berkebunKabariNews – Semua orang tentu rela menghabiskan banyak uang, waktu dan tenaga untuk hobi mereka. Berkebun bisa menjadi hobi yang menyenangkan, kegiatan ini tak hanya menjadikan lingkungan lebih asri tapi juga mendatangkan banyak manfaat.

Berkebun dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah, jadi tantangan tersendiri. Seperti cerita para diaspora Indonesia yang tinggal di beberapa negara bagian di Amerika. Karena saking sukanya dengan tanaman, apalagi yang bisa dimanfaatkan seperti sayuran dan buah, mereka punya pengalaman masing-masing bagaimana mengatasi iklim dan kondisi tanah yang cukup berbeda dengan Tanah Air.

Seperti diketahui, Amerika memiliki 4 musim dimana begitu banyak tantangan untuk menentukan kapan masa tanam dan jenis apa yang bisa tumbuh subur di setiap tempat. Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (United State Depertement of Argiculture/USDA), Amerika terbagi menjadi 11 zona yang berbeda, di setiap zona bersuhu 10 derajat farenheit (12 derajat celcius) pada rata-rata suhu terendah di musim dingin. Dengan memahami zona dimana berada, maka akan lebih mudah memilih jenis tanaman dan kapan waktu yang tepat untuk mulai menanam berdasarkan dengan kondisi tanah dan iklim wilayah yang ditinggali.

Diaspora Indonesia tersebar diberbagai negara bagian Amerika. Iklim, kondisi tanah dan suhu bukan alasan untuk tidak melakukan hobi. Justru energi mereka tersalur untuk kegiatan positif, karena bagi mereka berkebun sangatlah menguntungkan terlebih ketika bisa menikmati hasil jerih payah sendiri. Yuk intip apa saja tanaman diaspora dan apa saja tantangan yang dihadapi.

Hobi berkebun muncul kapan saja dan dimana saja, seperti dituturkan Yvonne Brilhart. Semasa masih tinggal di Indonesia, ia mengaku tidak penah sama sekali berkebun. Namun saat hijrah ke Amerika dan tinggal di negara bagian Pennsylvania, dia mulai jatuh cinta dengan tanaman. Alasan ingin memanfaatkan lahan pekarangan rumah, Yvonne belajar bercocok tanam. Dibantu kakak iparnya, Yvonne belajar berbagai jenis tanaman organik hingga cara mengatasi hama. Kini berkebun jadi hal menyenangkan karena dia bisa menyajikan sayuran sehat untuk keluarganya. Yvonne mengaku ada kepuasan tersendiri.

Susan's gardenCerita lainnya datang dari negara bagian New Mexico. Di daerah gurun beriklim panas dan kering, Susan Flores mengatasi tantangan-tantangan yang ada dengan menanam sayuran-sayuran seperti, pare, oyong, cabe, labu, pok choy, okra, dan lain-lain. Untuk mensiasati tanah yang kurang subur, Susan menanam sayur mayur dalam pot. Hasil kebunnya digunakan untuk keperluan sehari-hari, bahkan katanya hasil panen cukup untuk persediaan selama musim dingin.

Kiki'sBeda lagi tantangan yang dialami Kiki Liana Hutton yang tinggal di negara bagian Las Vegas. Pecinta tanaman buah ini sering dibuat pusing dengan hama pemakan buah. Di halamannya tumbuh subur berbagai pohon buah seperti apricot, jeruk lemon, delima, pir dan masih banyak lagi lainnya. Beruntung Kiki tidak perlu repot menanam, karena semua pohon-pohon  tersebut sudah ada sejak dia membeli properti di daerah gurun pasir itu. Namun, bukan perkara mudah merawat pohon buah karena ia pun harus pandai mengatasi hama pemakan buah. Dari hasil panen buah apricot, Kiki pun jadi mahir membuat selai. Sementara hasil panen buah lainnya, sering dibagikan untuk tetangga, teman dan kerabat.

Jika ada keinginan pasti ada jalan, pribahasa ini pas ditujukan untuk Shonta Ria. Demi hobi berkebun, ia sampai niat membeli tanah subur yang kemudian dicampurkan dengan tanah di pekarangan rumahnya di Oklahoma. Tidak sedikit, bisa 2-3 truk tanah subur yang dia beli untuk dimanfaatkan sebagai lahan bercocok tanam. Ide ini muncul sejak suaminya masih hidup, kini Shinta tinggal meneruskan dan merawat warisan sang suami yang begitu dicintainya. Di lahan yang cukup luas, mendiang suaminya menanam semangka dan melon kuning (canteloupe), yang kemudian hasilnya dijual di tepi jalan juga ke petani-petani sekitar. Meski bukan murni petani, pasangan ini cukup bangga bisa memasarkan buah hasil panen kebun sendiri, soal rasa jangan ditanya, pastinya manis.

La2 garden(1)Bercocok tanam di negara bagian Florida yang beriklim tropis ternyata juga ada tantangannya. Menurut Muryani Baum dan Ira Prawirowinoto, kondisi tanah yang cenderung pasir dan suhu udara panas lebih cocok ditanami buah-buahan daripada sayuran. Untuk wilayah Florida cocok ditanami buah tropis seperti sirsak, leci, kelengkeng dan pepaya. Beda halnya dengan diaspora Indonesia Yenni Beuker dan Lala Tambunan yang tinggal di negara bagian Michigan. Menurut Lala dan Yenni, negara di bagian utara yang memiliki tingkat kedinginan agak tinggi itu lebih cocok ditanami sayur-sayuran. Sayuran seperti terong, kangkung, cabai, dan buncis dapat tumbuh subur dengan pupuk alami. Tantangan yang dihadapi justru bukan faktor tanah, melainkan benih. Untuk menjaga keaslian bibit agar menghasilkan benih yang sama untuk ditanam lagi. Menanamnya pun harus dengan metode alami dan heirlom. Pasalnya banyak ditemui benih-benih tanaman yang sudah direkayasa genetiknya, alhasil biji tanaman jadi tidak bagus untuk ditanam lagi. Momen yang paling dinantikan yaitu saat musim semi tiba, keduanya mengaku semangat mempersiapkan keperluan untuk berkebun, dan biasanya mereka langsung berburu benih di toko tanaman maupun online. Bagi Lala dan Yeni berkebun adalah hal menyenangkan, tak hanya senang melihat tanamannya tumbuh subur, hasil panennya juga bermanfaat. Biasanya hasil panennya dikonsumsi sendiri dan dibagi-bagikan ke kerabat dan teman terdekat.

Berkebun bukan sekedar hobi menyenangkan, yang bagi sebagian orang dilakukan untuk mengisi waktu luang dan menghilangkan penat. Hobi berkebun sangat positif, dimana dapat membuat kita lebih bersyukur melihat keindahan alam dan merasakan langsung kedekatan dengan lingkungan. Apalagi bisa mengikuti langsung proses pertumbuhan mulai dari bibit hingga berbunga, berbuah dan panen tentunya ada kepuasan tersendiri. Karena itu berbagai tantangan yang dihadapi bukanlah masalah besar. Mereka justru semakin terpacu dan tertantang menaklukkan medan dan menciptakan halaman asri hasil jerih payah sendiri. Saat panen, hasilnya bisa menikmatinya bersama keluarga, kerabat dan sahabat. **(laporan Diaspora Indonesia – Enny Elisson)