Sejak dulu memang sudah banyak perdebatan mengenai asal mula
beragam budaya yang kini ada di Betawi. Paralel dengan perdebatan sejak kapan kaum
Betawi eksis. Pakar masalah Betawi seperti Ridwan Saidi mengungkapkan bahwa
orang Betawi sudah ada sejak jaman Neolitikum. Sementara Lance Castle,
sejarawan Belanda, mengatakan bahwa yang disebut kaum Betawi baru muncul pada
tahun 1930, saat sensus penduduk dilakukan. Pada sensus penduduk sebelumnya,
kaum Betawi tidak disebutkan. Kala itu sensus memang dilakukan berdasarkan etnis
atau asal keturunan.

Namun terlepas dari itu, memang kemunculan kaum Betawi baru
terdengar secara nasional pada saat Muhamad Husni Thamrin mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi.

Sebelumnya etnis Betawi hanya menyebut diri mereka
berdasarkan lokalitas saja, seperti Orang Kemayoran, Orang Depok, Orang Condet,
Orang RawaBelong dan sebagainya.

Lalu bagaimana dengan munculnya ragam budaya di Betawi ? Mengenai
hal ini, tak dapat dipungkiri bahwa mulai terjadi saat Sunda Kelapa Menjadi Pelabuhan
Internasional yang ramai dikunjungi kapal-kapal asing pada abad 12. Kemudian
pada abad 14 sampai 15, Sunda kelapa dikuasai Portugis. Mereka juga banyak
memberi pengaruh kebudayaan yang kuat kala itu.

Padat tahun 1526,  Pangeran
Fatahillah  menyerbu Sunda Kelapa dan
menamakan daerah kekuasaannya dengan nama Jayakarta
. Sejak dikuasai Fatahillah, kota Jayakarta banyak dihuni oleh orang
Banten, Demak dan Cirebon.

Lalu saat Jan Pieterzoon Coen menguasai Jayakarta dan
mendirikan Batavia,
dimulailah mendatangkan etnis Tionghoa yang terkenal rajin dan ulet bekerja
untuk membangun ekonomi Batavia.  Coen juga mendatangkan banyak budak dari Asia
Selatan dan Bali.

Perlahan tapi pasti kebudayaan di Batavia kala itu semakin semarak saja, karena
setiap etnis biasanya juga membawa dan mempengaruhi kebudayaan setempat.

Ditambah lagi umumnya para budak atau etnis tertentu yang
didatangkan ke Batavia
adalah pria. Sehingga disini mereka kemudian kawin dengan wanita setempat dan
beranak pinak.

Disaat bersamaan pula para pedagang dari Arab dan India
juga terus berdatangan, oleh Belanda mereka di tempatkan di Pekojan. Semakin
hari semakin banyaklah pendatang dari India dan Arab, akhirnya mereka
pindah ke Condet, Jatinegara, dan Tanah Abang. Tak heran masih banyak warga
keturunan Arab di daerah-daerah tersebut.

Sementara para anak keturunan bangsa Portugis ditempatkan di
daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.

Dengan semakin beragamnya etnis di Betawai, maka setiap
etnis biasanya mempengaruhi setiap perayaan etnis Betawi. Seperti budaya
penyalaan petasan, Lenong, Cokek, hingga pakaian pernikahan adat Betawi yang
didominasi warna merah, itu semua dipengaruhi kuat oleh budaya Tionghoa.

Kemudian etnis Arab sangat mempengaruhi musik gambus dalam
warna musik marawis  dan Tanjidor.
Tanjidor sendiri adalah perpaduan budaya Eropa, Cina, Melayu dan Arab.
Sementara di kampung Tugu terkenal dengan budaya keroncong yang bersal
dari Portugis.(yayat)

 Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?31601

Mohon Memberi Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Hosana1/4halaman

Your Dream Home

Klik www.go2hosana.com      Email : hosana@go2hosana.com

Telp.  714.865.1688