Arthur dan Ivan married tiga kali !

Arthur dan Ivan punya satu hari istimewa lagi. Arthur orang Indonesia, sedangkan Ivan orang Amerika. Rabu 18 Juni 2008 mereka mencatatkan lagi perkawinan mereka di Kantor Catatan Sipil Alameda, satu county di seberang San Francisco. Ini menyusul keputusan California Supreme Court pertengahan Mei 2008 yang melegalkan perkawinan sesama jenis di California. ”Technically ini ketigakalinya kita married, ” ujar Arthur dan Ivan bersamaan.

Dua lelaki setengah baya ini sengaja melakukan upacara perkawinan sederhana. Tidak ada limo, tuxedo, champagne, apalagi saksi. ”Menghindari orang iseng yang mengacak-acak nama di public record, kita memilih menikah secara confidential,” ujar Ivan. Arthur dan Ivan sudah merasa cukup mengenakan setelan batik khas Indonesia dan berbekal cincin kawin emas 23 karat yang dipesan khusus dari Jakarta.

 

Seperti lazimnya upacara perkawinan, Arthur dan Ivan mengucapkan janji perkawinan dan ada acara tukar cincin. Cuma bedanya, di akhir acara petugas Kantor Catatan Sipil berkata, ”Now I
pronounce you as spouse for life. And now you may kiss your spouse”. Bukan pasangan suami istri, tetapi pasangan seumur hidup.

Empat tahun lalu, Arthur dan Ivan juga tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menikah resmi. Februari 2004, Gavin Newsom, Walikota San Francisco yang baru saja terpilih, mengeluarkan surat kawin sesama jenis untuk pertama kalinya di Amerika Serikat. Kontan saja ribuan pasangan gay dan lesbian seantero Amerika Serikat mendatangi Balaikota San Francisco untuk kawin resmi.

Arthur dan Ivan ikut termasuk salah satu dari ribuan pasangan gay dan lesbian yang antri di City Hall San Francisco. Karena banyak peminat, mereka sampai-sampai harus memakai nomor
antrian. Di antrian panjang itu, penampilan Arthur dan Ivan lagi-lagi cukup mencolok. Karena keduanya sepakat tampil beda dengan memakai batik dan peci hitam Indonesia!

Tetapi belakangan, keputusan Walikota Gavin Newsom yang membolehkan perkawinan sesama jenis ini akhirnya dibatalkan pengadilan banding California. Dan perkawinan Arthur dan Ivan yang kedua hanya tinggal kenangan.

Lalu, kapan perkawinan yang pertama? ”Well, basically itu lebih personal, itu hari di mana kita memutuskan untuk move in bersama-sama,” terang Ivan dan Arthur. ”Tanggalnya kita ukir di cincin kawin, 26 April 1992,” tambah mereka lagi.

Arthur dan Ivan bertemu pertama kali tujuh belas tahun lalu di N’Touch, sebuah bar gay yang populer di kalangan gay Asia atau penggemar orang Asia di San Francisco. Arthur dan Ivan mengaku saling bergetar di saat pandangan pertama. ”Mulanya Arthur malu-malu, “ kata Ivan senyum. Tapi kedua lelaki yang umurnya sama ini segera merasa cocok, merasa saling membutuhkan dan mengambil keputusan untuk hidup bersama seterusnya.

Arthur dan Ivan sepakat bahwa gonta-ganti pasangan bukan gaya hidup mereka. “Begini ya, kita berdua juga mendambakan continuity, predictability dan
stability dalam hubungan kita, “ ujar Ivan.

 





 

Ketika ditanya mengapa ngotot menikah sampai tiga kali, keduanya menjawab, “Bukan apa-apa, ini soal pengakuan hak kita sebagai warga negara di hadapan pemerintah Amerika Serikat”. “Makin hari kita kan makin tua. Kalau salah satu dari kita sakit, saya juga ingin punya hak menjenguk di rumah sakit, ” kata Ivan lagi.

Ivan lalu bercerita bahwa dalam dunia gay pun ada diskriminasi soal umur. Dengan berguyon dia bilang, ”Above 21, you are old, Above 30 you are dead meat, Above 40 you are ancient.”

Sebagai pasangan gay, Arthur tidak otomatis mendapat green-card seperti layaknya pasangan heteroseksual. Perlu perjuangan keras dan waktu yang lama untuk keluar dari belantara imigrasi Amerika Serikat yang rumit.

“Ai ai”, panggilan sayang Arthur kepada Ivan. Dengan bangga, Arthur lalu memperlihatkan paspor USA yang masih gres dan bukti kewarnegaraan USA yang baru diterimanya. Sekarang Arthur tidak takut lagi terpisahkan dari Ivan.

Arthur hanyalah satu dari gay Indonesia di Amerika Serikat yang dengan hati-hati bersedia membuka diri, membagikan secuil perjalanan hidupnya. Sebagian enggan. Karena urusan perkawinan gay masih menjadi debat nasional di Amerika Serikat dewasa ini. Bahkan, November ini keputusan California Supreme Court soal perkawinan sejenis masih akan diuji lagi dalam pemungutan suara. Semuanya belum pasti.

Yang pasti adalah Arthur dan Ivan masih menjalankan usaha kecil-kecilan mereka dengan menjual berbagai makanan khas Indonesia di Bay Area. Makanan Indonesia bikinan Chef Arthur konon disukai dan laris dalam berbagai perhelatan masyarakat Indonesia, seperti Pasar Senggol, Indo Day, Naperdak.

Suka atau tidak, kaum gay dan lesbian adalah realita keseharian kita.  Mungkin ada yang kurang setuju dengan keputusan Arthur dan Ivan untuk menikah. Tetapi, sampai sekarang belum ada yang tidak setuju, terusik, apalagi mempermasalahkan makanan Indonesia buatan seorang gay atau straight. ”Habis arem-arem, kue pepek dan nasi kuning-nya Arthur enak sih.” (peter)