Kabari News – “Kita tahu Amerika ini seperti sentral, hampir untuk semuanya termasuk juga untuk kedokteran dimana penelitiannnya No 1 dan lainnya, banyak kiblat ilmu di Indonesia mengambil dari Amerika. kalau ada kesempatan langsung belajar ke sumbernya, kenapa tidak” Itulah ungkapan seorang Febrina Theresia, seorang dokter asal Indonesia yang  melanjutkan studi spesialisasi kedokteran dan karirnya di negeri paman sam.

Febriana bercerita kepada kabari, sebelum hijrah ke Amerika dia merupakan seorang dokter umum.  Sampai suatu waktu, dalam angannya terbesit ingin melanjutkan karir dokternya di negara lain.  “Awalnya saya tidak tahu apa-apa, kita pikir ingin melanjutkan  spesilisasi di Indonesia, tetapi kenapa tidak mencoba spesilisasi di negera lain” tutur jebolan fakultas kedoketran UKI ini. Setelah dipikir-pikir karena sebelumnya timbul keinginan untuk menimba ilmu di Filipina, atau Eropa, namun pilihan Febrina akhirnya jatuh untuk melanjutkan karir dan studi dokternya di Amerika.

Karena, menurut Febriana,  sampai saat itu dia belum pernah mendengar ada dokter Indonesia yang bisa tembus disana. Hanya saja, secara kebetulan ada kabar  dari temannya yang memberitahu dirinya  sedang melakukan persiapan untuk persamaan dokter di Amerika. Dari sanalah Febriana bisa tahu ada persamaan dokter di AS.

Namun  sebelum diizinkan untuk praktek kedokteran di Amerika Serikat, kata Febriana, dokter dengan gelar MD diminta untuk lulus ujian Medical Licensing Examination  atau USMLE. USMLE ini disponsori oleh The Federation of State Medical Boards (FSMB) and The National Board of Medical Examiners (NBME). “USMLE kalau di Indonesia seperti STR atau Surat Tanda Registrasi. Dengan kata lain dari USMLE kita akan mendapatkan sertifikat yang menunjukkan bahwa kita mempunyai kompetensi untuk menjadi dokter di Amerika Serikat” katanya.

USMLE ini adalah ujian kompetensi yang terdiri dari tiga bagian. Ujian pertama itu yang diujikan seperti Basic Science,. biochemistry, fisiologi, mikrobiologi, patalogy dan lainnya, ditambah dengan ujian behavior science, yaitu hubungan pasien dan dokter secara khusus.  Di ujian  pertama ini  akan menguji empat tahun pertama sebelum menjadi sarjana kedokteran.   USMLE  ini bisa diujikan di Jakarta atau di Amerika Serikat sendiri.

Lama ujiannya, kata Febriana, memakan waktu selama delapan jam. Untuk behavior science-nya sendirinya, dia  belajar langsung di Amerika tepatnya di Kaplan, Pasadena. Dan menurutnya,  tahap pertama inilah yang paling susah dan paling banyak orang yang mencoba namun gagal. Selain dapat langsung uji disana,  Mereka juga memberikan video berupa online course dari Kaplan di pasadena

Ujian kedua ini dibagi menjadi dua bagian, seperti clinical knowledge dan clinical skill. clinical knowledge yaitu ujian berupa tulisan  berupa ujian bedah, internal medicine, psykiater, dan yang lainnya. Persiapannya, jika sudah mengambil ujian pertama, ujian kedua ini menurutnya lebih ringan, karena banyak dari bagian dua ini mengambil materi dari ujian pertama dan ujian kedua ini merupakan pengembangan dari ujian pertama.

Dan ujian clinical skill, diujian yang kedua ini para peserta akan dihadapkan oleh 12 pasien dalam satu hari dan dikondisikan tempatnya benar-benar seperti di rumah sakit. Febriana mengatakan  harus menangani 12 pasien  dengan 12 kasus yang berbeda. “Kita masing-masing punya waktu 30 menit untuk ujian. Jadi satu pasien 30 menit, kemudian kita dikasih waktu untuk mengetik pasien note sebanayal 10 menit, jadi itu bener-benar ketat sekali” katanya.

Kelihatan mudah ujian ini tetapi menurutnya tidak mudah karena Febriana berpendapat,  beda di Indonesia beda pula di Amerika. Dia mencontohkan soal pendekatan antara dokter dan pasiennya, seperti introduction pertama kali ketika ketemu pasien, belum lagi dengan sikap pasiennya yang kritis, dan para peserta harus siap pertanyaan dari pasien. “Jadi harus bisa mengatur waktu yang sempit itu, sampai kita punya diagnosanya seperti apa” imbuhnya.

Berapa total biaya untuk persiapannya? Febriana menjawab menghabiskan hampir 4000 dollar, lebih murah dibanding ujian pertama, yaitu 7000 dollar, dan empat bulan lamanya Febriana harus tempuh. Lebih sebentar di ujian kedua ini dibanding ujian pertama yang harus Febriana tempuh selama sembilan bulan.

Dan terakhir adalah ujian ketiga. Tahap ini seperti  rangkuman dari tahap pertama dan kedua, jadi pihak penguji membuat seperti dikondisikan kita sedang berada di rumah sakit. Ujian di USMLE bukan ujian sembarangan dan mudah. Febriana sendiri butuh waktu untuk belajar sekitar 10 jam setiap harinya untuk persiapan USMLE. Jadi, baginya, ini bukan sesuatu yang mudah sama sekali dan butuh perjuangannya agar lulus kompetensi dan bisa praktek dokter di Amerika Serikat. (1009)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?69232

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
______________________________________________________

Supported by :