Sebuah buku terkadang berisikan perjalanan hidup dari seorang penulisnya sendiri. Melalui goresan penanya, mereka mengisahkan kembali kenangan manis maupun pahit, keluh kesah bahkan pengalaman yang tak mungkin dapat terlupakan. Nah, berikut ini adalah dua buku yang ditulis oleh dua orang wanita Indonesia selama mereka berada di tanah  yang bagi sebagian orang dianggapnya sebagai tanah impian, yaitu Amerika Serikat.

1. Bright Eyes

302908_620Buku pertama ditulis oleh Bre Salim. Buku ini berisikan pengalamannya menimba ilmu di Phillips Exeter Academy (PEA) di New Hampshire, Amerika Serikat. Sekolah asrama Philips Exeter adalah salah satu sekolah persiapan pra universitas terbaik di Amerika Serikat.

Brea menjadi satu-satunya anak Indonesia yang menimba ilmu di PEA pada periode 2009-2012. Saat itu, Brea masih berusia 15 tahun dan baru lulus dari Sekolah Perlita Harapan. Dia mengumpulkan tulisan-tulisan yang punya kemiripan tema dan menggambarkan perjalanannya sebagai orang ketujuh yang bersekolah di almamater yang sama dengan penulis Da Vinci Code Dan Brown dan bos Facebook Mark Zuckerberg itu.

Tulisan-tulisan dalam Bright Eyes, antara lain menceritakan pencarian identitas Brea sebagai satu-satunya orang Indonesia di Exeter. Dalam tulisan yang bertajuk Birthday misalkan, Brea bercerita soal memorinya saat kerusuhan 1998 terjadi di Jakarta. Ataupun Bright Eyes—yang menjadi judul buku ini—soal pujian yang diberikan oleh teman-teman asrama Brea Salim selama bersekolah di Exeter. Kini, Bre sudah diterima di Barnard College, Columbia University.

2. Keliling Amerika ala Au Pair

Keliling Amerika Ala Au PairBuku kedua ditulis oleh Ariane O. Putri. Dalam bukunya ini, Ariane mengisahkan bagaimana program Au Pair mewujudkan impiannya dan memaparkan bagaimana proses Ariane mendapatkan program Au Pair tersebut. Dari browsing  mengenai tempat pendaftaran di situs-situs yang terpercaya, memilih kriteria host family  yang dia inginkan, membuat profil diri, melakukan wawancara, melengkapi berbagai dokumen yang diperlukan, hingga memenuhi persyaratan pengalaman mengasuh anak selama 200 jam.

Sekalipun prosesnya sangat berliku, semangat yang tinggi tampaknya tak pernah mengurangi antusiasme perempuan yang kemudian berkelana selama dua tahun di Amerika ini. Apalagi ketika akhirnya ia berangkat ke Amerika untuk menjalani pelatihan bersama lima teman Au Pair  lain dari berbagai negara. Dia menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi Au Pair  di Amerika, September 2010, dan ditempatkan di Baltimore, Maryland.

Menjadi Au Pair  juga menjadi pengalaman pertama Ariane ke luar negeri, sendirian. Beruntung ia mendapat host family  yang baik, pasangan dokter berdarah Pakistan. Banyak hal yang ia pelajari dengan tinggal bersama keluarga imigran di Amerika ini. Dari memasak makanan Pakistan, sampai menggunakan paper towel  untuk membersihkan counter  dapur atau kompor. Ia sendiri belajar untuk mengambil yang baik, dan tidak menerapkan hal-hal yang tidak sesuai dengan idealismenya.

Kesempatan untuk jalan-jalan juga terbuka lebar bagi Ariane, entah karena ikut host family-nya atau karena mendapat jatah libur. Sehingga, selama dua tahun itu tanpa terasa ia sudah mengunjungi 15 negara bagian di Amerika. Maka selain menceritakan pengalaman menjadi Au Pair,  buku ini juga banyak menceritakan bagaimana sang penulis jalan-jalan ke berbagai tempat bersama teman Au Pair  atau couchsurfer  (member dari komunitas traveller online, Couchsurfing). (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?67719

Untuk melihat artikel Buku lainnya, Klik disini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

lincoln