KabariNews – Seni lukis Indonesia memiliki nama-nama besar termashur. Para perupa senior setelah dekade Affandi, Sudjojono, Popo Iskandar, Nashar, Srihadi dan Basuki Abdullah, melahirkan tokoh penerus muda yang melanjutkan karya lukis Indonesia, salah satunya bisa disebut Sarnadi Adam. Melalui karya-karyanya anak Betawi ini telah diakui sebagai pelukis yang memiliki sentuhan ekspresionis modern, di atas kanvas yang banyak bicara tentang Betawi. Karya lukis Sarnadi Adam kemudian banyak mengisi galeri dan ruang pamer sampai ke manca Negara.

SarnadiSarnadi mengingat, ketertarikan akan seni lukis Betawi tercipta di tahun 1980-an. Awalnya pria yang lahir di Jakarta, 27 Agustus 1956 ini melukis aliran abstrak. Hingga kemudian dia mengubah haluan lukisan, dimana Kebudayan Betawi menjadi sentrum dalam setiap guratan kuasnya. Sarnadi merasa Kebudayan Betawi adalah bagian yang tak terpisahkan dalam dirinya. Ungkapkan pada karya lukisan Sarnadi merupakan representasi emosinal dirinya terhadap budaya Betawi.

Setelah menamatkan studi S1 di Sekolah Seni Rupa Indonesia dan kembali ke Jakarta pada tahun 1985, Sarnadi mulai melukis dan berpameran. Tetapi selama berpameran tidak ada satu pun lukisan Betawi yang dilihatnya. Alih-alih sebagai putra Betawi, dia merasa terpanggil untuk menvisualisikan ragam budaya Betawi ke dalam sebuah lukisan. “ Saya juga melihat seni lukis Betawi memiliki nilai-nilai yang tidak memiliki oleh jenis lukisan lainnya” tuturnya kepada KABARI di kediamannya di wilayah Simprug, Jakarta Selatan.

Sarnadi memperlihatkan keunikan dari seni lukis Betawi karyanya pada warnawarna yang tidak nampak pada lukisan lainnya. Dia cenderung bermain diwarna yang terang, diinspirasi dari corak dan ornamental Betawi dari pakaian tradisi, topeng, kostum, dan arsitektur dalam menemukan nuansa yang dibangun dari budaya tempat ia dilahirkan. Ciri dan keunikan karya yang bersumber dari atmosfer seni tradisi budaya Betawi termasuk kehidupan masyarakatnya yang agamis, menempatkan nama Sarnadi Adam sebagai pelukis “Betawi”, dapat dilihat dari torehan lincahnya penari topeng, pemain lenong, pemusik tanjidor, ramainya silaturahmi keluarga.

Betawi dan yang lainnya.

Lukisan Sarnadi yang mengangkat subject matters budaya Betawi dalam sentuhan kanvasnya sebagai tema, merupakan titik temu jalan pikiran dialogis karya dan sikapnya yang lekat dan tak terpisahkan dalam kehidupan sekitarnya, Betawi. Lalu ketika sebuah pernyataan, “Dalam sejarah seni rupa Betawi tidak ada namanya seni lukis Betawi, tetapi karena adanya saya, saya yang menciptakan seni lukis Betawi yang mengambil tema dari kehidupan dan budaya masyarakat Betawi” – siapa yang bisa menepisnya.

Karya lukis Betawi hasil karya Sarnadi telah banyak peminatnya. Sebagai simbul dan eksistensi karya lukis Betawi pihak Dewan Kesenian Jakata, Taman Ismail Marzuki, Balai Seni Rupa Jakarta dan beberapa kolektor telah menempatkan karya Sarnadi sejajar dengan pelukis besar lainnya. Artinya, pengakuan atas Seni Lukis Betawi telah hadir melalui karya-karyanya.

Melalui lukisannya yang telah dikenal berbagai kalangan, Sarnadi melakukan banyak pameran tunggal di Indonesia dan berbagai negara. Tercatat dari waktu 1992 sampai 2002 Sarnadi mengadakan pameran di luar negeri seperti Belanda, Jerman, Prancis, Swedia, bahkan sampai ke New York. “Seni lukis Betawi itu bisa disosialisasikan ke semua masyarakat, tidak hanya di Indonesia saja tetapi Luar Negeri. Hampir setiap dua tahun sekali saya diundang ke beberapa negara Eropa”, tuturnya. Yang terbaru, bertempat di Discovery Hotel and Convention Center, Ancol, Sarnadi Adam menggelar pameran tunggal karyanya. Gelaran yang berlangsung 21 Juni – 2 Agustus 2015 ini mengambil tema Betawi Dalam Lukisan. “Pameran ini dilakukan dalam rangka memperingati hari ulang tahun Jakarta,” imbuh Dosen FPBS jurusan Senirupa UNJ Jakarta ini.

Kenyang dengan banyaknya pameran yang telah dilakukannya, namun ada satu hal berupa harapan yang ditekannya oleh perupa yang satu ini. Sarnadi ingin adanya regenerasi karena baginya regenerasi ini penting. “Orang yang ingin melukis seni lukis Betawi, tidak harus orang Betawi tetapi jika ada concern terhadap seni budaya Betawi yang ingin divisualisasikan dalam karya seni rupa termasuk seni lukis di dalamnya saya sangat mendukung” pungkasnya. (1009)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/80269

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

greatpremium

 

 

 

 

kabari store pic 1