KabariNews – Keterbatasan tidak membuatnya berhenti berkarya. Dengan semakin masifnya perkembangan teknologi komunikasi termasuk internet, Dimas Prasetyo Muharam yang kehilangan penglihatannya sejak15 tahun lalu beserta ketiga temannya melihat kesempatan itu dan membuat web komunitas bernama kartunet di tahun 2006.

“Kita  membuat media yang awalnya eksperimen kita saja, waktu itu kita berempat yaitu Irawan Mulyanto, Aris Yohanes Elean,  dan M. Ikhwan Tariqo sedang belajar internet dan buat blog dimana-mana. Lantas timbul pemikiran kenapa kita tidak sekalian saja membuat media yang bisa dilihat darimana saja sekaligus menunjukkan bahwa  tunanetra juga dapat membuat sesuatu yang dianggap mustahil oleh masyarakat umum” kata Dimas kepada kabarinews.com beberapa waktu lalu di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.



Tak tanggung-tanggung mereka membuat website kartunet, sekaligus meng-codingnya sendiri. Modalnya hanya bahan-bahan tutorial pembuatan program situs yang ada di Internet dan Screen Reader. Dari Kartunet mereka mempublikasikan kreasi baik berupa karya sastra, penyajian berita, artikel mengenai teknologi, maupun informasi-informasi lain yang berkaitan dengan isu disabilitas.

Kartunet yang merupakan singkatan dari dua kata  “karya” dan “tunanetra”, dimanfaatkan, dibuat, dikelola  dan isi yang tertuang pada media tersebut ditujukan kepada masyarakat umum.  Dalam menjalankan kegiatannya, Kartunet tidak hanya difokuskan bagi tunanetra saja, tapi juga mencakup lintas kecacatan.dimas prasetyo muharram

Keadaan fisik yang terbatas, bukan berarti membatasi pula kreativitas seseorang. Menurut Dimas, keterbatasan harus dikonversi menjadi suatu kelebihan yang mendobrak keterbatasan itu sendiri tanpa batas. Stigma masyarakat terhadap orang tunanetra terkadang diidentikkan dengan profesi tukang pijat atau yang lainnya. Hanya saja Dimas beranggapan, profesi tersebut bukanlah tidak baik dilakoni melainkan tunanetra juga memiliki potensi di berbagai bidang jika dikembangkan lebih lanjut. Baginya, apa yang dilakukan bersama teman-temannya dapat dijadikan solusi di bidang lapangan kerja buat teman-teman tunanetra.

Para disabilitas terkadang sulit untuk keluar rumah karena keterbatasan fisik, belum lagi masih banyak perusahaan yang menolak memperkerjakan mereka karena hanya dilihat dari keterbatasannya saja.  “Teman-teman tunanetra juga bisa kerja dari rumah via internet dan itu dapat menghasilkan uang, seperti menjadi copywriter, admin di jejaring sosial di Facebook. Twitter, membuat website dan yang lainnya” kata dia



Teknologi sekarang mempermudah para tunanetra, tambah dia,  seperti misalnya sekarang ada  komputer bicara dan software  screen reader. Contohnya saja untuk mengoperasikan notebook yang dimilikinya,  Dimas menginstall software khusus dimana saat dia mengetik di program office, Microsoft Word, setiap kata yang diketik akan mengeluarkan suara sesuai huruf. Namun, Dimas mengatakan terlebih dahulu harus menguasai teknik mengetik dengan sepuluh jari dan menghafal tombolnya. Pasalnya, dengan menguasai teknik itu akan mempermudah mereka menggunakan komputer.

Akan halnya dengan telepon seluler yang dimiliki Dimas, juga telah diinstall oleh software voice over yang memudahkan dia saat mengetik pesan. Pesan yang diterima akan mengeluarkan suara, saat dia menyentuh pesan di layar telepon selularnya. “Ini kan bukti teknologi semakin canggih, bisa dibayangkan perbedaannya, dulu saya mengetik teks tetapi tidak bisa membacanya” tuturnya.

Nah kedepannya, Dimas bersama teman-temanya akan mengembangkan kartunet menjadi sosial bisnis di bidang digital. Tujuan dasarnya tetap sama, yaitu ingin mengubah paradigma masyarakat seraya membuat sesuatu yang dapat digunakan oleh orang banyak. “Jadi, jangan lihat seseorang itu hanya dari keterbatasannya  tetapi lihatlah karya yang dihasilkanya” pungkas Dimas. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?72261

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

____________________________________________

Supported by :

asuransi-Kesehatan