Kabari News – Dalam rangka berbagi pengetahuan tentang Taman Nasional Yellowstone di Amerika, American Corner ITB bekerjasama dengan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB menyelenggarakan diskusi bertemakan “Yellowstone and Beyond: Discovering America’s National Park”. Seperti dikutip dari itb.ac.id, Sabtu, (17/10), acara yang diselenggarakan pada Jumat (16/10/14) di Ruang Serbaguna Perpustakaan ITB, Jennifer Uhler sebagai Regional English Language Officer (RELO) dari Kedutaan Besar Amerika Serikat hadir menjadi pembicara.

Taman Nasional Yellowstone merupakan taman nasional pertama di dunia. Dengan area seluas 8.987 kilometer persegi yang sebagian besar berada di Wyoming. Yellowstone menjadi habitat alami bagi berbagai jenis spesies satwa liar yang hidup di dalamnya. Pengunjung dapat melihat langsung mulai dari rusa, bison, tupai, beruang coklat hingga satwa-satwa yang terancam punah seperti elang botak, beruang Grizzle, dan lynx.

Dari segi dunia flora, Yellowstone merupakan salah satu hutan petrified forest terbesar di dunia. Selain itu, sebagai gunung berapi yang masih aktif dengan potensi gempa hingga 2000 kali dalam setahun, beberapa area di Yellowstone juga kerap menunjukkan aktivitas geotermal yang menarik seperti greyser, semburan uap yang terpancar ke atas, hingga menjadi pertunjukan tersendiri bagi pengunjung.

“Yang menarik adalah semua keindahan itu merupakan area publik yang artinya milik semua orang. Jadi, Yellowstone terbuka bagi siapapun yang ingin menikmati keindahan alamnya dengan harga tiket yang cukup murah,” tutur Jennifer. “Yellowstone kini merupakan ikon perjalanan bagi orang Amerika. Orang bisa pergi ke sana bersama keluarga atau teman untuk berkemah, memancing, berkuda, naik perahu, bersepeda, mendaki, atau sekadar berjalan-jalan. Seringkali juga ada kelas, program kerja, atau kegiatan internasional yang diselenggarakan di Yellowstone,” jelas wanita kelahiran Wyoming ini.

Dalam menjaga keindahan alam tersebut, Taman Nasional Yellowstone menghadapi berbagai tantangan dari masa ke masa. Dulu penebangan liar, perburuan ilegal, pengrusakan alam, hingga membuang sampah sembarangan menjadi masalah utama yang dihadapi. Setelah pihak pemerintah memperketat penegakan hukum dan meningkatkan kesadaran masyarakat secara intensif, perlahan masalah tersebut dapat diatasi.

Kini seiring tingginya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yellowstone hingga mencapai tiga juta pengunjung per tahun menjadi masalah tersendiri. Belum lagi masalah klasik yang selalu dihadapi akibat keringnya cuaca, yakni kebakaran hutan.”Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana menjaga alam tetap alami. Dengan banyaknya pengunjung, menjaga kelestarian alam menjadi isu besar. Yellowstone terus berusaha untuk menyeimbangkan agar kepentingan bisnis bisa sejalan dengan kelestarian lingkungan,” tutur Jennifer.

Dalam hal ini, Jennifer turut menyorakan semangat untuk potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Dimulai dari potensi keindahan alam, jumlah fauna, dan jumlah flora yang dimilki Indonesia. “Saya rasa Indonesia mempunyai jauh lebih banyak potensi keindahan alam yang bisa dikembangkan namun tetap harus dijaga. Kita perlu belajar untuk menikmati serta menghargai alam ini,” tutupnya. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?71757

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
______________________________________________________

Supported by :

 intero

 

 

 

Kabaristore150x100-2