Sejak kasus suap Wisma Atlet di Palembang ramai dibicarakan
orang, banyak nama terseret. Nyanyian Nazaruddin menyebutkan bahwa dana
korupsi yang dia terima mengalir ke beberapa orang. Anas Urbaningrum
disebut menerima sekitar 16 milyar rupiah. Menpora Andi Mallarangeng, 9
milyar, beberapa anggota DPR sebesar 9 milyar dan beberapa pejabat kepolisian USD 80 ribu. Semua pihak yang disebut nama oleh Nazaruddin membantahnya, termasuk seniornya di Partai Demokrat, Anas Urbaningrum.

Siapa Anas? Seberapa penting dia di dunia politik Indonesia?

Masih muda, pendiam, santun dan pelan bila bicara. Namun jangan tanya
bila dia melakukan orasi di mimbar. Orang akan terpana dengan ketua
Umum Partai Demokrat (DPP-PD) ini. Memang
sekarang, umur dan senioritas tak jadi jaminan. Tak hanya di Indonesia.
Siapa yang berprestasi dan dapat diandalkan, rakyat akan jatuh cinta dan
memilihnya. Tahun lalu, tak ada yang mengira Anas Urbaningrum bakal
terpilih menggantikan Hadi Utomo (ipar SBY)
memimpin partai kecil yang membesar itu. Saat itu saingannya cukup berat
: Marzuki Alie (Sekjen Partai Demokrat waktu itu) dan Andi Mallarangeng
(AM) yang sekarang menjabat menteri Pemuda dan Olahraga.

Ketika itu, Andi Mallarangeng secara terang-terangan sangat didukung
oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Andi yang sebelumnya menjadi juru bicara
Presiden ini memang kelihatan percaya diri pada kampanye ketua umum PD
dengan selalu didampingi oleh putra bungsu SBY, Ibas (Edhie Baskoro Yudhoyono). Belum lagi iklan di harian Kompas, sehalaman penuh.

Tak ada gembar-gembor kampanye dari AU (inisialnya ketika kampaye
ketua partai tahun lalu). Satu-satunya kampanye (kalau boleh ini disebut
kampanye) dari AU adalah, ketika menuju ke Bandung sekitar tanggal 19 Mei
via status FB yang berbunyi : OTW Bandung. ‘Meriung bersama Intelektual Bandung Membahas Revolusi Sunyi: Mengapa PD dan SBY
Menang Pemilu 2009’ Buku hasil catatan saya atas pemilu 2009.
Kawan-kawan, sahabat, senior, saudaraku, bapak / ibu kalau berminat
sudilah kita kiranya bertemu muka dan bertukar fikiran untuk saling
memberi masukan satu sama lain. …cu at Aula Pikiran Rakyat,Jl Sukarno Hatta No 147,Bandung.

Kawan Anas di FB tercatat sekitar 5000 lebih. Tak semua orang partai.
Ada wartawan, mahasiswa, orang partai dan beberapa kalangan
intelektual. Selebihnya apa yang dilakukan Anas ketika mencalonkan diri
untuk ketua partai? Sunyi. Tak ada iklan di media massa. Tak ada baliho
di jalan Tak ada apa-apa. Benar-benar Revolusi Sunyi.

Mengandalkan kerja dan mesin politik

Tertempa memimpin HMI (Himpunan Mahasiswa
Islam), AU seperti paham benar bagaimana dia harus berkerja untuk
partai. Setiap minggu dia berkeliling ke daerah dan mendatangi kader.
Minggu ini di Papua Barat, dua hari kemudian di Medan, dua hari
selebihnya di Jawa Timur. Sehingga banyak kesempatan baginya untuk
menemui para kader demokrat seluruh Indonesia, sekaligus membangun
hubungan emosional dengan mereka. “Dasarnya sama dengan ketika masih
sekolah, seperti soal yang harus kita selesaikan dengan baik,” katanya
tentang karir politiknya.

Lahir di Blitar dari keluarga yang juga ‘pendiam’. Di beberapa kesempatan terkesan Anas memiliki kesantunan seperti SBY. Teman-temannya mengeluh, karena dia dikenal sebagai orang yang tak mau Kolusi Korupsi Nepotisme (KKN). Beberapa rekan ketika kuliah S1 berkata “ Jangan harap deh dapat proyek dari dia”.

Lulus sebagai terbaik di angkatannya. “Dia lebih sering tidur ketika
kuliah. Tapi saat dosen menyuruh menerangkan kembali topik kuliah hari
itu, dia bisa menjawab dengan benar,” ujar seorang temannya ketika
menempuh ilmu Politik di Universitas Airlangga.

Menikah dengan Tya, anak pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
dan memiliki 4 orang anak. Anas bergabung dengan PD pada tahun 2005.
Hadi Utomo yang merupakan mantan ketua PD sangat yakin akan kemampuan
Anas dalam berpolitik. Anas yang juga kandidat doktor di UGM
ini, pada beberapa kesempatan sebelumnya sangat mengandalkan mesin
politik. Dia tidak percaya pada hasil sempurna dengan usaha yang kilat.
“Tahun 2011-2013 adalah tahun kerja. 2014 adalah tahun politik, “katanya
sambil mengisyaratkan soal Pemilihan Umum tahun 2014.

Mungkinkah Anas maju menjadi calon Presiden dari Partai Demokrat ? Di
tengah masalah yang menghimpitnya, termasuk kasus Nazaruddin? Pernah
dalam satu kesempatan berhadapan dengan partai lain saat kampanye
Presiden tahun 2009, dia mengatakan : Kami bergerak, Kami terus
bergerak. Meski kelihatan diam, kami terus bergerak dan bekerja. Anas
sangat memahami setiap apa yang dilakukan, sekecil apapun pada masa kini
akan punya andil untuk masa mendatang. Dia juga sadar, bahwa sebuah
pencapaian tidak hanya didapat seketika itu juga. (Indah)

Profil : 

Nama : Anas Urbaningrum (AU)
Status; Menikah dengan Athiyah Laila Attabik (Tya), empat anak
Lahir : Ngaglik, Srengat, Blitar- Jawa Timur, 15 Juli 1969.
SD –SMA : di Blitar
S1 : Ilmu Politik – FISIP Unair
S2 : ilmu Politik – FISIP UI
S3: ilmu Politik di UGM (masih ditempuh)


Pengalaman :

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat 2010-2015
Anggota DPR RI dan Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI Periode 2009-2014 (mengundurkan diri pada 2010)
Pimpinan Kolektif Nasional KAHMI 2009 – sekarang
Ketua Yayasan Wakaf Paramadina 2006 – sekarang
Ketua DPP Partai Demokrat 2005-2010
Anggota KPU 2001-2005
Anggota Tim Seleksi Parpol Peserta Pemilu 1999 (Tim 11), 1999
Anggota Tim Revisi UU Politik (Tim 7), 1998
Ketua Umum PB HMI 1997-1999

Twitter (akun: @anasurbaningrum)

Penghargaan : Bintang Jasa Utama dari Presiden RI, 1999

Tulisan/Karya:

Revolusi Sunyi: Mengapa Partai Demokrat dan dan SBY Menang Pemilu 2009 (Jakarta: Teraju) 2010
Bukan Sekadar Presiden (Jakarta: Hikmah), 2009
Takdir Demokrasi: Politik untuk Kesejahteraan Rakyat, (Jakarta: Teraju), 2009
Menjemput Pemilu 2009, (Jakarta: Yayasan Politika), 2008
Melamar Demokrasi: Dinamika Pemilu Indonesia, (Jakarta: Republika), 2004
Islam-demokrasi: Pemikiran Nurcholish Madjid, (Jakarta: Republika), 2004
Pemilu Orang Biasa: Publik Bertanya Anas Menjawab,Jakarta: Republika), 2004
Ranjau-Ranjau Reformasi: Potret Konflik Politik Pasca Kejatuhan Soeharto, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 1999
Jangan Mati Reformasi, (Jakarta: Yayasan Cita Mandiri Indonesia), 1999
Menuju Masyarakat Madani: Pilar dan Agenda Pembaruan, (Jakarta: Yarsif Watampone),1997.

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?37003

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :