Seorang wanita duduk di atas panggung. Pria di depannya yang disebut
penghipnotis meminta perempuan itu memandang matanya. Sekejap kemudian,
perempuan itu tertidur.

Di tengah tidur yang lelap, penghipnotis memberikan perintah-perintah
atau sugesti ke alam bawah sadar si perempuan. Alhasil, perempuan
tersebut mau melakukan apa saja sesuai perintah penghipnotis.

Apakah itu pertunjukan sihir? Bukan, itu disebut hipnosis (Ingris:
hypnosis). Hipnosis merupakan teknik dalam mempengaruhi orang lain
secara sengaja untuk masuk ke dalam kondisi yang menyerupai tidur, di
mana seseorang yang terhipnotis menuruti sugesti yang dilesakkan ke alam
bawah sadar tanpa perlawanan. Sementara hipnotis adalah keadaan dimana
proses hipnosis itu dilakukan.

Orang yang dihipnotis dalam keadaan sadar secara lahiriah. Namun
secara batiniah tidak, karena batinnya atau alam bawah sadarnya sedang
dikuasai. Dalam bahasa Inggris situasi ini kerap disebut “trance”.
Ketidaksadaran otak bukan seperti seseorang yang kerasukan arwah,
melainkan kondisi dimana otak atau alam bawah sadar dalam keadaan
terfokus, tak memikirkan hal lain, terkonsentrasi, dan pikirannya lebih
mudah menerima permintaan atau sugesti.

Trance sering kita alami

Yan Nurindra, salah seorang ahli hipnotis Indonesia mengatakan, kondisi
trance sebagaimana dialami oleh yang sedang dihipnotis, sebetulnya
kerap kita alami tanpa kita sadari.

Misalnya saat kita mengendarai mobil dan suatu ketika berhenti di
depan lampu lalu lintas. Biasanya, mata dan pikiran kita terfokus pada
bulatan warna-warni pada lampu lalu lintas.

Malah kerap kali kita terus melihat warna merah sampai berubah
menjadi warna hijau. Dalam situasi itu, pikiran kita hanya terfokus pada
lampu berwarna merah. Tak ada pikiran lain.

Dalam sekian detik itulah muncul kondisi trance, atau setengah sadar. Tak heran saat lampu lalu lintas berubah hijau, bunyi klakson dari belakang langsung menyadarkan kita.

Hipnotis Kejahatan

Istilah hipnotisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh James Braid,
seorang dokter bedah asal Skotlandia pada tahun 1841-1842 yang merupakan
singkatan dari “syaraf tidur” (“neuro-hypnotism”).

Seiring perkembangan jaman, hipnotis terus mengalami perkembangan
menjadi beberapa jenis sesuai manfaatnya. Ada hipnoterapi untuk
kesehatan, dan banyak juga yang menggunakan hipnotis sebagai sarana
hiburan, atau disebut stage hipnosys.

Dalam dunia motivasi, hipnotis juga kerap dipakai sebagai alat untuk
pengembangan diri. Misalnya untuk mengendalikan emosi, mengembangkan
karier, atau meningkatkan kepercayaan diri.

Selain itu, adapula hipnotis yang digunakan untuk tujuan kejahatan.
Di Indonesia ini disebut gendam. Praktek sama dengan hipnotis, hanya
saja, orang yang terhipnotis biasanya diminta untuk menyerahkan
barang-barang berharganya.

Lalu bagaimana tips menghindari kejahatan hipnotis? Berikut ini tipsnya,

1. Pastikan Critical Factor kita tertutup_.

Dalam kondisi sadar saat ini, kita berada pada gelombang beta. Sedangkan
dalam keadaan pra-sadar, kita berada pada gelombang alpha. Untuk masuk
dari beta ke alpha, seseorang membutuhkan kondisi yang sangat rileks,
penuh kosentrasi, lalu dengan mudah kita akan masuk ke alam bawah sadar.
Critical Factor adalah sebuah gerbang yang menghubungkan antara alam sadar dan alam bawah sadar. Critical factor
ini dapat terbuka saat kondisi kita sedang rileks, penuh konsentrasi,
bingung, sangat emosional (marah, sedih), atau mendengarkan sesuatu dari
orang yang kita percayai. Jadi tutuplah critical factor kita dengan
melakukan hal yang berkebalikan dari hal di atas ketika kita berada di
area publik agar tidak mudah terhipnotis.

2. Jangan terlalu fokus/ konsentrasi pada suatu hal_.

Salah satu hal yang dapat membuka critical factor kita adalah
konsentrasi penuh. Sehingga, agar critical factor kita tidak terbuka
berusahalah untuk tidak terlalu fokus ketika menyaksikan hal baru yang
kita jumpai di luar. Bisa jadi kita sengaja dibuat terpukau pada sebuah
pertunjukan atau aksi mereka, lalu secara tidak langsung kita
terhipnotis untuk membeli produk mereka.

3. Selalu menganalisa.

Kita akan mudah terhipnotis oleh orang yang sangat kita percaya,
dibandingkan dengan ketika kita berhadapan dengan orang baru yang tidak
kita kenal. Saat kita percaya, kita akan dengan mudah menerima sugesti
dari orang yang kita percaya. Oleh karenanya, agar tidak mudah
terhipnotis maka selalulah menganalisa setiap hal yang dikatakan orang
ke kita benar tidaknya, ilmiah atau tidak.

4. Jangan mudah percaya pada orang yang baru kita kenal.

Jangan mudah percaya dengan orang yang baru dikenal. Ini pesan sederhana
yang barangkali sudah diturunkan oleh nenek moyang kita. Berilah jarak
dan ruang kepada kenalan baru kita. Jangan langsung akrab begitu saja. (yayat)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?36037

Untuk

melihat artikel Sana-Sini lainnya, Klik

di sini

Klik

di sini untuk

Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di
bawah artikel ini

____________________________________________

Supported

by :