Terlahir dari pasangan yang ayahnya merupakan ekonom tersohor Indonesia, Marwoto Hadi Soesastro, dan Ibunya yang bernama Janti Solihin. Darah seni seakan melekat dalam diri seorang Auguste Soesastro.
“Keluarga Ibu saya merupakan para pembatik dari pekalongan. Tahun 1940-an di Pekalongan, batik mereka termasuk batik yang paling halus tingkatannya dan bapak saya walaupun ekonom jika dirunut keluarga-keluarganya juga banyak yang membatik” kata Auguste suatu siang di wilayah Sudirman, Jakarta Selatan.

Auguste Soesastro dikenal sebagai desainer Indonesia yang karyanya mampu menembus jantung fesyen dunia. Dalam rentang waktu yang panjang hingga dia mentasbihkan dirinya sebagai seorang perancang Indonesia berkelas Internasional, Auguste menempa bakat seni fesyen-nya dimana-mana. Ia menghabiskan sepuluh tahunnya di Canberra, Australia di mana Auguste awalnya pindah untuk belajar di sekolah menengah disana. Ia pun sempat menjadi kurator untuk kesenian Indonesia, khususnya bahan kain-kain tradisional dan kostum-kostum. Setelah menyelesaikan masa kuliahnya di jurusan Film and Digital Arts dari Australian National University. Auguste di tahun 2005-2007 melanjutkan pendidikan fesyen di Chambre Syndicale de la Couture, Paris.

Auguste Soesastro kraton dress 2Selama tinggal di Paris, Auguste sempat magang di beberapa rumah mode spesialis Haute Couture. Setahun kemudian dia pindah ke New York dan bekerja sebagai asisten pola (pattern makers) untuk Ralph Rucci selama beberapa bulan dan di beberapa desainer kelas atas New York. “Memang antara arsitektur dan mode adalah hal yang berbeda, tetapi sebenarnya berhubungan apalagi arsitektur dan mode tak jauh berbeda. Hasil akhirnya saja berbeda, tetapi paralel jika dilihat dari cara kerjanya” kata dia kepada Kabari.

Nah, selama dirinya tinggal di New York, di tahun 2008 Auguste meluncurkan lini fesyen pertamanya di New York yang diberi nama KRATON. Lini KRATON di New York ini terinsipirasi dari kekayaan yang dimiliki Indonesia dan filosofi tradisi Asia yang modern kosmopolitan. Auguste punya alasan sendiri kenapa brand_-nya ini bernama KRATON dan diluncurkan di New York? Ia mengatakan KRATON ada karena ingin mengangkat kebudayaan Indonesia yang tinggi (_High Art). Sebab waktu itu banyak yang tidak tahu Indonesia dimana, kebudayaannya seperti apa dan berita Indonesia yang banyak publik baca disana tidak baik di Amerika.

Auguste Soesastro kraton black dressKenapa harus di New York? Auguste menambahkan jika mode dilihat dan dikerjakan secara serius dan benar, desainer harus tinggal dimana karyanya itu dibuat. “Saya tidak bisa membuat di Indonesia untuk dibawa ke Amerika. Karena baginya, karya itu bukanlah main-main dan saya selalu menempatkan sebagai supervisi dari karya-karya saya dari A sampai Z, disitulah reputasi itu dibangun” kata dia.

Lantas dengan brand-nya, Ia memulai debutnya di New York Fashion Week pada tahun 2009, dan juga pernah disajikan dalam pertunjukan di Jakarta pada bulan Februari 2009. Pada akhir tahun 2010 sampai sekarang Auguste merambah lininya ke Jakarta. Seperti desainer lainnya, Auguste pun terjun memeriahkan acara pargelaran busana di Jakarta. Seperti yang dilakukannya beberapa waktu lalu dalam perhelatan Jakarta Fashion Week 2014, dimana Auguste menampilkan Koleksi Cita Tenun Indonesia. Selain itu dia bersama para desainer lainnya pernah juga diundang ke Istana Merdeka untuk menunjukkan beberapa desain kepada Presiden AS Barack Obama dan Ibu Negaranya selama kunjungan kenegaraan ke Jakarta pada tanggal 9 November 2010.

Setiap Karya Punya Arti Filosofis

6877355922_1c985ca7e4_oSebagai seorang desainer, tentu dalam menciptakan karya busananya perlu sebuah inspirasi, begitu pun dengan Auguste. Dia mengambil banyak inspirasi, “Semua bersatu dan melahirkan suatu karya, elemannya banyak tidak hanya satu dimensi. Dan semuanya tergabung menjadi satu yang akhirnya melahirkan tema” kata dia.

Bagi pria yang lahir di Jakarta 10 Agustus 1981 ini, sebagai tambahan referensinya Auguste pun mengambil pengetahuan dari buku. Ya, buku baginya merupakan suatu keharusan untuk dibacanya hingga tuntas. Tak terkecuali kandungan sejarah di dalamnya, sebab dia mengatakan jika kita tidak mengetahui sejarah, kita tidak akan tahu mau dibawa arahnya. “Untuk mengetahui sesuatu berawal dari mana, evolusi sebuah kesenian, cara pola berpikir muncul dalam suatu, apa saja yang pernah berhasil dan yang lainnya” tuturnya. Selain itu kita juga harus tahu apa yang pernah dibuat, karena sejarah bukan berarti seratus tahun lalu bisa saja sejarah itu dua tahun yang lalu, jadi fungsi sejarah itu salah satunya untuk menghindari pengulangan dari karya yang pernah tercipta sebelumnya.

Seorang Auguste tidak akan merancang busana sembarangannya, karena setiap karya mengandung arti filosofisnya tersendiri. Dalam setiap desain rancangan, ia selalu mengambil tema yang berhubungan dengan Indonesia, namun tidak secara harafiah. Auguste mengatakan, misalnya adat Toraja menginspirasinya untuk menciptakan karya, tetapi bukan secara langsung motif Toraja diaplikasikan ke baju zaman sekarang sebab itu terlalu dangkal baginya. Pasalnya, penerapan secara konseptual itu yang harus dikerjakan, seperti pola pikir dari kebudayaan Toraja dan konteksnya di zaman sekarang itu yang lalu diesktrak dan diterjemahkan dalam desain yang baru. Menurutnya, kebudayaan selalu ber-evolusi kalau kita mengambil sesuatu yang ada dan diaplikasikan ke dalam sebuah karya mungkin hasilnya akan bagus. Hanya saja, untuk bagus semua orang pun dapat membuatnya.

Auguste Soesastro 5Pun dengan material atau bahan yang sering digunakannya untuk membangun karyanya. Auguste selalu menghormati setiap bahan dengan keunikannya masing-masing. Tetapi dia selalu menghindari bahan sintetik dan hampir pasti tidak menggunakan material sintetik. “Saya lebih suka menggunakan bahan alami, tetapi juga tidak semua bahan alami saya sukai” kata dia.

Nah, dalam kancah persaingan mode dunia, originalitas merupakan kunci yang selalu dipegang oleh seoarang Auguste Soesastro. “Saya tidak mau membebek (mengikuti, red) dan karya harus selalu baru, tetapi baru itu sendiri banyak unsurnya, saya tidak selalu berusaha mengikui tren yang sedang booming. Karena itu bukanlah caranya untuk menampilkan sebuah karya” tuturnya. Auguste pun menambahkan hasil yang didapatkannya sekarang merupakan buah kerja keras dan konsistensi. Namun dia mengatakan yang paling penting kita harus pernah bekerja dengan orang lain, sebab ilmu yang didapatkan di sekolah itu tidak cukup. Dan itu merupakan dasarnya selain itu yang paling penting adalah kemauan untuk bekerja keras dan ketahui diri sendiri. “Jika orang tidak tahu siapa dirinya, dia akan mengikuti kiri kanannya dan lambat laun jati dirinya akan menghilang dengan sendirinya.” kata Auguste .

Kini, sebagian besar waktu kini dihabiskan di Jakarta. “Ya tetapi saya sering juga ke Amerika, bisa tiga kali dalam setahun” bilangnya. Namun walau jauh dari salah satu pusat mode dunia, Auguste selalu memonitor perkembangam mode di sana. Menurutnya, dinamika dunia mode di Negeri Paman Sam sekarang-sekarang ini sedang stagnan jika dibandingkan dengan perkembangan yang di Asia, seperti Indonesia. Hal ini berbeda apabila dilihat dari perkembangan mode di Amerika disaat sebelum terjadinya krisis 2008 yang mendera negeri Paman Sam tersebut. “Setelah krisis itu yang stagnan, spiritnya berbeda termasuk yang terjadi di New York” pungkas dia. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?68327

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

intero