Nasi Timbel

KabariNews – Satu pagi yang cerah di kota Sukabumi. Lalu lintas di jalur kota menuju Cianjur sudah ramai oleh mobil dan motor. Di jalur itu tepatnya di daerah Ciaul, tampak sebuah gerai sederhana yang menarik dengan tulisan besar tertera di depan sebuah gerobak alumunium. Paket Wareg (kenyang) Ayam+Timbel.

Gerai tersebut tampak jelas oleh pengendara kendaraan yang lalu lalang. Posisinya strategis dan mudah dijangkau, namun tidak tersedia lahan parkir yang memadai bagi pengendara mobil yang berhenti untuk membeli. Gerai mini tersebut selalu ramai pengunjung. Seperti pagi itu, seorang pembeli sedang asyik menyantap nasi timbel dan ayam goreng dengan lahap. Ia mengaku sudah sering membeli dan menjadi pelanggan tetap di gerai ini.

Harga Murah, Rasa Terjaga

Deden, seorang pemuda yang menjaga gerai tersebut terlihat sibuk menggoreng ayam. Di sela-sela kesibukannya menggoreng, Deden menjelaskan bahwa ia mampu menjual hingga 30 kg ayam per hari. Dari 1 kg. ayam, dipotong menjadi 12 dengan harga Rp. 5000, per potong. Deden mampu mengantongi uang hingga Rp. 1.800.000 perharinya. Belum lagi dengan penjualan nasi timbel dengan harga Rp. 2000 perbungkus.

Dengan rasa ayam yang terjaga dan harga yang murah, rupanya menjadi penarik minat pembeli yang berasal dari tempat sekitar. Deden mengaku pelanggannya memang berasal dari lingkungan sekitar. Kendati tempat berjualan merupakan tempat melintas bagi pengendara yang menuju luar kota, namun belum mampu menarik pembeli yang berasal dari lain kota.

Nedi, sang pemilik gerai tersebut sudah mengelola usahanya selama 3 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, Nedi mengembangkan inovasi dengan menambahkan nasi timbel di dalam menu jualannya. Di sinilah letak perbedaan gerai ini dengan penjual serupa. Jika penjual lain menjual nasi saja, Nedi mengubahnya menjadi nasi timbel. Upayanya ini cukup dapat diterima konsumen. Untuk mengembangkan usahanya itu, Nedi merencanakan akan membuka 1 gerai lain di kota Sukabumi.

Nasi Timbel Penggugah Selera

proses pembuatan nasi timbel

Nedi tetap menjaga kualitas nasi timbelnya dengan menggunakan beras yang bermutu dan daun pisang segar, agar rasanya lebih enak dan wangi.

Nasi timbel terbuat dari beras yang ditanak hingga matang, lantas dibungkus dengan daun pisang muda yang segar, digulung hingga padat. Kemudian, masukkan ke dua ujung daun pisang ke bagian dalam untuk menguncinya. Untuk 1 bungkus nasi, diperlukan setidaknya 2 -3 lapis daun pisang berukuran sedang. Sebelum digunakan, daun pisang dilap hingga bersih. Setelah itu, daun pisang dipanaskan sekilas di atas api.

Untuk membuat nasi timbel tradisional Sunda, diperlukan dulang dan hihid. Dulang adalah wadah nasi yang terbuat dari kayu khas Sunda. Dulang digunakan untuk ngakeul. Ngakeul sendiri artinya, nasi dimasukkan ke dalam dulang lantas dikipasi menggunakan hihid (kipas bambu) sampai uapnya habis. Proses ini membuat nasi menjadi tak terpisah dan pulen walau sudah tidak hangat lagi.

Gerobak Ciaul

Paket wareg ditambah dengan saus kemasan untuk ‘ayam goreng’ bukannya sambal khas timbel. Untuk sambal nasi timbel sendiri biasanya adalah sambal terasi yang dibuat tiba-tiba . Paket wareg harganya Rp 7000.

Ayam Goreng

Deden hanya bertugas menggoreng ayam dan melayani pembeli. Untuk bumbu tepung dan ayam sendiri sudah disiapkan oleh Nedi. Nasi timbel pun sudah disiapkan dari rumah dan langsung di masukkan etalase untuk dijual. Berbeda dengan gerai nasi lain yang menyimpan nasi agar tetap hangat dan baru menyiapkannya jika ada pembeli. Kendati nasi timbel tidak lagi hangat, rasanya pulen dan wangi. Ditambah dengan ayam goreng yang rasanya gurih. Paket wareg memang cukup untuk memuaskan rasa lapar dari perut yang keroncongan. (1008)