Gunung Merapi meletus. Letusannya tidak hanya terjadi
sekali, namun hingga berkali-kali. Sampai berita ini turun, status
Merapi masih “Awas” status tertinggi dalam bencana gunung api.

Erupsi 26 Oktober 2010

Letusan (erupsi) pertama Merapi terjadi pada Selasa sore sekira pukul 17.45 Waktu Indonesia Barat (WIB).
Erupsi terjadi hanya sehari setelah status gunung teraktif di
Indonesia itu (baca juga:profil Gunung Merapi) dinaikkan dari “Waspada”
menjadi “Awas”.

Semburan awan panas terjadi sampai hingga enam kali dalam hitungan
menit. Bahkan semburan awan panas mencapai selama 33 menit sebelum
akhirnya terdengar dentuman keras.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melaporkan, ada tiga kali dentuman keras pada pukul 18.10, 18.15 dan 18.25.

Dari Pos Pengamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Merapi terlihat
mengeluarkan nyala api bersama awan panas atau sering disebut wedus
gembhel yang membubung hingga setinggi 1,5 km dari puncak Merapi. Kolom
awan terlihat dari kota Magelang yang jaraknya puluhan kilometer dari
gunung Merapi.

Erupsi Merapi tanggal 26 Oktober 2010 bersifat eksplosif diikuti
lontaran material gunung api, debu, dan awan panas. Dilaporkan penduduk
di Kebumen dan sekitar Cilacap, Jawa Tengah diterpa hujan abu.

Seminggu sebelum erupsi, upaya evakuasi sudah dilakukan. Seluruh
institusi penanggulangan bencana tingkat nasional maupun tingkat
provinsi, bahu-membahu mengevakuasi warga dengan perlengkapan yang
ada.

Mobil, motor, truk, sampai gerobak dijadikan alat angkut. Ribuan
warga dari puluhan desa di sekitar lereng Merapi berhasil dibawa turun
oleh tim SAR (Search And Rescue).

Tetapi evakuasi tak sepenuhnya berlangsung mulus, puluhan warga di
Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, masih
bergeming. Mereka bertahan meski dentuman keras terdengar dan hujan debu
mengguyur desa tersebut.

Tim SAR berusaha menjemput mereka, tapi
situasi tak menguntungkan. Selain gelap, hujan debu menghambat laju
ambulans atau mobil evakuasi. Tim SAR berburu
dengan waktu. Terlambat sedikit saja, fatal akibatnya. Tapi akhirnya
mereka turun kembali. Awan panas terlanjur melahap Desa Umbulharjo.

Pukul 22.10 setelah erupsi mereda, Tim SAR kembali naik. Mereka menyisir desa Umbulharjo tempat dimana puluhan warga diyakini masih bertahan.

Situasi desa itu porak poranda. Rumah-rumah terlihat rubuh berselimut
debu. Bau belerang bercampur bau hangus menyengat hidung. Di malam
gelap gulita itu, Tim Basarnas menemukan 14 korban meninggal.

Empat orang ditemukan di sekitar rumah juru kunci Merapi, Mbah
Maridjan. Sepuluh orang lagi ditemukan tergeletak di jalanan, yang juga
tak jauh dari rumah Mbah Maridjan. Sementara sang juru kunci ditemukan
meninggal dengan posisi sedang bersujud di dapur rumahnya.

Diantara korban tewas, terdapat nama Yuniawan Wahyu Nugroho, mantan
editor majalah Kabari yang saat ini bekerja untuk portal berita
vivanews.com. Jenazah Yuniawan tergeletak di dekat sebuah motor di depan
rumah Mbah Maridjan.

Korban lain ditemukan di tempat yang berbeda-beda. Seluruh korban
meninggal ditemukan dalam keadaan diselimuti debu tebal dan hangus
terbakar.

Erupsi eksplosif 3-5 November 2010

Aktivitas Merapi sejak erupsi 26 Oktober 2010 sedikit mereda. Setelah
menyemburkan jutaan kubik abu vulkanik, Merapi mulai mengeluarkan lava
panas.

Lelehan lava panas itu terlihat merambat turun dengan kecepatan
tinggi. Warnanya yang kuning kemerahan sungguh menakjubkan sekaligus
mematikan.

Selanjutnya, gunung Merapi kembali bergeliat. Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
mencatat, mulai hari Rabu (4/11/2010) hingga Kamis (4/11/2010) aktivitas
Merapi meningkat tajam. Gempa vulkanik terjadi 22 kali, guguran lava
panas terjadi beruntun, serta semburan awan yang membungbung tinggi
hinga 3 km.

Pada hari Jum’at 5 November 2010, erupsi di puncak Merapi belum juga
mereda. Bahkan kian menghebat. Awan panas juga makin liar dan menewaskan
puluhan warga di Desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman.

Berdasarkan hasil monitoring, pemerintah memperluas Kawasan Rawan
Bencana menjadi 20 kilometer (sebelumnya 15 km)dari puncak Merapi.

Tingginya kegiatan gunung Merapi juga tercatat dalam komputer
monitoring energi. Selama hari Kamis komputer merekam energi yang
dikeluarkan Merapi mencapai enam kali lipat dibanding letusan pada 26
Oktober hingga sekitar pukul 05.40 WIB. Sedang seismograf masih terus merekam terjadinya aktivitas yang sangat tinggi di puncak Merapi.

Pada hari itu juga Presiden Susilo Bambang Yudoyono kemudian
memerintahkan jajarannya untuk mengevakuasi paksa warga yang masih
enggan turun gunung. Ia juga memutuskan berkantor sementara di Istana
Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta untuk memantau kondisi secara
langsung.

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?35900

Untuk
melihat artikel Utama lainnya, Klik
di sini

Klik
di sini
untuk Forum Tanya Jawab


Mohon
beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_______________________________________________________________

Supported
by :