Seperti soal gaya hidup, Farrah (29), wanita berdarah Betawi yang lahir dan besar di Jakarta tapi sudah bertahun-tahun tinggal di San Francisco Bay Area ini mengungkapkan, ”Tinggal di Amerika Serikat sangatlah berbeda dari Indonesia, tentunya karena mayoritas penduduk disini non-Muslim. Tidak seperti Indonesia yang tiap tahun merayakan hari raya lima agama yang ada di Indonesia contohnya Hari Natal dan Hari Lebaran, di Amerika Serikat hanya hari Natal yang menjadi hari raya libur nasional. Maka, tinggal di sini merupakan tantangan bagi saya untuk menjalankan kewajiban saya sebagai Muslimah, terutama shalat lima waktu dan berpuasa di bulan Ramadan.” katanya.

Dia juga mengatakan kegembiraannya tinggal di San Francisco, “Di lain pihak, saya sangat beruntung tinggal di San Francisco karena kota ini penuh dengan orang-orang yang berpendidikan dan berpikiran terbuka. Akan tetapi tantangannya adalah saya ingin menerangkan bahwa Islam itu bukanlah agama teroris seperti yang sering dibeberkan di media setelah 9/11.” katanya.

Wanita sulung berparas cantik ini juga sempat menceritakan sedikit pengalamannya ketika harus beradaptasi dengan kehidupan di Amerika. ”Saya pernah tinggal di kota kecil Santa Rosa, disana saya harus menerima bahwa tidak banyak restoran yang menyediakan makanan halal. Cuma itu saja, selebihnya, kebanyakan mereka bersikap positif ketika mereka mengetahui bahwa saya Muslim. Justru tak jarang mereka tertarik dan bertanya tentang Islam. Dan menurut saya ini kesempatan baik untuk mengenalkan Islam kepada mereka.” ujarnya.

Farrah mengatakan media memiliki peranan penting dalam soal mentralisisir kesalahpahaman atau miss-perception antara Amerika dan dunia muslim. Farrah yang rajin berolah-raga ini berkata, “Menurut saya, kebanyakan orang di Amerika belum begitu mengerti tentang Islam, dan mereka mengira Islam identik dengan teroris atau kekerasan. Sayangnya, satu-satunya tempat mereka mengenal Islam adalah melalui media. Dan ironisnya, informasi yang dibeberkan media tidak selalu benar. Selain itu, pelaku teror kerap mengatasnamakan agama sebagai alasan.” kata Farrah.

Lebih lanjut Farrah merasakan ada beberapa perubahan besar setelah tragedi 9/11. Wanita yang belum lama menikah ini menjelaskan, “Ada sisi baik maupun buruk seusai kejadian 9/11. Saya rasa kita semua tahu sisi buruknya, sisi baiknya adalah lebih tereksposnya agama Islam ke dunia. Lebih banyak orang yang akhirnya berani bersuara dan mengetengahkan citra islam sebagai agama yang penuh cinta dan damai seperti halnya agama lain.”

Farrah menekankan, penggunaan atas nama agama pun bisa saja dilakukan oleh orang-lain dengan agama tertentu. “Akan selalu ada orang-orang yang menggunakan nama agama demi memperoleh keuntungan pribadi.” kata Farrah.

Bahkan kini dia bertemu dengan kaum Muslim lebih banyak dan bahkan berkenalan dengan orang-orang Mualaf (orang yang menjadi Muslim) setelah tragedi 9/11.

Farrah juga berpendapat bahwa Presiden Barack Obama telah mengubah persepsi dan perilaku mayoritas masyarakat Amerika Serikat terhadap kaum Muslim Amerika Serikat. “Masyarakat Amerika menyadari -generalisasi-an muslim hanya berdasarkan tindakan seorang muslim adalah tindakan yang tidak adil.” katanya.

Farah berujar bahwa kejadian seperti itu menyadarkannya sebagai warga Muslim-Amerika. “Saya merasa berhutang-budi kepada lingkungan saya, merekalah yang mengingatkan saya untuk memberi pemahaman dan menunjukkan kepada orang-orang awam bahwa Islam itu sama seperti agama yang lain. Pokoknya menurut saya jadilah panutan yang baik, just be a good Samaritan.” katanya.

Sebagai wanita Muslim Indonesia-Amerika, untungnya Farrah tidak pernah mengalami diskriminasi dan hambatan besar ketika orang tahu bahwa ia seorang Muslimah. “Nggak tuh. Kebanyakan orang tahu saya beragama Islam setelah berteman dengan saya. Jadi mereka kenal sekali saya pribadi dan bagaimana perilaku saya ketika sedang bersosialisasi.”. ujar Farrah sembari mencontohkan bahwa ketika berpuasa, teman-temannya tidak akan mendekatinya ketika sedang makan, atau tidak memasak daging babi ketika acara kumpul-kumpul.

Jadi apa harapan Farrah untuk warga Muslim di Amerika, khususnya Indonesia-Amerika? Dengan semangat, wanita murah senyum menjawab, “Saya berharap suatu hari ada seorang Muslim Indonesia-Amerika yang akan menjadi Duta Besar bagi kaum Muslim Indonesia di Amerika Serikat. Tunjukkan kepada dunia bahwa komunitas Muslim Indonesia-Amerika maupun bangsa Indonesia adalah bangsa yang peduli dan penuh kasih sayang. Seperti yang saya sebut diatas, just be a good Samaritan.” (inna)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?33498

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Allan Samson