KabariNewsDi tengah gencarnya Indonesia memerangi praktik illegal fishing, masih saja ada oknum yang berani melanggar undang-undang pencarian ikan melampaui batas teritorial perairan Indonesia. Lebih parah lagi, belum lama di balik itu, mereka melakukan praktik perbudakan anak buah kapal (ABK) yang berbangsa asing.

Investigasi yang dilakukan kantor berita Associated Press (AP) mengungkapkan, ikan yang ditangkap ABK Burma di laut Indonesia itu berakhir di restoran, supermarket dan toko di Amerika Serikat.

Investigasi oleh kantor berita AP itu bermula dari munculnya kasus seafood beracun di California. Seperti dilansir dari berbagai sumber pada Kamis, (26/3), para investigator AP mewawancarai lebih dari 40 orang Burma yang dipaksa bekerja seperti ‘budak’ selama berjam-jam di pulau tropis Indonesia, ribuan mil dari rumah mereka.
Para ‘budak’ itu mengatakan, mereka dibawa ke Indonesia melalui Thailand untuk menangkap ikan yang dipasok ke Thailand, sebelum kemudian bergabung dalam rantai perdagangan global.

Para ‘budak’ ini menambahkan, mereka dibayar dengan sedikit murah dan dipaksa bekerja hingga 20 jam sehari. Mereka tidak bisa makan ikan yang mereka tangkap dan dipaksa oleh kapten untuk minum air yang tidak bersih. Banyak dari mereka juga mengaku diperlakukan secara semena-mena, seperti dipukul jika ketahuan mengeluh atau mencoba beristirahat.

Pada satu kesempatan, salah seorang yang diwawancarai AP mengatakan: “Ini merupakan sebuah penyiksaan. Ketika kita dipukuli, kita tidak bisa berbuat apa-apa kembali … Saya pikir hidup kita ada di tangan Dewa Kematian…”. Bahkan beberapa nelayan, mempertaruhkan hidup mereka, memohon untuk bantuan. “Aku ingin pulang. Lama sekali orang tua kami belum mendengar kabar kami. Saya yakin mereka pikir kami sudah mati.”

 

 

Laporan itu mengatakan bahwa ikan yang ditangkap oleh pria dan wanita yang ‘diperbudak’ itu memasok beberapa toko besar di Amerika, seperti Kroger, Albertsons dan Safeway, serta pengecer terbesar AS, Wal-Mart dan distributor makanan terbesar, Sysco.

“Laut dapat menemukan jalan ke rantai pasokan dari beberapa merek yang paling populer dari kaleng makanan hewan, termasuk Fancy Feast, Meow Mix dan Iams,”. Hal ini dapat muncul sebagai cumi di restoran fine dining, seperti kepiting di California, sushi roll atau sebagai paket kakap beku dilabel ulang dengan merek toko, lalu mendarat di meja makan,” tulis AP.

AP mendokumentasikan perjalanan kapal para ‘budak’ yang menangkap ikan dari perairan di Indonesia itu, berikut pelacakan yang dilakukan melalui satelit ke pelabuhan Thailand.

“Makanan laut tercemar bercampur dengan ikan lainnya di sejumlah tempat di Thailand, termasuk pabrik pengolahan. Catatan US Customs menunjukkan bahwa beberapa pabrik-pabrik di Thailand ,” tulis AP.

Tak hanya ke AS saja, mereka juga menjualnya ke Eropa dan Asia. Perusahaan-perusahaan utama yang diidentifikasi oleh AP menolak diwawancarai tetapi mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pelanggaran ketenagakerjaan. Juru bicara National Fisheries Institute, Gavin Gibbons yang berbicara atas nama 300 perusahaan makanan laut AS merasa terganggu oleh temuan ini. “Ini tidak hanya mengganggu, tetapi juga mengecewakan karena perusahaan kami memiliki toleransi nol untuk pelanggaran tenaga kerja,” katanya.

AP mengatakan bahwa perusahaan makanan laut terbesar di Thailand, Thai Union Frozen Products, tidak ada hubungan dengan apa yang ditulis dalam tulisan investigasi AP. Thailand Union mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa temuan AP benar-benar tidak dapat diterima. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/76098

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Allan Samson

 

 

 

 

kabari store pic 1