gandrung sewuKabariNews –  Sebanyak 1.300 penari Gandrung Banyuwangi dan 26 Wiyogo (penabuh gamelan) memukau ribuan wisatawan yang datang dari berbagai daerah di Indonesia hingga wisatawan mancanegara yang  memadati lokasi wisata Pantai Boom Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (17/9).

Tarian yang tersaji dalam Festival Gandrung Sewu merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.  Ribuan penari yang merupakan pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dari 14 Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Banyuwangi, beraksi memainkan kreografi yang apik dibibir pantai dengan latar belakang Selat Bali dan dihiasai pancaran sinar matahari tenggelam.

Festival Gandrung Sewu ini telah memasuki tahun ke limanya. Perhelatan ini juga telah menjelma menjadi agenda pariwisata (event tourism) berkelas nasional. Terbukti dengan hadirnya wisatawan yang menyaksikan festival ini dan meningkatnya pemesanan hotel di Banyuwangi saat acara kolosal tersebut.

“Setiap tahun kami memang selalu menyajikan atraksi yang fantastis dan selalu baru yang menjadi bukti sahih akan kemegahan tarian Gandrung Sewu”, kata Yanuar Bramuda, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Di tahun ini, Festival Gandrung Sewu menyajikan diorama “Seblang Lukinta”. Tema yang diangkat merupakan skuel lanjutan dari Gandrung Sewu tahun lalu yang bercerita tentang perjuangan Kerajaan Blambangan (cikal-bakal Banyuwangi) melawan penjajah. Para penari dengan instrumen dan aksesoris kipasnya melingkari arena pertunjukan, kemudian membentuk formasi berjajar, sebagian lagi melingkar  dan terus bergerak dalam derap tari yang rancak namun tetap terasa kelembutannya.

Kipas yang berwarna merah dan putih saling beralih seiring suara gamelan dan angklung yang ditabuh. Suasana terasa lebih sakral ketika suara sinden melantunkan tembang khas Gandrung yang menjadi narasi cerita. Tembang yang dilantunkan sinden mengantarkan setiap adegan demi adegan berpaut menjadi pertunjukan yang megah. Seluruh atraksi tersebut mampu menghipnotis dan membuat decak kagum penonton. Seperti yang dikatakan oleh Marleen, wisatawan asal Jerman, “it’s very beautiful festival”.

I’ve never seen like this before. It is great when thousands people dancing together. Awesome”, puji Marleen.

Rosyid wisatawan asal Malang bersama 10 orang temannya, khusus datang untuk menyaksikan pertunjukan Gandrung Sewu, mengaku puas dengan aksi para penari Gandrung Sewu.

“Rasanya merinding ketika saya melihat ribuan penari di bibir pantai yang dipadukan pada saat matahari terbenam”, ungkap Rosyid.

Menurut Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, yang akrab dengan sapaan Anas mengatakan, Pertunjukan yang menjadi Bagian Banyuwangi tidak sebatas Pagelaran. “Ini adalah adalah konsolidasi budaya” jelas Anas.

Lebih lanjut Anas menjelaskan bagaimana mendorong pelestarian seni dan budaya yang sempat terkesampingkan sebagai seni dan budaya membanggakan. “Saya yakin, Banyuwangi tidak kesulitan dalam meregenerasi para pelaku seninya. Festival Gandrung Sewu telah membuktikan itu. Ribuan anak dari seluruh Banyuwangi giat berlatih yang didukung orang tua dan warga desanya,” tutur Anas.

Apa yang dikatakan Anas dengan demikian menjadi partisipasi publik dalam mengembangkan seni dan budaya dalam balutan pariwisata. Aspek seni dan budayanya diraih dan aspek ekonominya melalui pariwisata juga didapat.

Warga Banyuwangi sendiri tak dapat menyembunyikan kebanggaannya dengan adanya Festival Gandrung Sewu yang ditonton ribuan mata dan sukses menggairahkan ribuan penari serta warga Banyuwangi. Diharapkan dengan adanya Festival Gandrung Sewu akan mampu memicu gairah generasi muda Banyuwangi untuk membangun wadah kreativitas sebagai langkah penting pelestarian seni dan Budaya. (Yan-Jatim/foto: Disbudpar Banyuwangi)