Melanjutkan film “Virgin” yang dirilis tahun lalu, Starvision  kembali melempar sekuel film tersebut dengan judul “Virgin 2” bertagline “Bukan Film Porno”.

Entah maksud apa maksudnya, tapi bisa jadi sebagai penegas bahwa tema film ini berbeda dengan film “Virgin” yang sebelumnya identik dengan film esek-esek.

Film ini bercerita tentang kisah nyata beberapa tokoh dalam peristiwa terpisah, yang kemudian menyatu pada akhirnya.

Pertama diceritakan, Nadya (Joanna Alexandra) bersahabat dengan Mitha (Smitha Anjani). Mereka hidup berdua dalam sebuah apartemen. Nadya yang bekerja sebagai disc jockey di sebuah klub malam, menjadi tulang punggung untuk memenuhi kehidupan mereka berdua.

Virgin 2

Tapi Mitha terjerat drugs, dan persahabatan mereka nyaris karam karena Nadya dirongrong Mitha yang selalu minta uang untuk beli drugs.

Kisah kedua menceritakan tentang Tina (Christina Santika) yang diusir dari rumah. Ibunya yang janda menduga Tina menggoda pacarnya. Padahal pacar ibunyalah yang malah berusaha memperkosa Tina. Tapi tanpa tedeng aling-aling, demi menjaga kesenangan dirinya,  ibunya mengusir Tina.  Tina terpaksa hidup di jalanan sampai akhirnya bertemu Steffie (Wichita Sari).

Steffie yang awalnya dianggap dewi penolong, justru menjual Tina kepada Yama (Yama Carlos), seorang mucikari. Yama kemudian menjual Tina kepada klien-kliennya. Setelah beberapa saat dalam cengkraman Yama, Tina berhasil melarikan diri lalu bertemu dengan Nadya.

Nadya dan Tina akhirnya bersahabat dan tinggal bersama. Mereka bersama-sama menghadapi persoalan yang menghadang mereka. 

Agak sulit mencerna plot film ini, karena hampir semua konflik terkesan dipaksakan. Mulai dari konflik antara Tina dan ibunya,  konflik persahabatan antara Raymond, Nadya dan Mitha, dan yang parah justru konflik yang dialami Kenny.

Virgin 2

Penonton sama sekali tak disuguhkan apa yang yang sebetulnya yang terjadi dengan Kenny. Kenapa mendadak dia bunuh diri dengan cara menabrakkan diri ke mobil di akhir cerita?

Sosok Kenny hanya tampil beberapa scene, itupun tanpa gambar atau dialog  yang menghidupkan eksistensi karakternya dalam jalinan cerita film ini.

Kenny adalah wanita bisu akibat usaha bunuh diri yang gagal dan mengakibatkan pita suaranya rusak. Sehingga dalam berkomunikasi dia selalu menggunakan kertas dan pena.

Dan untuk menggambarkannya, entah malas berkreasi atau memang sosok Kenny hanya untuk melengkapi ‘penderitaan’ tokoh lain,  sutradara Nayato Fio Nuala, dengan gampangnya cuma menerangkan tokoh Kenny dengan cara memberikan credit title atau keterangan pendek pada menit-menit pertama film.

Padahal diakhir cerita,  Kenny diberikan tempat istimewa. Sampai-sampai Nayato menulis film ini dedikasikan untuknya dan Nadya (yang juga kemudian meninggal diakhir cerita).

Virgin 2

Secara teknis, film ini dibuat dengan teknik dasar pembuatan film yang boleh dibilang ‘aneh’. Misalnya soal Continuity Shoot atau gambar yang berkesinambunganAda satu adegan tergambar, Nadya pulang bekerja larut malam dan dalam keadaan muntah-muntah pula, tapi setelah itu masih sempat make-up dan memakai gaun, bahkan masih bisa melakukan beberapa adegan lain, setelah itu makan malam dengan seorang cukong.

Pertanyaannya, apakah jam makan malam di Indonesia sudah sedemikian larutnya?

Padahal kalau Nayato mau sedikit kreatif, adegan itu bisa diselip dengan adegan di siang hari kesesokan harinya, kemudian  dilanjutkan adegan makan malam dengan cukong pada pada malam harinya.

Nampak pula Nayato ingin mengejar gambar indah tanpa riset atau pemahaman lokasi yang cukup. Diceritakan setiap hari Nadya naik  kereta api dari apartemennya ke tempat kerja.  Tapi di seperempat bagian terakhir film diterangkan, bahwa Nadya dan Tina ingin pindah ke Jakarta.  

Jika film ini memang “Based On true Story”, seharusnya Nayato juga mau jujur bercerita soal latar belakang kota atau tempat peristiwa ini terjadi. Jika di Bandung, apakah ada KRL yang ulang-alik seperti di film tersebut? Karena satu-satu kota di Indonesia yang bisa mewakili cerita itu, cuma ada di Jakarta.

Dan banyak sekali dialog yang berpanjang-panjang dan sebetulnya jika dibuang saja tak mempengaruhi cerita.  

Yang patut diapresiasi adalah penampilan pendatang baru Joanna Alexandra sebagai Nadya. Akting Joanna cukup menghidupkan cerita film ini. Sebagai sentral cerita, Joanna berhasil membawakan peran Nadya yang mandiri, keras, sekaligus setia kawan.

Joannalah yang menjadi ‘nafas’ film ini. Meski termasuk pendatang baru, dengan akting seperti itu, ke depan Joanna layak diberi tempat di dunia perfilman Indonesia.    

Dan sisa-sia saja penonton jika menguhubung antara judul “Virgin 2 Bukan Film Porno” dengan temanya. Karena keduanya  sama sekali tak berkaitan.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33144

Untuk melihat Berita Indonesia / Filem lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket