KabariNewsTak terbayangkan sebelumnya oleh Heni Fitria (22 ), gadis kelahiran Surabaya ini meraih gelar sarjana dengan kondisi ekonomi keluarganya yang tidak menentu. Bapaknya yang seorang tukang becak dan ibunya pedagang buah didepan rumahnya, tidak membuat Heni patah semangat. Sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, Heni sudah menunjukan niatnya untuk membuktikan dirinya bahwa dia mampu meraih itu. Terbukti setelah lulus dari SMP, Heni mampu melanjutkan ke SMA 14 Surabaya.

Dengan ketekunannya, Heni mendapat tawaran beasiswa dari program Bidikmisi untuk melanjutkan sekolah jurusan Teknik di Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), namun Pemkot Surabaya memberikan beasiswa ke Malaysia. “Saya hanya diberi waktu 2 hari untuk berpikir belajar di negri Jiran “ ujar Heni.

Akhirnya Heni memutuskan untuk menerima beasiswa dari Pemkot Surabaya. Heni berangkat ke Malaysia bersama 19 temannya dari seluruh Indonesia, tiga diantaranya dari Surabaya, termasuk dirinya. Heni mengambil dan berkonsentrasi pada jurusan Banking and Finance di Albukhary Internasional Univercity.

Namun saat Heni berkonsentrasi mengambil jurusan Banking and Finance ada masalah, kampusnya tempat ia belajar ditutup sementara dan harus pindah ke SEGI Univercity. Secara otomatis Heni juga harus pindah jurusan ke Managemant Keuangan. Lagi-lagi Heni tidak patah semangat, dan benar saja, Heni berhasil lulus dengan meraih cum laude dengan meraih nilai Indeks Pridikat Komulatif (IPK) 3,8.

“Saya sangat senang dan ini suatu kehormatan buat saya dan keluarga, saya bisa mengenyam pendidikan tinggi di luar negri, seperti mimipi menjadi kenyataan “, tegas Heni. Tak hanya itu saja, Heni juga pernah mendapatkan penghargaan sebagai penari Saman terbaik saat menempuh pendidikan di AIU.

Kini, Heni memilih kembali ke Surabaya untuk membangun Surabaya menjadi kota metropolitan dengan membangun perekonomiannya. Heni pernah berjanji pada TRI Rismaharini (saat itu Walikota-red), untuk kembali ke Surabaya setelah selesai belajar di luar negri. “Saya ingin membangun Surabaya bersama “, ungkapnya. “ Sebenarnya saya juga banyak mendapat tawaran kerja di Malaysia, tapi niat saya sudah bulat, untuk kembali ke Surabaya “

Rawuh (64), ayah Heni mengatakan kepada Kabari, “ Memang mas, Heni sejak kecil sudah punya cita-cita yang tinggi. Dia sangat tekun belajar. Dulu saya sedih jika tidak bisa membiayai sekolah Heni, tapi sekarang saya senang dan bersyukur “. Bagaimana tidak, Rawuh yang kesehariannya hanya bekerja mengayuh becak dan istrinya berjualan buah di rumah bisa menghidupi lima anak, termasuk Heni. Dengan mata berkaca-kaca, Rawuh menceritakan perjuangan hidupnya. “ Tapi itu masa lalu mas, saya bersyukur Heni telah membuat orangtua bahagia, pungkasnya.