Kini ia mempunyai empat toko, rumah dan mobil mewah di Amerika. Inilah Benny Wiryawan, dimana sepuluh tahun lalu  ia hanya sebagai pembersih toilet

Amerika adalah impian. Tidak sedikit orang ingin hidup di Amerika dan berupaya masuk ke negeri ini dengan berbagai cara. Mereka, para imigran ini memunculkan pro dan kontra. Masih banyak orang di Amerika yang menentang keberadaan imigran, terutama imigran gelap. Para imigran ini bahkan dituding telah mencuri ribuan lowongan kerja di negara yang punya filsafat free speech itu.

Namun di lain pihak, tidak sedikit pula orang yang mendukung keberadaan mereka. Menurut para pendukung, imigran gelaplah yang mau dibayar murah dan bersedia bekerja kasar seperti cuci piring di restoran atau pembersih toilet di kantor. Tanpa mereka, bisnis-bisnis di seluruh Amerika bisa lumpuh.

Seorang diantara yang mau menjadi pembersih toilet dan tukang cuci piring itu adalah Benny Wiryawan, pria Sunda Betawi berusia 31 tahun  yang ke Amerika bukan sebagai imigran gelap. Saat ini, Benny, begitu dia biasa dipanggil, dikenal sebagai pengusaha dan memiliki dua toko dan dua stand di beberapa mal Bay Area.

Tokonya bernama Allure Shoes and Accessories, berlokasi di Tanforan Shopping Center dan Serramonte Mall. Sedangkan standnya bernama Jewelry Box dan Hiphop Style yang bisa ditemukan di Serramonte Mall. Benny yang sudah tinggal di Bay Area sekitar sepuluh tahun ini selalu berpakaian rapi dan bertutur kata halus. Benny boleh disebut sebagai orang yang rendah hati.

Walaupun sudah memiliki rumah, mobil mewah, serta empat toko, sama sekali tidak ada kesan sombong dari pria sulung ini. Dan, siapa menyangka, Benny memulai semuanya itu dengan “berprofesi” sebagai pembersih toilet. Sebelum menjadi orang sukses, ia juga pernah menjadi pelayan restoran, paperboy atau mengantar koran dari rumah ke rumah, serta berdagang kunci. Berikut obrolan Sabrina Fitranty dari Kabari dengan Benny:

Kabari : Apa yang membuat Anda merantau ke Amerika ? Benny Wiryawan : Sebetulnya saya datang ke sini mulanya untuk sekolah. Itu sekitar tahun 1997. Tapi, karena waktu itu kita dilanda krismon (krisis moneter), orangtua saya tidak sanggup lagi untuk membiayai sekolah saya. Akhirnya saya memutuskan untuk bekerja di Amerika, yang sampai sekarang ini. Kabari : Menurut Anda, tinggal di Indonesia tidak begitu memenuhi kebutuhan Anda atau keluarga ? Benny Wiryawan : Bukannya tidak memenuhi kebutuhan atau gimana ya, tapi karena situasi keuangan sudah tidak menentu pada waktu itu. Jadi, kayaknya tidak memungkinkan lagi untuk tinggal di Indonesia. Maka saya dan sekeluarga sepakat untuk pindah ke sini. Kabari : Tantangan apa saja yang Anda hadapi setelah memutuskan untuk tinggal dan bekerja di Amerika ? Benny Wiryawan : Tantangan cukup banyak, terutama izin tinggal. Karena sama sekali tidak gampang untuk tinggal di Amerika. Dengan melalui jalur-jalur yang ada akhirnya kami bisa menetap di sini. Kabari : Apa komentar dari keluarga dan teman-teman di Indonesia mengenai keputusan Anda untuk mengadu nasib di negeri Paman Sam ini ? Benny Wiryawan : Dari keluarga sih tidak ada. Tapi, banyak teman saya yang sedikit menentang dan merasa kehilangan. Mereka meyakinkan saya, bahwa bukan di Amerika saja kita bisa meneruskan hidup, tapi di Indonesia juga banyak jalan untuk men-support kehidupan kita dan keluarga. Tapi, entah kenapa saya lebih yakin dan mantap untuk mencoba tinggal dan mengadu nasib di sini. Kabari : Pendapat Anda tentang undang-undang imigrasi Amerika yang baru dikeluarkan, dimana orang-orang ilegal – jika sudah tinggal di Amerika lebih dari lima tahun bisa melamar dan mendapatkan Green Card. Menurut Anda apakah itu fair bagi orang-orang yang legal dan punya dokumentasi lengkap, tetapi sulit untuk mendapatkan permanent residents ? Benny Wiryawan : Untuk fair atau tidak, saya tidak bisa bilang, karena situasi orang di Amerika itu berbeda. Cuma pada dasarnya, orang-orang yang datang ke Amerika itu tujuannya adalah untuk mengubah nasib. Lewat jalur mana, urusan masing-masing. Kabari : Sudah lama Anda tinggal di Amerika, apa saja yang Anda rindukan dari Indonesia ? Benny Wiryawan : Kangen banyak-lah ya, terutama makanan. Terus tempat-tempat nongkrong di Jakarta. Tahu sendirilah, orang di sini hidupnya begitu saja – seperti robot. Kerja, pulang, kerja, pulang. Sosialisasi saya kurang sekali di sini. Kabari : Dengan banyaknya bencana alam dan tragedi pesawat atau kapal laut di Indonesia baru-baru ini, Anda merasa lega untuk menetap di Amerika dan tidak pernah pulang ke Indonesia ? Benny Wiryawan : Bencana alam dan tragedi bisa terjadi di mana-mana dan manusia tidak bisa menghindari hal itu. Contohnya gempa bumi. Karena menurut saya, semuanya itu tergantung sama yang di atas. Perasaan lega itu sama sekali tidak ada, kalau simpati, ya tentu saja. Kabari : Apakah Anda sudah puas dengan bisnis yang terbilang cukup sukses ? Ada angan-angan lain yang ingin Anda raih ? Benny Wiryawan : Saya cukup puas dan senang sekali dengan hasil jerih payah saya selama ini. Tinggal di Amerika ini memang jauh lebih enak, tapi saya punya “gol” untuk membuka bisnis saya di Indonesia. Sebab, dalam jangka panjang saya punya rencana untuk pulang ke Indonesia. Kabari : Maksud Anda pensiun di Indonesia ? Benny Wiryawan : Bukan berarti pensiun juga, tapi jika saya sudah mencapai modal yang besar, saya ingin sekali untuk memutarkan modal itu di Jakarta, agar bisa mengulang kembali kesuksesan saya. Dan kalau semuanya tercapai dengan keadaan yang memungkinkan, saya akan meneruskan hidup di Jakarta sebab saya lebih condong untuk hidup di sana. Kabari : Sekarang mari kita bicarakan tentang bisnis Anda, boleh diperjelas lebih dalam apa yang digeluti ? Benny Wiryawan : Bisnis saya bergerak dalam bidang retail. Produk yang saya tawarkan adalah aksesoris atau perhiasan, terutama untuk wanita. Termasuk gelang, kalung, anting, customized buckles (pembeli bisa memilih desain sendiri) buat ikat pinggang, dan bahkan grill atau gigi emas seperti para rapper, dan Pimp Cups (piala blingbling). Nah, dua produk yang terakhir ini saya targetkan untuk para ABG yang suka bergaya hip-hop. Saya juga menjual sepatu dan tas. Kabari : Sudah berapa lama Anda terjun di dunia aksesoris ? Benny Wiryawan : Sekitar dua tahunan dan alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Kabari : Apa inspirasi Anda untuk memulai bisnis ini ? Benny Wiryawan : Awalnya saya memulai bisnis untuk wanita. Wanita lebih tertarik memakai aksesoris daripada laki-laki dan saya melihat bahwa mereka itu tidak akan lepas dari dunia fesyen. Mereka berani mengeluarkan uang yang besar untuk belanja. Maka saya memilih berbisnis di bidang ini karena menurut saya potensinya besar. Kabari : Apakah laki-laki bisa belanja di toko Anda ? Benny Wiryawan : Iya, saya sudah menaruh barang untuk pria di toko saya supaya mereka bisa belanja juga. Kabari : Ada berapa toko yang Anda miliki ? Benny Wiryawan : Semuanya ada empat, terdiri dari dua stand, satu untuk perhiasan dan satu lagi khusus ikat pinggang. Dua lagi adalah toko sepatu dan tas buat wanita. Kabari : Berapa jumlah karyawan ? Benny Wiryawan : Ada enam orang dan semuanya orang Indonesia. Karena saya sendiri orang Indonesia yang tahu rasanya dan mengalami susahnya cari kerja di negeri orang. Kabari : Pesan atau nasihat bagi para imigran-imigran dari Indonesia yang ingin sukses tinggal di Amerika ? Benny Wiryawan : Pesan saya untuk mereka adalah jangan berbuat yang macam-macam, apalagi yang berbau kriminal. Karena risikonya tinggi sekali kalau belum punya identitas jelas, bisa langsung dideportasi. Pokoknya, yang pasti harus giat bekerja, terus berdoa, berpasrah kepada Tuhan, dan jangan putus asa.

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik Disini www.KabariNews.com/?2602