lainnya.

Pencemaran ini, (dari data yang ada) menurut Prigi Arisandi, telah menimbulkan dampak yang serius. 80% anak-anak yang tinggal di sepanjang Kali Surabaya mengalami gejala pelambatan penangkapan dalam belajar. Penelitian lain menunjukkan, bahwa kurang lebih 60% anak-anak usia 0 hingga 18 tahun yang menderita kanker, tinggal di sepanjang Sungai Brantas dan kali Surabaya. Hal ini membuktikan, bahwa pencemaran Kali Surabaya membawa dampak yang serius pada anak-anak –terutama mereka yang dalam masa pertumbuhan-.

Program Detektif Kali Surabaya ini dimulai sejak tahun 2003, melibatkan 7 sekolah di sepanjang Kali Surabaya. Meliputi wilayah Mojokerto, Sidoarjo, Gresik dan Surabaya. Sampai 4 tahun berjalan, program ini sudah berhasil mengajak 24 sekolah untuk terlibat aktif dalam kegiatan pemantauan kualitas lingkungan di Kali Surabaya. Jumlah anak-anak yang berpartisipasi juga sudah mencapai 2000 orang, satu pencapaian yang dapat dikatakan cukup berhasil.

Detektif Lingkungan ini adalah sebuah training dengan pendekatan child to child, ke anak selama 6 bulan. Jadi selama 6 bulan ini mereka merekrut 30 orang anak dari 10 sekolah. Mereka berasal dari 10 sekolah ini berbeda dari hulu ke hilir. Mewakili 3 lokasi yang berbeda, kawasan hulu, tengah dan hilir. Kemudian peserta akan memberikan ekspresi yang mereka lihat, atau melakukan apresiasi berupa hasil investigasi berupa poster, reportase, foto.

Dari hasil pantauan itulah, selama 3 hari selanjutnya, anak-anak itu dilibatkan dalam sebuah bengkel kerja, dimana dalam bengkel kerja ini, mereka membuat rencana dimana mereka akan melakukan pemantauan dan laporan di lokasi dimana mereka tinggal.

Prigi sengaja membagi anak-anak ini ke dalam 3 kelompok, berdasarkan lokasi tempat tinggal mereka. Anak-anak yang tinggal di hulu yang airnya masih jernih akan menceritakan, jika di wilayahnya masih banyak keanekaragaman hayati yang mereka jumpai, seperti serangga dan mahluk invertebrate lainnya. Termasuk juga tumbuh-tumbuhan sungai. Ini sangat kontras dengan anak-anak yang tinggal di daerah hilir, dimana di wilayah tersebut, air sungainya sudah tercemar.

Dari hasil berbagi pengalaman itu, kemudian, anak-anak tersebut lalu membuat sebuah rencana untuk melakukan perubahan yang positif demi kelangsungan hidup Kali Surabaya. Anak-anak ini yang nanti akan membuat perubahan. Dari hasil investigasi mereka, mereka melaporkan pada walikota, bupati, DPRD, guru-guru mereka dan media massa. Bahkan sempat Ketua DPRD Surabaya melakukan hearing dengan para detektif Kali ini , dan akhirnya mereka membuat sebuah riset penelitian di Kali Surabaya.

Program yang dirintis Prigi Arisandi ini ternyata mendapat sambutan hangat dari anak-anak dan juga orang tua serta guru mereka di sekolah. Dari pelibatan anak-anak ini menjadi detektif, sudah banyak hasil yang bisa dirasakan.

Banyak perubahan yang telah dibuat yaitu beberapa pengelolaan yang lebih partisipatif di beberapa daerah kawasan industri di Sidorejo. Beberapa anak pun telah membuat buku panduan tentang tumbuhan obat yang dapat ditemukan di Kali Surabaya, termasuk juga panduan tentang serangga dan mahluk invertebrate yang masih ditemukan di Kali tersebut.

Untuk share atrikel ini klik www.KabariNews.com/?36596

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :