Dua pekan terakhir teriakan Ganyang Malaysia menggema di Jakarta.
Jargon provokatif Soekarno tahun lampau itu muncul kembali pasca
insiden yang terjadi di perairan Bintan, Jumat 13 Agustus 2010.

Tiga Petugas Dinas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Tanjung Balai Karimun ditangkap oleh Polisi Diraja Malaysia. Mereka dipukul, diborgol, dan hanya dikasih makan satu kali.

Kronologi Insiden Perairan Berakit

Jumat, 13 Agustus 2010 sekira pukul 10.30 WIB,
Pengawas Perikanan Tanjung Balai Karimun mendapat infomarsi dari
masyarakat ada kapal ikan asing berbendera Malaysia melakukan
penangkapan ikan di sekitar perairan Berakit, Kepulauan Riau.

Dengan menggunakan kapal motor Dolphin 015, sejumlah awak Satuan Kerja KKP
Tanjung Balai Karimun yang tiga di antaranya bernama Asriadi (40), Seivo Grevo Wewengkang (26), dan Erwan (37) berangkat menuju ke Batam. Pada pukul 19.00, Kapal Dolphin
015 memergoki kapal ikan asing berbendera Malaysia sedang menangkap ikan
di wilayah Perairan Indonesia. Kapal itu kemudian digiring ke Batam.
Tiga petugas mengawal naik di atas kapal tersebut.

Pukul 22.00 WIB, tiba-tiba kapal patroli Marine Police Malaysia menghadang. Polisi Malaysia memerintahkan anggota KKP
yang ada di Kapal Dolphin 015 untuk naik ke Kapal mereka. Permintaan
ditolak. Salah satu petugas KKP menjelaskan, kapal berbendera Malaysia tersebut
ditangkap karena mereka menangkap ikan di wilayah Perairan Indonesia.
Kapal Patroli Marine Police Malaysia tidak menanggapi, malah salah satu
anggotanya mengeluarkan tembakan peringatan.

Nakhoda Kapal Dolphin 015 melarikan diri ke arah lampu Berakit.
Sementara itu, kapal ikan asing berbendera Malaysia yang dikawal oleh
tiga orang anggota KKP ditangkap oleh Kapal Patroli Marine Police Malaysia dan digiring ke Malaysia.

Setelah ketegangan mereda, kedua kapal bernegosiasi saling
membebaskan tahanan. Namun, tidak ada kesepakatan. Masing-masing pulang
membawa tahanan.

Kapal Indonesia menahan tujuh nelayan berkebangsaan Malaysia. Mereka
adalah Muslimin Bin Mahmud, warga Johor, Malaysia; Roszaidy Bin Akub,
warga Johor; Ghazali Bin Wahab, warga Sungai Renggit, Johor; Faisal
Muhammad, warga Endau Johor; Boh Khee soo, warga Johor; Lim Kok Guan;
dan Cheng Ah choy, warga Sungai renggit, Johor, Malaysia.

Sementara tiga orang anggota Satker tersebut dibawa oleh Marine Police Malaysia ke Malaysia.

Selama periode 13 Agustus sampai 16 Agustus telah terjadi kontak antara
pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk membahas insiden tersebut.

Tanggal 17 Agustus 2010 pagi, tujuh nelayan dibebaskan oleh pemerintah Indonesia. Sementara siangnya, tiga petugas KKP juga dibebaskan oleh Malaysia. Persoalan selesai.

Bukan Barter dan Tidak Ditahan

Namun demikian, masyarakat menganggap pemerintah lembek menghadapi
Malaysia. Mereka marah, karena pemerintah tega-teganya membarter tujuh
pencuri ikan dengan tiga aparatnya sendiri. Meski berkali-kali Menlu
Marty Natalegawa membantah adanya proses barter dalam penyelesaian
insiden tersebut.

Karena terlalu lembeknya, pemerintah dituding berupaya menutupi kenyataan yang sebenarnya. Ketika tiga pegawai KKP
itu dipulangkan, pemerintah mengatakan mereka tidak ditahan atau
ditangkap. Tetapi kenyataannya mereka memakai baju tahanan dengan tangan
diborgol.

Ketika salah satu kepala petugas KKP itu diperban, pemerintah bilang karena terjatuh
ke lantai kapal Polis Marin Malaysia. Belakangan ketahuan bahwa
kepalanya dipopor oleh aparat Malaysia. Mereka semula mengaku tidak
ditahan dan diperlakukan baik, tapi belakangan ketahuan bahwa mereka
diberi baju tahanan, diborgol, dan hanya dikasih makan sekali sehari
waktu buka puasa saja.

Keadaan ini tentu memancing amarah masyarakat Indonesia. Alhasil
setiap hari kedutaan besar Malaysia di Jakarta tak sepi dari aksi demo.
Aksi tersebut bahkan diwarnai pembakaran bendera Malaysia dan
menginjak-injaknya dengan kotoran manusia.

Barisan pemuda di organisasi UMNO Malaysia mengecam keras aksi tersebut. kata mereka, aksi itu menyakiti hati warga Malaysia.

Meski nota protes sudah dikirim Menlu Marty Natalegawa kepada
pemerintah Malaysia, surat keberatan juga sudah dikirim oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, tapi belum meredakan kemarahan publik.
Nasionalisme sudah terlanjur terbakar. Apakah Indonesia benar-benar akan
berperang melawan Malaysia?(yayat)

Untuk Share Artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?35479

Untuk

melihat artikel Utama lainnya, Klik

di sini

Klik

di sini
untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri
nilai dan komentar
di bawah artikel ini

________________________________________________________________

Supported by :