KabariNews – Bagi sebagian orang,  berwirausaha adalah suatu pilihan hidup. Jika sudah yakin akan pilihannya,  pekerjaan yang bergaji besar pun rela ditinggalkan. Seperti dialami Muhammad Idham, pengusaha bisnis jasa pengurusan surat-surat kendaraan. Pria beranak tiga ini meninggalkan statusnya sebagai karyawan sekitar tujuh tahun lalu dan memutuskan berwirausaha sendiri.

Awalnya Idham membuka usaha Wartel (Warung Telekomunikasi), namun seiring boomingnya pasar handphone tahun 2007 yang mengakibatkan bisnis wartel lesu, Idham mulai membuka bisnis sampingan. Yakni bisnis jasa pengurusan surat-surat kendaraan. Selama dua tahun menjalankan bisnis ini, Idham mengalami kenaikan omset cukup pesat. Tadinya semua proses pengurusan surat  dia sendiri yang  melakukan, sekarang Idham punya 4 karyawan tetap yang digaji bulanan, plus puluhan agen paruh waktu dalam jaringan bisnisnya.

Bisnis Modal Dengkul

Saat membuka bisnis jasa ini, Idham mengaku nyaris tanpa modal, alias modal dengkul.

“Tempat usahanya saya gabung dengan wartel saya sendiri, saya cuma pasang papan reklame di depan wartel, itu saja modalnya,” ujar Idham.

Idenya sendiri muncul ketika dia mengurus surat kendaraan miliknya di kantor Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya. Saat itu dia lihat banyak calo berkeliaran menawarkan jasa pengurusan surat. Alih-alih menggunakan jasa calo, Idham malah asyik ngobrol dengan mereka dan belajar bagaimana mereka menjalankan bisnis itu.

“Jadi ketika itu saya belajar dua hal, pertama belajar mengurus surat dari jalur resmi. Kedua,   lewat jasa calo,” kata Idham.

Tapi Idham menambahkan, apa yang dia lakukan semata-mata hanya untuk  mempelajari trik-trik bisnis ini.  “Cuma sekedar ingin tahu,” kata Idham pendek.

Setelah menguasai betul bagaimana prosedur pengurusan surat-surat kendaraan, Idham mulai berani memulai bisnis dengan merek dagang “Amanah” pada tahun 2007.

Dibantu istrinya, Idham cukup menunggu klien datang. Dia sendiri awalnya tak tahu harus mulai melakukan pemasaran dari mana.   “Saya baru dapat klien pertama hampir satu bulan sejak usaha ini buka. Klien pertama saya waktu itu ingin perpanjang STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) dan saya ingat hanya mengutip jasa uang Rp 30.000,” ujar Idham.

Sejak mendapat klien pertama, perlahan tapi pasti mulai banyak klien yang datang kepadanya. Menurut Idham, pemasaran lewat mulut ke mulut rupanya cukup ampuh. Dia tahu karena sering menanyakan kepada klien, darimana mereka tahu birojasa “Amanah”. Rata-rata jawabannya adalah dari teman atau dari kolega.

Tapi itu saja belum cukup, ketika  pemakaian internet booming tahun lalu, Idham pun melirik peluang ini. Dia memutuskan menggunakan internet sebagai media pemasaran dengan membuat website sendiri. Dia juga menggunakan domain gratis seperti blogspot.com untuk memasarkan
produk.

Desain website miliknya dibuat sederhana namun komunikatif dan jelas. Didalamnya ada  berbagai menu termasuk semacam company profile dan list harga jasa. “list itu yang penting, disana terpampang jelas berapa biaya yang harus dikeluarkan klien jika ingin memakai jasa kita, dan semuanya mesti ditransfer bank. Biar enak dan menjaga profesionalitas,” kata Idham.

Untuk meyakinkan kliennya, Idham menyatakan bahwa “Amanah” adalah biro jasa resmi yang terdaftar di Polda dan Imigrasi.

Beda Dengan Calo

Idham menolak keras jika bisnis ini disebut bisnis percaloan. Dari segi cara kerja mungkin saja mirip, tapi sebetulnya kalau kita perhatikan secara seksama sangatlah berbeda jauh.

“Aksi percaloan jelas dilarang karena merugikan konsumen, sementara bisnis kami ini bisnis jasa resmi. Kami memberikan daftar harga yang jelas, juga tak memaksa atau menjebak konsumen,’ kata Idham.

Idham memang serius menjalankan bisnis ini. Tak sampai setahun berjalan dia memutuskan menggunakan internet sebagai media pemasaran.  Dia lalu membuat website sendiri dengan ongkos termurah dan juga menggunakan domain gratis seperti blogspot.com.

Idham menambahkan, hadirnya bisnis ini tak lepas karena ada kebutuhan dari konsumen. Konsumen yang datang ke Idham, biasanya orang-orang sibuk yang tak punya waktu untuk mengurus surat-surat kendaraan.  “Jadi konsumen memberi kepercayaan kepada kita untuk mengurusi surat-surat mereka. Modal kepercayaan inilah yang kami pegang teguh,” tutur Idham.

Apa Tantangannya?

Tantangan terberat bisnis jasa adalah bagaimana memasarkan produk jasa itu sendiri. Karena bisnis jasa merupakan bisnis yang mengandalkan kepercayaan. Dia bukanlah produk nyata seperti produk furniture yang kelihatan barangnya.

“Bentuknya adalah pelayanan kepada customer, kalau customer senang, mereka akan terus memakai jasa kita, tapi kalau tak senang, barangkali seumur-umur dia tidak mau pakai jasa kita lagi” demikian kata Idham.

Idham terbukti sukses menjaga kepercayaan konsumen, dan seperti ketok tular, keberhasilan Idham melayani konsumennya didengar dari mulut ke mulut sampai akhirnya bisnisnya kini telah beromzet sekitar Rp 12 juta perbulan.

Konsumen Mulai dari Jepang hingga Italia     

Keberhasilan Idham  ‘bermain’  di pengurusan surat kendaraan rupanya belum membuat dirinya puas, dia lalu mencoba membuka jasa layanan pengurusan surat ijin mengemudi internasional, alias SIM Internasional.

Sama seperti ketika terjun ke bisnis ini, Idham juga memulainya dengan belajar. Dia menelusuri parosedur pembuatan SIM internasional, mulai dari syarat pengajuan sampai cara mengajukan aplikasi ke IMI (Ikatan Motor Indonesia).

“Setelah saya kuasai, baru saya berani buka jasa layanan pengurusan SIM Internasional, lumayan saat ini saya sudah menangani pelanggan dari berbagai dunia,” ujar Idham. Dirinya mengaku pernah mendapat order dari Italia, Jepang dan sejumlah negara lainnya. Semuanya itu dilakukan lewat jasa internet. Selain jasa pembuatan SIM internasional, Amanh juga menyediakan layanan pembuatan dan perpanjangan paspor.

Saat sudah sukses seperti sekarang, Idham tak lupa untuk membaginya dengan membuka kesempatan kerja. “Saya membuka kesempatan kepada siapapun untuk menjadi agen  “Amanah” tanpa biaya, cukup mereka memberikan order kepada kita dan mereka mendapat fee,” kata Bapak tiga anak ini menutup perbincangan.