Memasuki minggu kedua pemutarannya  di jaringan bioskop Indonesia, film “Merah Putih” mulai
menuai antusiasme penonton. Sejak dirilis 13 Agustus lalu, film ini menjadi
pilihan tontonan keluarga selama satu minggu perayaan Kemerdekaan Indonesia dan
pada Sabtu hingga Senin. Bahkan pada 17 Agustus lalu tiket terjual habis di
beberapa bioskop di berbagai kota di Indonesia.

Alhasil, untuk minggu pertama pemutarannya “Merah Putih” menjadi
film Indonesia
terlaris ketiga tahun ini pada minggu pembukaannya, setelah film Ketika
Cinta Bertasbih
dan Garuda di Dadaku, demikian seperti dikutip siaran pers tim publicist film “Merah Putih”.

“Ketika kami membuat film ini, banyak kalangan mengatakan
bahwa film berlatar sejarah dengan genre drama perang tidak akan
diminati penonton. Antusiasme penonton pada minggu pembukaan telah membuktikan
keyakinan kami bahwa jika sebuah film dibuat dengan sungguh-sungguh, kerja
keras, berupaya memberikan yang terbaik, apalagi tema-tema yang diusung dalam
film ini merupakan tema yang penting bagi masyarakat Indonesia, penonton pasti
akan mendukung.” ujar Rob Allyn yang juga penulis di New York Times.  

Rob juga berterima kasih kepada seluruh kru dan pemain untuk
menghasilkan film ini. Dia juga mengucapkan apresiasi yang tinggi terhadap para
penonton yang telah mengajak keluarga, teman, sahabat, kerabat untuk menonton
film ini. “Dukungan para penonton ini semakin memompa semangat kami untuk
meneruskan sekuel kedua dan ketiga film ini.” ujarnya.

Kepada KabariNews.Com disela-sela acara press screening di Jakarta beberapa waktu lalu, Rob Allyn mengaku
antusias menggarap film Merah Putih. “Anda tahu, berapa banyak nama Indonesia disebut dalam film-film Hollywood atau film-film internasional? jarang sekali
bukan? Thailand, Filipina,
bahkan Malaysia justru lebih
terkenal, lihat saja film the entrapment-nya Sean Connery.” kata Rob Allyn (film
ini memang berlatar belakang menara kembar Petronas, Malaysia).

Kemudian Rob Allyn menyebut satu judul film “The Year of Living
Dangerously” yang dibintangi Mel Gibson dan Sigourney Weaver tahun 1982.
 Seingat dia, hanya dalam film itu saja nama
Indonesia terangkat, itupun
menceritakan sisi kelam politik Indonesia
pada masa itu, kata Rob Allyn.

“Padahal Indonesia
begitu kaya akan seni, budaya, sumber daya alamnya, dan jangan lupa kaya akan
sejarah masa lalu. Sejarah perjuangan merebut kemerdekaan inilah yang kemudian
saya ingin angkat.” ujar Rob panjang lebar.

Rencananya sekuel  kedua “Merah Putih” akan mulai melakukan syuting bulan November nanti.   

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33600

Untuk melihat Berita Indonesia / Filem lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :