KabariNews – Sejarah kepemimpinan di Indonesia tercatat banyak fenomena menarik baik sejak awal hingga akhir proses mencapai kedudukannya. Begitu pula dengan sosok-sosok sang calon pemimpin dalam menapaki jenjang menuju puncak, berhadapan dengan takdir, dan dorongan alam secara natural. Biarpun kekuatan teknologi terkesan jauh lebih mampu membuat rancang bangun, orang selalu percaya; manusia berusaha Tuhan yang menentukan.

Kunjungan Presiden Jokowi ke Kalimantan Selatan, melihat titik api

Kunjungan Presiden Jokowi ke Kalimantan Selatan, melihat titik api

Jujur kita katakan para pemimpin negeri ini lebih popular dengan cara kepemimpinannya. tapi tidak popular dengan kebijakan yang diambilnya. Dengan kebebasan informasi yang bisa diakses dari dan dengan cara begitu mudah, seluruh informasi dan data bisa diperoleh dengan cepat. Tetapi jangan lupa, bahwa kecanggihan yang disajikan melalui teknologi saat ini sekaligus juga begitu mudahnya dimanipulasi.

Agar pikiran kita tidak terlalu jauh kebelakang dan menduga-duga, bagaimana sebuah negeri menemukan sosok dan pemimpin dan negarawan, sebut saja Presiden RI ke 7 saat ini, Joko Widodo. Fakta membuktikan bahwa kajian rasional kita dalam beberapa hal “ketinggalan” dengan kajian analisis para indigo. Joko Widodo masuk dalam lingkaran ramal para komunitas indigo jauh sebelum beliau menjadi presiden. Disebut sebagai akan ada pemimpin sederhana dari keluarga bukan keturunan darah biru, yang akan memimpin negeri ini. Tapi Joko Widodo tidak masuk dalam jangkauan ramal para tokoh dan politisi.

Fakta ini sekaligus membuktikan adanya kontaktual atas zaman yang selalu mengambil peran pada setiap perubahan. Biarpun ini bukan bentuk legalitas nalar, tapi dalam pemikiran timur, fakta yang muncul dari fenoma alam selalu mendapat tempat istimewa dikalangan masyarakat akar rumput. Kita lihat kembali perjalanan sang presiden kita.

Landas pacu Joko Widodo untuk menjadi RI 1 adalah DKI Jakarta. Jakarta adalah Indonesia kecil dalam peta geo politik nasional. Berbagai kebijakan diambil dan ditera melalui tolok ukur dari Ibukota Negara ini. Di sini tokoh yang sangat sederhana dan bersahaja itu meletakan dasar kepercayaan kepada masyarakat, Menyatukan antara gaya kepemimpinan dan etos kerja dalam kongkrititas nyata . Untuk kota seperti Jakarta, Joko Widodo tahu betul harus berbuat apa?

Perjalanan menuju RI 1 untuk seorang yang sedang naik daun rasanya tidak terlalu sulit. Jakarta bukan saja pusat pemerintahan, tapi pusat informasi data dan komunikasi deras, dengan kapasitas dan kapabilitas sangat luas, langkah membangun jaringan koneksi secara cepat merupakan keputusan tepat. Artinya ada kekuatan riil yang dapat digalang, dan bergerak dari fakta zaman dimana sentimen emosional manusia (disebuah metropolitan) menentukan keputusan atas dasar pertimbangan emosional.

Kunjungan kerja ke Kalimantan Barat, Presiden turut serta menanam padi

Kunjungan kerja ke Kalimantan Barat, Presiden turut serta menanam padi

Gerakan emosional ini sangat mempengaruhi konsep menggalang masa. Dengan suka rela ihklas dan tulus, relawan dan simpatisannya memberikan kontribusi tanpa pamrih, tanpa transaksi, tanpa janji apapun. Gerakan emosional relawan Joko Widodo mengkristal menjadi gerakan fanatisme dengan harga mati. Organisasi instan yang terkoordinasi rapi, cepat, tepat dan mudah menyesuaikan diri. Hampir semua gerakan dan aktivitas Joko Widodo menjadi berita utama media di hampir seluruh dunia. Tak kurang majalah berita TIME mengangkat sosok Joko Widodo sebagai tokoh paling berpengaruh 2014. Sosok kerempeng ini berubah menjadi tokoh kharismatik yang mampu mempengaruhi dunia.

Katakanlah pergerakan naluriah, spontan dan penuh toleransi yang mengantar Joko Widodo dengan kepolosan dan tulus menjadi magnitude semua yang membenci dan mencintai terjerumus pada ruang permainan siapa kalah dan siapa menang. Sekaligus terjebak pada kekonyolan yang menimbulkan kebencian masyarakat pada lawan-lawannya.

Joko Widodo dianggap gagap dan bodoh oleh lawan politiknya dalam berbagai kampanye. Dia juga sosok yang tidak punya kapasitas pemimpin nasional, tidak punya pengalaman dan sama sekali tidak punya rekam jejak yang patut untuk menduduki jabatan sebesar itu. Yang lebih menyakitkan, Joko Widodo “boneka” yang disetir oleh Megawati sang ketua partai. Lawan-lawan Joko Widodo yakin benar mustahil dia bisa sampai di kursi Presiden. Dari mulai paranormal, hingga selebriti kondang sampai membuat pertaruhan tak masuk akal hanya berharap Joko Widodo kalah dalam pemilihan.

Dalam perjalanan menuju RI 1, Joko Widodo memang fenomenal. Dari mulai trending topic sampai kehadirannya yang jauh dari kriteria sesorang pemimpin sebuah negeri besar seperti Indonesia. Joko Widodo juga disebut sebagai “Satrio Piningit”, pemimpin yang membawa negeri menuju gemah ripah loh jinawi.

Kesederhanaan Joko Widodo lah yang telah menghisap emosi masyarakat hingga manca Negara. Tak kurang musisi rock sampai pejabat Negara sahabat memberi empati luar biasa. Berbagai peristiwa monumental mengiringi sosok sederhana ini merakit fundamental keniscayaan dalam sendi-sendi seorang pemimpin. Pilihan baju kotak-kotak dan blusukan malah dianggap norak dan lucu. Puncaknya ketika sebuah konser anak muda di Gelora Bung Karno (GBK) ketika itu, Joko Widodo yang diperkirakan runtuh, berubah melejit setinggi-tingginya.

Dalam catatan sejarah pemilihan presiden, baru kali ini terjadi penumpasan karakter lawan politik habis-habisan. Tidak sekedar fitnah. Dan bukan dikemas seperti gossip. Tapi fakta-fakta palsu dan rekayasa disajikan kepada masyarakat secara luas. Tidak sampai disitu, Joko Widodo yang berpasangan dengan Jusuf Kalla juga masih harus menunda kemenangan karena proses tuntutan hukum. Tapi belum lagi resmi dilantik beberapa pemimin Negara sahabat sudah “meng-agendakan untuk bertemu”.

Presiden Jokowi bertemu dengan Presiden Barack Obama pada KTT G20

Presiden Jokowi bertemu dengan Presiden Barack Obama pada KTT G20

Rasanya siapapun yang ingin berbuat sama, berhadapan dengan hal muskil untuk mampu seperi apa yang dilakukan presiden ke 7, Joko Widodo. Fakta zaman telah menciptakan ruang bagi seorang pemimpin dengan caranya. Mungkinkah pada era berikutnya akan terjadi hal sama? Hanya Tuhan yang tahu.

Dimasa Pemerintahan Presiden Joko Widodo, isu negatif terus dihembuskan. Tak kurang dari Amien Rais yang menyebut Joko Widodo dibantu ghaib. Atau pernyataan ulama (yang mengajarkan kebaikan melalui wahyu Allah), menyebut dari mata Joko Widodo ada tanda pembawa bencana. Menurut seorang Kyai sederhana, di Desa Bedali sosok Joko Widodo saat ini pembuka tabir aib banyak orang musyrik dan kafir. Dukungan gaib, atau jin perlu diamini karena apa yang disebut jin setan dan iblis dimata orang orang penebar fitnah, sesungguh bentuk pernyataan diri sendiri di muka Allah. Joko Widodo jelas berkeliaran berbaur dengan banyak jin di GBK ketika itu. Mementum luar biasa, dan tak bisa dielakkan, berbuah kecemburuan, fitnah dan kedengkian. Tanpa mereka sadar zaman telah memberi jalan pada sang fenomenal. (1021)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/80323

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Hosana

 

 

 

 

kabari store pic 1