koleksi kaset JoseSejauh mata memandang saat kabarinews.com (17/4) bertandang ke rumah Jose Choa Lingua yang berada di Pondok Kelapa hanya ada kaset, kaset dan kaset saja. Masuk ke ruang tamu, susunan rapi kaset dalam rak sudah menyambut, masuk ke ruang tengahnya ada rak yang  juga berisi kaset. Bahkan di ruang yang sama, terdapat lemari es yang diisi juga oleh kaset-kaset. Tak hanya itu, lebih melongok ke dalam tepatnya di dibawah kamar tidurnya  ada setumpuk kardus yang juga lagi-lagi berisikan kaset-kaset.

“Kalau yang dikulkas itu, khusus kaset yang sedang jamuran, biar jamurnya hilang. Nah kalau yang di dibawah tempat tidur itu kaset yang belum sempat saya bersihkan saja. Rencananya nanti saya akan pajang di depan kamar tidur ini, tapi belum ada waktu saja” kata pria yang aktif di KPMI (Komunitas Pecinta Musik Indonesia) ini. Melihat banyaknya kaset yang ada, pertanyaan pun muncul berapa banyak jumlah koleksi kaset yang dimiliki olehnya? Jose menjawab kurang lebih 12.000 kaset yang menghiasi setiap sudut rumahnya ini. Angka yang fantastis, mungkin bisa dikatakan hobi yang Jose suka ini hanya dimilki oleh segelintir orang saja di Jakarta.

Dari Aktor Menjadi Kolektor

Jose Choa Linge besar di lingkungan yang religius di Sulawesi. Saking religiusnya, Papanya Jose bahkan sempat melarang dirinya untuk membaca majalah Aktuil (majalah musik yang terkenal di Indonesia pada dekade 1970-an). Alasannya, papanya Jose tak ingin anaknya “dirusak” oleh foto-foto atau pun gambar “seram” yang kerap kali muncul di halaman majalah tersebut. Tapi untungnya, walau dilarang oleh sang Papa, Jose masih sempat mencuri-curi waktu untuk membaca.”Kakak saya kan suka membaca majalah jadi ya untung bagi saya jadi bisa membaca juga hehehe” kata Jose yang kecil sampai remajanya bercita-cita menjadi seorang aktor.

Singkat kata, pada dekade 1980-an tepatnya tahun 1986, Jose memberanikan diri untuk “kabur” dari Sulawesi ke Jakarta untuk menjadi  aktor. Sebagai anak bontot, papanya beranggapan tidak  boleh kemana-mana, tetapi dia punya pendapat lain bagaimana dirinya bisa mandiri selain juga Jose merasa dirinya punya bakat. “Di sekolah waktu itu teman-temen SMA pernah bilang tempat kamu bukan disini tapi di Jakarta. Saya bisa dibilang sudah poluler di daerah saya.  Setibanya di Jakarta, Jose pun bekerja di sana-sini, pernah membintangi beberapa film. Namun kiprah Jose berakting hanya seumur jagung karena sang papa menyuruhnya duduk di bangku kuliah untuk menjadi sarjana. “Ya udah saya pun kuliah” kata Jose.

Waktu berlalu, Jose yang suka dengan musik akhirnya bergabung dengan dengan Komunitas Pencinta Musik Indonesia di tahun 2000-an. Jose merasa telat mengenal musisi-musisi jadul idolanya. Dia baru “ngeh” dan mendalami apa yang dia cintai pada waktu masuk KPMI. “Saya rajin membaca majalah-majalah musik dekade 1970-an seperti majalah Aktuil” katanya. Perburuan pun kaset-kaset penyanyi jadul pun dimulai, Jose melakukannya secara insentif. “Bukan berarti saya koleksi sebanyak ini mau popular, tidak! Tapi hanya ingin mengikuti kata hati saya saja” kata pria yang suka juga mengoleksi patung-patung kayu dari berbagai wilayah Indonesia. Kebanyakan dari koleksi yang Jose miliki hampir sebagian besarnya adalah kaset-kaset penyanyi atau band dari Indoenesia. Tentu dia punya alasannya sendiri, menurutnya, sebagai seorang Indonesia dirinya merasa terpanggil untuk menyukai segala hal yang berbau Indonesia, tak terkecuali para penyanyi atau band asli Indonesia.

Sebenarnya juga, kata Jose, dia suka membeli kaset penyanyi anak-anak waktu masih kecil,  terus masa remaja “pendengarannya” pun berubah menjadi lebih Koes Plus dan band lainnya. Tetapi setelah hijrah ke Jakarta tak ada satupun yang dibawanya. “Dibuang semua kaset-kaset yang saya miliki dulu. Dan pada era itu saya belum berpikir ternyata itu sangat legend sekali, kecil saya dulu waktu mengoleksi poster bintang-bintang film. Setiap artikel suka saya gunting dan saya tempel sampai beberapa buku, saya suka black and white karena lebih natural. Saya sangat terobsesi dulu para artis-artis terdahulu dan sekarang menjadi sahabat-sahabat saya” tutur Jose.

Jose menambahkan pernah sekali waktu dirinya mendapat juara di suatu perlombaan model. Penghargaan itu diserahkan oleh Titi Qadarsih. “Bukan main senangnya saya bertemu dengan idola” katanya dengan polosnya. Dan sekarang tanpa disangka dia dan idolanya itu  seperti kakak beradik saja. Selain Titi Q, Jose juga sangat mengidolakan Dian Piesesha. Dia menyukainya karena penyanyi itu menurutnya mempunyai kebaikan hati dan suaranya yang bening. Kesukaannya terhadap penyanyi itu bermula dari pacarnya yang memberikan kaset kepadanya, Jose langsung kepincut dengan suara berikut dengan kesederhanaan sebagai penyanyi. “Sekarang saya dan Dian mengenal dengan baik satu sama lain” kata Jose. Nah, soal Dian Piesesha,  ada satu cerita yang Jose katakan. “Pada saat saya berumah tangga, istri saya tidak suka dengan Dian Piesesha saat saya setel. Alhasil, dia pun membanting kaset, mungkin pikir saya karena dia cemburu dengan Dian Piesesha” katanya sambil tertawa.

Kepuasan Tiada Tara

Jose Choa LingeRibuan kaset yang dimilikinya,  dalam pencariannya Jose bilang beda dulu dan sekarang. Kini dia tak lagi gesit hunting mencari kaset jika dibanding di awal tahun 2000-an. “Sekarang kan sudah banyak dan hampir semua punya” tukas Jose. Dulu, dengan budget yang ada dia hunting ke daerah-daerah, hanya saja orientasinya di Jakarta tak peduli hujan dan panas tetap setia nongkrong di pedagang loakan.

“Waktu dan jam, dimana ada kesempatan saya tidak akan melewatkan begitu saja. Semakin pagi lebih bagus, wilayah Jakarta sudah saya telusuri. Semakin pagi semakinh murah harganya itu dulu, saya juga sering bawa senter karena hari masih pagi waktu itu, gak ketinggalan saya selalu bawa walkman saat hunting kaset” tutur Jose. Akan halnya hunting dan beli kaset dalam  jumlah yang banyak. Tak semua kaset yang Jose dapatkan dalam kondisi yang layak dengar. “Itu sudah resiko juga, tapi ya gak apa-apa siapa tahu di lain waktu itu bisa berguna” kata Jose.

Tak hanya di Jakarta, ke berbagai daerah pun Jose sambangi. Berhubung kerja yang membuatnya dapat pergi daerah-daerah, Jose pasti akan menyempatkan waktunya untuk hunting kaset-kaset. “Saya bukan ke hotel, tapi check in ke pasar loakan” paparnya. Nah, Jose pun tak hanya berburu di pasar loakan saja, dia juga pun rela mencegat pemulung-pemulung yang kebetulan lewat di depan rumahnya. “Saya beli kasetnya ini dengan harga yang murah tidak pernah mahal makanya koleksi saya bisa banyak” bilang Jose. Apa pun genre musiknya, Jose tak pernah pilih-pilih apa yang ada langsung sikat saja seperti yang dikatakannya, mau itu jenis music rock, dangdut, pop dan irama lainnya.

Dalam hunting kaset-kasetnya, dia melakukannya dengan seorang diri. “Lebih enak sendiri, lebih bebas” katanya. Pasalnya, Jose berpendapat tidak merasa nyaman jika “berburu” bersama dengan orang lain, walau ada unsur kebersamaannya. Namun jose lebih memilih jalan menghindari ribut-ribut tak berarti antara sesama teman atau kolektor” bayangin saja jika ada satu barang di depan, dan disukai banyak orang di saat bersamaan kan bisa rebutan” tutur Jose. Baginya, setelah menemukan kaset dengan segala macam pengorbanan timbul rasa kepuasaan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Nah, diantara semua koleksi yang ada, Jose beranggapan semua kaset yang ada adalah unik. “Jka saya anggap satu kaset itu istimewa, berarti saya menganak-tirikan kaset-kaset saya lainnya tetapi  daya upaya mendapatkan kaset itu semuanya berkesan” kata Jose. Lantas bagaimana Jose merawat ribuan kasetnya? Seperti yang dikatakannya dia bukanlah kolektor yang bukan hanya sekedar beli. Walau Jose membeli dengan harga murah tetap memperhatikan karena dia tahu kaset itu merupakan produk lama yang rentan kerusakan, semisal jamur dan yang lainnya. “Saya masukkan plastik dan masukkan  dalam kalkus selama tiga hari. Gunanya menetralisir pita yang tadinya meregang agar kembali berfungsi lagi. Dikeluarkan lalu dibersihkan dengan alkohol pitanya. Dengan perasaan seakan-akan kita memandikan seoarang bayi” tuturnya

Sebagai seorang kolektor kaset, Jose tak hany adinikmati sendiri. Pasalnya, dia ikut berbagi kaset jika kaset itu ada yang dobel. Caranya dia membuat kuis untuk mengenalkan penyanyi lama Indonesia. Beberapa produser dan penyanyi ikut mendukung cara Jose ini. Rupanya banyak juga yang mengikuti kuis bahkan beberapa dari luar negeri. Tapi dia membatasi hadiah tersebut untuk pecinta musik di dalam negeri saja. Tertarik ikut kuisnya?(1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?63042

Untuk melihat artikel Kisah lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

asuransi-Kesehatan