Bulan September ini Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United
Nations (UN) menggelar sidang Majelis Umum tahunan di New York, Amerika
Serikat. Banyak orang mengaitkan PBB dengan Liga Bangsa-Bangsa atau League Of Nations (LN), organisasi sejenis yang dibentuk usai perang dunia pertama.

Ide pendirian LBB dicetuskan oleh Presiden
Amerika Serikat Woodrow Wilson usai Konferensi Perdamaian Paris tahun
1919. Namun, Amerika Serikat sendiri tidak pernah bergabung dengan
organisasi ini. Dalam perjalanannya, ternyata LBB gagal mencegah berkobarnya perang dunia kedua sehingga LBB resmi dibubarkan pada 18 April 1946 digantikan dengan PBB.

Konferensi Dumbarton Oaks

Dumbarton Oaks adalah sebuah rumah peristirahatan di Georgetown,
Washington D.C. Rumah ini menjadi tempat diselengggarakannya sebuah
konferensi yang menjadi cikal bakal berdirinya PBB.

Konferensi Dumbarton Oaks dilangsungkan dalam dua tahap. Delegasi
dari tiga negara yang masing-masing dipimpin Gromyko Andrei (Uni
Soviet), Edward Kayu (Inggris) dan Corde Hull (AS) melakukan pertemuan
tahap pertama pada tanggal 21 Agustus dan 28 September 1944. Pertemuan
ini dipimpin oleh wakil pemerintah AS, Edward Reilly Stettinius.

Sementara pertemuan tahap kedua dilangsungkan pada 29 September dan 7
Oktober 1944 mempertemukan delegasi China yang dipimpin Wellington Koo,
dengan delegasi Inggris dan AS.

Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan bahwa mereka akan mendirikan
sebuah organisasi internasional tingkat negara yang tujuannya antara
lain, untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia, mengembangkan
hubungan persahabatan antar bangsa dan mencapai kerjasama internasional
dalam pemecahan masalah-masalah ekonomi, sosial dan masalah kemanusiaan
lainnya.

Proposal ini ditandatangi oleh seluruh delegasi di Dumberton Oaks pada 7 Oktober 1944.
Namun demikian proposal ini masih mereka sebut “tentatif’, karena belum
mengatur dua isu sentral, yakni tentang prosedur organisasi PBB
termasuk didalanm soal pemungutan suara dalam Dewan Keamanan, serta
tekanan Uni Soviet yang meminta pengakuan enam belas republik-republik
Soviet di Majelis Umum.

Namun soal Soviet itu akhirnya bisa diselesaikan dalam Konferensi
Yalta yang mempertemukan tiga pemimpin negara besar, Winston Churchill,
Franklin D. Roosevelt dan Joseph Stalin.

Dalam konferensi tersebut juga dibahas soal hak veto yang nantinya akan dipergunakan sebagai sistem dalam rencana mendirikan PBB. Disebutkan, tujuan hak veto adalah untuk mencegah PBB mengambil tindakan sepihak terhadap anggota pendiri utamanya, sebagaimana pengusiran LBB
kepada Uni Soviet saat meletusnya Perang Dunia II. Diputuskan pula,
bahwa Inggris, China, Uni Soviet, Amerika Serikat dan, “pada waktunya”
Perancis, harus menjadi anggota tetap Dewan dan memiliki hak veto.

Proposal dari konferensi Dumbarton Oaks dan sejumlah poin dalam
proposal Konferensi Yalta tersebut kemudian dibawa ke konferensi
lanjutan yang diadakan di San Francisco pada 25 April – 26 Juni 1945.

Konferensi San Francisco

Meskipun kematian mendadak Presiden Roosevelt di awal April, Konferensi PBB
Organisasi Internasional diselenggarakan sesuai jadwal. China, Uni
Soviet, Inggris, dan Amerika Serikat bertindak sebagai kekuatan utama
pendiri PBB, dan 46 negara-negara lain berpartisipasi, yang terdiri dari semua yang telah menandatangani Deklarasi PBB pada 1 Januari 1942.

Konferensi ini dihadiri 1.444 orang yang terdiri dari 282 delegasi
termasuk organisasi –organisasi lokal Amerika Serikat dari 50 negara
bagian.

Suasana konferensi penuh berlangsung tegang dan alot. Pasalnya, konferensi ini membahas secara detail bagaimana organisasi PBB akan dijalankan.

Akhirnya setelah hampir dua bulan penuh, konferensi itu menghasilkan apa yang disebut piagam PBB. Piagam itu disahkan pada sebuah upacara penutupan konferensi yang mengesankan tanggal 26 Juni 1945.

Piagam ini mulai berlaku pada 24 Oktober 1945 setelah ditandatangani
oleh lima anggota pendirinya, China, Perancis, Uni Soviet, Britania
Raya, dan Amerika Serikat. Sebagai sebuah Piagam ia adalah sebuah
perjanjian konstituen, dan seluruh penanda tangan terikat dengan isinya.

Piagam tersebut juga secara eksplisit menyatakan bahwa Piagam PBB
mempunyai kuasa melebihi seluruh perjanjian lainnya. Diratifikasi
oleh AS pada 8 Agustus 1945, yang membuatnya menjadi negara pertama yang
bergabung dengan PBB.(yayat)

Untuk Share Artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?35475

Untuk

melihat artikel Utama lainnya, Klik

di sini

Klik

di sini
untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri
nilai dan komentar
di bawah artikel ini

________________________________________________________________

Supported by :