Singo Lodoyo 2Mempromosikan Indonesia di Amerika Serikat bisa beragam cara. Salah satunya adalah melalui seni dan budaya seperti yang dilakukan oleh Singo Lodoyo USA. Singo Lodoyo melakukan pargelaran seni khas Indonesia, yaitu Reog Ponorogo. Paguyuban seni ini bisa dibilang cukup lama bertahan dan eksis di daratan Amerika. Bandi Wiyono, Ketua Singo Lodoyo USA kepada kabari mengatakan Singa Lodoyo USA terbentuk delapan tahun yang lalu.

“Ketika itu banyak teman-teman dari Ponorogo, Jawa Timur baik lelaki dan perempuan kumpul-kumpul dan mereka bercerita waktu di Indonesia. Di sela perbincangan itu kebetulan temen-teman ada yang bisa ngendang (bermain gendang, red), main reog dan lainnya. Kalau begitu kita patungan saja dan terkumpul puluhan ribu dollar. Uang itu kami belikan seperangkat Reog langsung dari Ponorogo, mulai dari gendang, gamelan, dadak merak, dan yang lainnya” kata Bandi.

Nama Singo Lodoyo sendiri diambil dari sejarah Reog Ponorogo. Singo-nya berasal dari Ponorogo sedangkan Lodoyo-nya itu berasal dari daerah Blitar. Reog ini, kata Bandi, juga sebagai ajang silaturahmi, menambah teman dan melekatkan persaudaraan. “Dan masih ok terbina sampai sekarang. Saat kita merasa capek bekerja dengan reog-an itu capek kita menjadi hilang” tutur Bandi.

Singo Lodoyo 7Nama dan alat sudah di tangan, Singo Lodoyo pun pentas di beberapa event kebudayaan sampai ke luar kota Washington yang merupakan basis Singo Lodoyo. Namun Bandi menambahkan pentas Singo Lodoyo tidak hanya untuk orang Indonesia saja, melainkan para masyarakat di Amerika Serikat. Tercatat Singo Lodoyo pernah unjuk gigi di festival hari kemerdekaan AS atau The US 4th July Independence Day Festival di Washington, DC. Pada 15 April 2010 mereka membuat kagum penonton Amerika dan internasional di Festival Tahunan Cherry Blossom yang terkenal di jantung kota Washington, DC.

Singo Lodoyo pernah tampil di Asia Heritage Festival pada 22 Mei 2010 di Pennsylvania Avenue, Washington, DC dengan Capitol Hill sebagai latar belakangnya. Panitia penyelenggara bahkan memberi kelompok ini hak istimewa untuk memilih waktu pementasan mereka di saat prime time pertunjukan. Bahkan baru-baru ini Singo Lodoyo pentas dalam acara internasional Bowie’s International Festival yang diselenggarakan setiap tanggal 4 Oktober.

Bandi mengatakan Singo Lodoyo tak pernah sepi pentas, hanya saja terkendala soal waktu. Bandi bilang kesempatan bermain selalu ada tetapi waktunya terkadang tidak ada karena banyak personil Singo Lodoyo yang bekerja. “Di hari biasa memang sulit tetapi di hari Minggu kita baru menampilkan reog yang sebenarnya” katanya. Dalam sekali pentasnya, Reog Singo Lodoyo memboyong puluhan anggotanya yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Kalau untuk ful Reog Ponorogo sekitar 35 orang sedangkan yang sederhana hanya menampilkan 20-25 orang. “Mereka semuanya naik bis, ya kalau pentas di luar kota hitung-hitung piknik keluarga juga dan semuanya dibawa senang saja“ kata Bandi.

Singo Lodoyo 6Singo Lodoyo 5Akan halnya pergi pentas dengan banyak orang tentu memerlukan biaya yang besar. Namun untungnya pentas Singo Lodoyo dibayar dengan imbalan. “Ya hitung-hitung uang capek saja misalnya kalau kita main di Bowie orang Amerika menghargai dan membayar kami” katanya. Dan dari uang itu lantas dikumpulkan di kas, dan setelah banyak uang yang terkumpul kemudian digunakan untuk melakukan tur atau jalan-jalan seperti ke Niagara, dan tempat lainnya di Amerika. “Intinya dari kita kembali ke kita” imbuh Bandi.

Selayaknya kelompok seni lain yang akan berlatih sebelum pentas. Hal ini juga dilakukan oleh Singo Lodoyo. Reog, kata Bandi, jika dilihat secara formal seperti itu-itu saja gerakan tetapi tetap saja membutuhkan latihan seperti gerakan-gerakan dan menciptakan gerakan kreasi baru supaya tidak bosan. Dan biasanya latihan dilakukan tiga atau dua hari sebelum melakukan pementasan. “Untuk berkreasi sendiri kami juga dibina oleh lulusan ISI Yogyakarta” kata Bandi.

Sebagai paguyuban seni khas Jawa Timur yang masih bertahan sampai sekarang di Amerika Serikat, Singo Lodoyo mempunyai harapan di masa depannya. Seperti yang Bandi katakan bawah mereka yang tergabung dalam Singo Lodoyo punya komitmen supaya dapat maju dan professional, sekaligus menunjukkan ke mata orang Amerika serikat bahwa reog Ponorogo ini seperti ini dan berasal dari Indonesia. “Dari semua paguyuban seni disini, khususnya di Washington kita itu bersatu padu memperkenalkan seni Indonesia” pungkas Bandi (1009)

Klik disini untuk melihat Majalah Digital Kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?71282

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Asuransi Mobil