IF YOU DEPORT ME, I WILL BURN YOUR HOUSE!

Anak muda ceking itu baru duapuluhan tahun. Rambutnya hitam ikal. Mukanya polos. Kulitnya bersih tanpa tato. “Potongannya kaya anak SMA gitulah, “ kata teman satu penjaranya di El Paso.

Orang yang belum kenal mengira ia berasal dari Filipina. Seringkali dia terlihat diam. Pandangannya kosong. Tapi begitu dia bicara, orang Indonesia pasti tahu dia berasal dari Bali. Kadang dia memang nyeletuk, “Kenken niki?”.

Kita panggil saja dia Dharma. Ceritanya, orangtua Dharma adalah pedagang kelontong biasa. Orangtuanya sampai perlu hutang sana sini agar Dharma bisa berangkat ke Amerika Serikat.

Setelah tiba di LA bulan Februari tahun ini, Dharma langsung bekerja dengan upah bawah meja di sebuah Chinese Restaurant di Bakersfield. Dengan modal otot kuat dan Bahasa Inggris pas-pasan, Dharma menjadi busboy di restoran buffet ini. Dia hanya bertahan tiga minggu.

Atas ajakan teman, Dharma pindah ke San Francisco. Dia bertemu penyalur tenaga kerja tak resmi di Chinatown, San Francisco dan mendapat tawaran kerja di satu restoran Asia di Austin, Texas.

Tanpa pikir panjang, Dharma mengiyakan saja tawaran kerja itu. Kabarnya, upahnya lebih bagus. Lalu, Bulan April, berangkatlah dia naik bus Greyhound menuju ke Austin. Seperti lazimnya, bus Greyhound jalan melalui rute biasa. Bus Greyhound asal California biasanya berhenti dulu di Las Vegas, Nevada. Menunggu sekitar lima jam. Tidak jelas mengapa. Mungkin saja memberi kesempatan kepada sopir bis istirahat. Apalagi setelah berjam-jam melewati daerah tandus gurun Nevada. Atau bisa juga memberi kesempatan para penumpang untuk gambling dulu di Golden Nugget Casino, tepat di samping pangkalan bus Greyhound.

Waktu sopir bus Greyhound menyalakan mesin meninggalkan Las Vegas, Dharma tidak punya firasat apa-apa. Bus antar kota ini terus menderu sampai kemudian stop di Sierra Blanca. Ini merupakan check point (daerah pemeriksaan) sekitar El Paso, dekat dengan perbatasan Meksiko.

Dharma masih tenang saja di kursinya dan kurang paham apa yang sedang terjadi. Sekejap kemudian, beberapa petugas ICE (Immigration and Custom Enforcement) merangsek masuk dan sudah berada di atas bus sembari berkata lantang, “ID please.” Tentu saja Dharma kelabakan. Di tangannya ada paspor hijau berlambang Garuda dan Kartu I-94 yang sudah kadaluwarsa. Ijin tinggalnya di AS hanya dicap selama dua bulan. Dan Dia sudah melewati batas tinggal beberapa hari!

Seperti bisa diduga, Tanpa banyak cingcong, petugas langsung memborgolnya keluar bus Greyhound karena pelanggaran imigrasi. Sesampai di kantor check point, Dharma masih sempat protes, meronta menuntut tasnya yang masih tertinggal di bagasi bus Greyhound.

Dalam catatan Kabari, ada dua imigran Indonesia yang tertangkap petugas imigrasi di atas bus Greyhound dalam perjalanan menuju Louisiana. Mereka berangkat ke sana dengan harapan dapat bekerja sebagai sushi maker. Dua pria muda ini sempat mendekam di Penjara Imigrasi El Paso dan baru saja dideportasi ke Indonesia.

Dharma kemudian ditahan di Penjara Pecho. Penjaranya sendiri sebagian berisi tahanan imigrasi. Selebihnya adalah tahanan negara bagian yang kebanyakan kasus kriminal. Si anak Bali ini menghabiskan waktu tiga bulan di sana. Awal Agustus Dharma dipindah ke Penjara Imigrasi El Paso. Di sini Dharma melalui proses klasifikasi dan mengenakan seragam biru.

Ada tiga warna yang membedakan kategori tahanan. Seragam biru untuk tahanan dengan pengamanan minimum. Seragam oranye untuk tahanan pengamanan sedang. Dan seragam merah unutk tahanan dengan pengamanan maksimum. Karena ada risiko kabur, terlibat pembunuhan, pernah masuk penjara federal, penjahat kambuhan atau tukang bikin onar di penjara.

Mungkin karena malu atau malas terbuka, Dharma mulanya enggan tinggal satu barak dengan tahanan Indonesia lainnya. Sipir penjara pun tak mengerti kenapa. Tapi, akhirnya dia bertemu juga dengan beberapa tahanan imigrasi Indonesia lainnya sewaktu jam makan. ”Dia terlihat sangat stress. Semula pinginnya pulang saja, ” kata seorang tahanan Indonesia soal Dharma.

Entah mendapat inspirasi dari siapa, Dharma yang kalut tiba-tiba berubah total. Dia ngotot ingin tinggal di Amerika saja. Dia lalu menulis surat,satu ditujukan kepada Kepala Penjara Imigrasi El Paso. Dan satu lagi ditujukan kepada Hakim Pengadilan Imigrasi El Paso.

Bunyi suratnya begini, “IF YOU DEPORT ME, I WILL BURN YOUR HOUSE!”

Setelah itu, Dharma terkesan santai-santai saja. Malam itu juga jam 8 malam masih di awal Agustus, saat sedang menonton televisi di baraknya. Tiba-tiba beberapa petugas penjara masuk ke barak dan mendekatinya.

“Are you Dharma?”

“Yes” (tanpa prasangka)

Tanpa basa basi petugas penjara tadi langsung memborgol tangannya. Dharma lalu digiring ke ruangan pemeriksaan jiwa! Selama tiga hari, ahli jiwa dan perawat memeriksa kesehatannya. “Kepalanya di-scan dan dipasangi kabel-kabel segala, “ ungkap Gary, tahanan imigrasi lain asal Indonesia.

Mendengar berita sensasi ini, penjara Imigrasi El Paso pun gempar. Sipir penjara dan tahanan berseragam merah pun ikut geleng-geleng kepala. Ck..ck..ck.

Setelah diperiksa tim medis, ternyata kondisi Dharma sehat-sehat saja. Lalu si anak Bali yang malang ini dijebloskan dalam penjara isolasi. Satu tahanan satu kamar, tanpa kontak dengan tahanan lain.

Karantina di sini istilahnya hole. Dijaga dengan maximum security. Bentuknya berupa mobile-home. Ada 8 kamar isolasi disini. Makanan diselipkan lewat slot kecil di hole. Tidak ada toilet, kalau mau buang air, harus berteriak ke petugas. Setiap hari boleh satu jam keluar ruangan. Dan dua jam seminggu sekali boleh pergi ke perpustakaan.

Dharma menghuni hole di El Paso sebulan lamanya. Akhir Agustus ini dia baru keluar dari penjara isolasi.

Terakhir Dharma terlihat lebih tenang. Terkadang dia iseng menghentikan tahanan lain, hanya untuk melihat gelang tangan yang berisi nama dan kasus pelanggaran imigrasi mereka. Dharma bisa-bisa bakalan lama menghitung hari-harinya di El Paso.(peter)

Klik Disini untuk Baca Artikel ini di Majalah Kabari September 2008 ( E-Magazine )

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?31901

Untuk melihat artikel imigrasi lainnya, Klik disini

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Photobucket