Masih ingat kisah pelari muda Afrika Selatan, Caster Semenya? Ya, peraih emas di nomor lari 800 meter putri pada kejuaraan atletik di Berlin 2009 lalu itu sempat menimbulkan kontroversi karena jenis kelaminnya. 
Kejadian serupa ternyata juga terjadi di arena Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) II yang digelar di Jawa Timur. Entah karena terinspirasi kisah itu atau karena hal lain, yang pasti medali emas Kabupaten Jombang dicabut. Pasalnya, peraih emas untuk cabang olahraga lari 400 meter, Voni Noviana, diragukan jenis kelaminnya.
Peristiwa itu bermula dari usai final 400 meter putri yang berlangsung di Lintasan Atletik Brawijaya, Minggu (17/7) petang. Saat itu, Voni Noviana menyentuh garis finis pertama dengan mencatat waktu 61,67 detik. Meski belum memecahkan rekor nasional, limit waktu cukup mengagumkan di level event regional seperti Porprov ini.
Namun sejumlah ofisial daerah lain merasa curiga setelah melihat dengan seksama penampilan Voni yang sekilas kelihatan tomboi. “Selain kelihatan tomboi setelah saya perhatikan juga memang kelihatan seperti muncul jakun tanda yang biasa dimiliki pria,” cerita Edy Minarto, technical deligate cabor atletik. Pandangan sama juga diungkapkan beberapa ofisial dari daerah lainnya.
Akhirnya acara pengalungan medali dibatalkan lebih dulu karena Kota Malang mengajukan protes dan mempertanyakan kejelasan kelamin Voni Noviana. “Sesuai aturan kami terpaksa menghentikan dulu pengalungan medali karena ada protes,“ lanjut Edy.
Berdasarkan standar aturan International Association of Athletic Federations (IAAF), lanjut Edy Minarto, panitia pelaksana memanggil dokter baik dari tim medis maupun dokter dari rumah sakit Surabaya. “Sebelum dokter datang, hakim di lapangan juga saya suruh ajak ngomong Voni, katanya suaranya memang lebih mirip pria,“ ungkapnya.
Setelah dokter tiba di lokasi, Voni justru menolak untuk diperiksa dokter dan lari ke luar lapangan sambil menangis, “Karena tidak mau diperiksa oleh dokter yang juga perempuan, maka medali emas kita batalkan. Sampai sekarang kita belum bisa pastikan jenis kelaminnya yang asli,“ katanya. 
Kasus Voni ini, ujar Edy, yang juga menjabat Ketua Harian Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Jawa Timur, bukanlah yang pertama kali. Ia mengungkapkan bahwa di Jawa Timur juga sempat terjadi kasus yang sama di arena Kejuaraan Nasional Atletik Junior 2008 lalu.
“Waktu itu di Jakarta, saya tidak sebut dari daerah mana. Dia juga tidak mau diperiksa secara medis, kita tidak bisa memaksa. Ini juga sering terjadi di event nasional maupun internasional,“ ujarnya. 
Yang disesalkan Edy Minarto, seharusnya ofisial maupun atlet bersangkutan tidak perlu khawatir dengan tes medis. Sebab, jika memang ditemukan keganjilan dalam seksual bisa segera dicarikan jalan keluar. “Saya pernah menangani atlet dari Solo, ternyata memang memiliki kelamin ganda. Jadi, kita matikan salah satu hormonnya agar tidak berfungsi lagi dan sekarang dia tetap bisa jadi atlet. Kalau begini kasihan atletnya,“ sesalnya. 
Sementara itu, pihak kontingen Jombang juga terkesan menutupi kasus tersebut. “Saya belum tahu tentang masalah itu karena belum ada laporan dari koordinator atletik,“ elak koordinator Kontingen Jombang, Wahyu Setyo.
Akibat kelamin meragukan, Novi juga dilarang bertanding di nomor lari 800 meter putri dan estafet 4×100 meter putri.
“Sebenarnya catatan waktu Novi sangat menjanjikan untuk seorang atlet junior. Dengan pematangan skill, polesan stamina, Novi akan mampu berkibar di tingkat nasional seandainya dia memang perempuan,“ ujar Irmantara Subagya, Bidang Pembinaan Prestasi KONI Jawa Timur.
Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?37048

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :