Sebagai film bergenre horor, “Keramat” garapan
sutradara Monty Tiwa cukup membawa angin segar. Bagaimana tidak, selain berani
mengambil konsep berbeda, film “Keramat” seolah membawa genre horor kembali
kepada khitahnya. Seram dan menegangkan.

Tidak seperti film horor Indonesia
kebanyakan, yang judulnya saja horor tapi isinya malah lebih banyak lawakan
atau seputar seks.

Film ini berkonsep subjective camera, artinya seluruh adegan
diambil secara riil dari hasil shoot
kamera yang dipegang kamerawan. Konsep ini dipakai juga oleh tiga film produksi
Hollywood,
yakni “Blairwitch Project”,  “Rec”, dan
“Cloverfiled”.

Konsep ini boleh dibilang berhasil jika ukurannya adalah
menghasilkan ketegangan. Karena memang konsep subjective camera memungkinkan
terjadinya pertalian emosi yang kuat 
antara penonton dan gambar.

Penonton serasa benar-benar terlibat jauh di
dalamnya. Seperti menekan tombol play sebuah camcorder hasil rekaman kita
sendiri yang kita tonton sendirian di kamar yang gelap.

Dari keterangan pers para awak film yang digelar pertengahan
Juli lalu di Jakarta,
didapat beberapa fakta seram seputar film “Keramat”.  Diantaranya, film ini tanpa skenario alias
sutardara hanya meberi kepad pemain apa saja yang mesti dilakukan dan diucapkan
sebelum camera roll.  

Saat pengambilan
gambar di Imogiri, tempat pemakaman raja-raja Mataram,  sebuah tangan tak kelihatan mendorong
kamerawan hingga jatuh dan menyebabkan kakinya patah.

Lalu seperti diakui Poppy Sovia dan kru yang lain, pada hari
ketiga pengambilan gambar di Bantul, pukul dua pagi, terdengar suara “drumband
gaib” dalam sebuah take. Film ini juga seperti diakui oleh produser Chand
Parwez Servia, sama sekali tidak memakai ilustrasi musik, semua suara adalah
riil apa adanya.

Sinopsis   

Diceritakan ada sekolompok tim  produksi sebuah film berencana melakukan
syuting behind the scene sebuah film
di Yogyakarta. Tim itu terdiri delapan orang, yakni Sutradara Behind The Scene
yang diperankan Poppy Sovia, artis utama (Migi Parahita), Asisten sutradara
(Sadha Triyudha), Sutradara (Miea Kusuma), 
Produser (Dimas Projosujadi), aktor utama (Diaz Ardiawan), Unit Produksi
(Brama Sutasara) dan seorang kamerawan.

Saat sutradara dan asisten sutradara melakukan
reherseal  untuk persiapan syuting, tim
behind the scene yang diawaki Poppy Sovia bertugas mendokumentasikannya. Mereka
dengan gaya ‘indie’ kaum muda Jakarta, kemudian tiba di sebuah dusun yang
kental dengan tradisi mistis, rupanya menjadi katrol kemana film ini naik
menuju klimaks.

Sepanjang melakukan pendokumentasian film,  mereka banyak mengalami kejadian demi
kejadian yang aneh. Puncaknya, artis utama mereka kerasukan roh halus sehingga
syuting terancam batal.

Mereka lalu mencoba memanggil orang pintar untuk menyembuhkan
si artis, tapi gagal. Alih-alih menyembuhkan, si artis malah hilang tanpa jejak
dibawa lari oleh roh halus menuju ‘dunia lain’.

Melalui bantuan sang paranormal, mereka kemudian mencoba
‘mengambil’ kembali teman mereka. Tapi rupanya tidak mudah. Alam mistis yang mereka masuki adalah alam yang sungguh diluar nalar mereka.

Trailer :

<object width=”425″ height=”344″><param name=”movie” value=”http://www.youtube.com/v/aDG8bymet5w&hl=en&fs=1&”></param><param name=”allowFullScreen” value=”true”></param><param name=”allowscriptaccess” value=”always”></param><embed src=”http://www.youtube.com/v/aDG8bymet5w&hl=en&fs=1&” type=”application/x-shockwave-flash” allowscriptaccess=”always” allowfullscreen=”true” width=”425″ height=”344″></embed></object>

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33689

Untuk melihat Berita Indonesia / Filem lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :