Selain berdo’a manusia juga diwajibkan berikhtiar (berusaha)
dalam mencapai suatu keinginan. Ikhtiar secara kontekstual menjadi aspek yang teramat
penting dalam kehidupan manusia.

Allah SWT bahkan mengingatkan manusia,
bahwasanya tak akan berubah nasib suatu kaum jika kaum itu tak berusaha mengubah
nasibnya sendiri.

Pendek kata, tanpa ikhtiar (usaha) nasib seorang manusia tak
akan pernah berubah.

Dengan ‘bahan’ matang dari Kang Abik, sapaan akrab
Habiburachman El Shirazi, penulis novel best seller “Ketika Cinta Bertasbih”,
sutradara senior Chaerul Umam nampak piawai mengimplementasikan ‘bungkusan’ 
ikhtiar sebagai narasi yang sarat dramaturgi oleh manusia dalam menggapai harapan-harapannya.
Cita-cita dan cinta.

Jika di “Ketika Cinta Bertasbih 1” Azzam berikhtiar
dalam menggapai cita-cita menjadi sarjana di Universitas Al-Azhar Kairo, maka
di film “Ketika Cinta Bertasbih 2”, Azzam harus kembali berihktiar. Kali ini soal
pekerjaan dan cinta. 

Lalu inilah pertanyaan krusial untuk Azzam;  setelah menggondol gelar sarjana Agama dari
universitas terkemuka dunia, lalu apa?

Ketika Cinta Bertasbih 2

Gelar Sarjana dari Kairo ternyata tak serta merta membuatnya
mudah mendapatkan pekerjaan. Padahal memiliki pekerjaan, meskipun cuma supir,
masih jauh lebih baik daripada  orang berpendidikan
tinggi tapi menganggur. Azzam pun berikhtiar lagi. 

Sesudah mencoba beberapa jenis usaha, Azzam akhirnya
memiliki bisnis yang cukup membuatnya hidup berumah tangga. Tapi mencari istri juga
tak mudah. Apalagi Azzam berangkat dari keluarga kaum pesantren yang sangat
taat pada agama. Dalam kamus Azzam, tak ada istilah pacaran.

Majalah Amerika, Majalah Indonesia, Majalah, Berita Indonesia, Berita Amerika, Berita, Indonesia, Amerika, Sosial, Politik, Ekonomi, Politics, Social, News, Headline, Update, Update News, Masyarakat, Imigrasi, USA, AS,

Azzam kembali beikhtiar soal ini. Awalnya Azzam memiliki
berbagai pilihan, tapi satu persatu pilihan-pilihan itu kandas. Sambil berusaha
mencari calon istri yang terbaik, Azzam kembali menyerahkan semuanya kepada
Allah SWT.

Di film ini, perjalanan  Azzam mencari jodoh tidak seperti cerita arjuna mencari cinta dalam roman-roman picisan. Tapi perjalanan hati yang dalam. sampai-sampai dia begitu yakin atas wanita-wanita pilihan orangtua  untuk dirinya.

Hasil garapan Chaerul Umam ini betul-betul
mencerahkan. Dramaturginya kuat. Nafas keluarga pesantren yang kental, tak jengah
atau canggung dipertontonkan Chaerul  Umam. Apalagi dibanding film ketika cinta
bertasbih yang kurang banyak konflik, film ini cukup banyak menyajikan konflik.

Yang luar biasa, meminjam istlah Chaerul Umam, film ini
berisi inner conflict, atau konflik
yang dalam. Bukan konflik permukaan yang menggambarkan baku pukul.

Garapan Chaerul Umam begitu detail. Dia tak ragu mengumbar
gambar close up wajah pemain untuk mengejar guratan emosi.  Seperti saat adegan Ustadz Ilyas (Dude Herlino)
yang kikuk saat bertemu wanita yang disukainya.

Ketika Cinta Bertasbih 2

Begitu juga ketika adegan Anna (Oki Setiana Dewi) mencecar Furqon (Andi Arsyl Rahman Putra) yang
telah menzalimi dirinya. Adegan itu begitu intens dan menjadi salah satu bagian
terbaik film ini.

Selain di Indonesia, film ini juga akan di putar di tujuh negara, diantaranya Hongkong, Malaysia dan Singapura.

Di Indonesia film ini akan diputar di bioskop mulai 17 September 2009,  jadi jika Anda berminat mengisi libur lebaran Anda ke bioskop, “Ketika Cinta Bertasbih 2”  ini layak dipilih sebagai tontonan.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33750

Untuk melihat Berita Indonesia / Filem lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :