Banyaknya jenis makanan atau jajanan yang harus dicermati oleh orangtua. Terutama orangtua yang memiliki anak dalam usia pertumbuhan. Junk food atau makanan sampah, tidak terbatas pada makanan cepat saji seperti di mall.

Sebuah gerobak yang mangkal di depan sekolah dasar tampak dikerubungi anak-anak. Mereka antri ingin membeli ‘martabak telor’. Jangan bayangkan martabak telor seperti yang biasa kita beli. Martabak telor tersebut adalah ‘martabak-martabakan’. Cara membuatnya pun bikin kita geleng-geleng kepala.

Sebutir telur ayam dicampur terigu dan dikocok dalam wadah plastik, kemudian dituang ke cetakan kecil yang ukurannya hanya sedikit lebih besar dari uang logam. Dengan minyak yang dipakai berkali-kali, ‘martabak’ digoreng. Setelah matang, ‘martabak’ ditaruh di kertas koran yang bentuknya seperti ‘piring’. Selanjutnya, ‘martabak’ disiram saus sambal encer yang terbuat dari saus murahan dicampur air. Lima ratus rupiah dapat lima buah. Harganya yang murah meriah membuat anak-anak tertarik membelinya.

Itu adalah satu contoh ‘makanan sampah’ yang kini marak di sekolah-sekolah Jakarta. Masih banyak lagi yang lain. Mulai dari mie rebus ‘abal-abal’ (asal-asalan-red) yang disantap dalam wadah plastik minuman mineral, sampai es limun yang terbuat dari air mentah.

Uang Jajan

Makanan-makanan tersebut praktis tidak memenuhi standar kesehatan. Selain cara membuatnya tidak higienis, bahan-bahannya pun tak jelas ingredients-nya. Sayang belum ada penelitian mendalam terhadap jajanan jenis itu, sehingga tidak diketahui pasti dampaknya terhadap kesehatan. “Saya selalu memberitahu anak-anak supaya jangan jajan sembarangan, tapi hanya sejauh itu yang bisa kami lakukan. Sekolah juga melarang pedagang makanan berjualan di dalam sekolah, karena kami khawatir akan kesehatan anak murid kami,” kata Ibu Dewi, wali kelas di SD Negeri 06 Rawasari Jakarta.

Menurut pengamatan Kabari, sekolah tersebut memang menyediakan kantin dengan jajanan yang higienies. Para pedagang makanan junk food tidak diijinkan berdagang di dalam. Namun, tindakan tersebut hanya efektif di lingkungan sekolah. Saat anak-anak pulang sekolah, mereka pun menyerbu jajanan junk food itu.

Para orangtua harus waspada. Jangan sampai anak jajan sembarangan. Jajan memang boleh-boleh saja, tetapi kita harus turut mengawasi pola jajan si anak. Ini demi kesehatan anak sendiri. Mencegah anak tidak mengkonsumsi makanan seperti itu, orangtua bisa saja tidak memberi uang jajan kepada anak.

Membawa Bekal

Anak-anak memang suka sekali jajan. Orangtua sebetulnya bisa menyiasatinya. Pertama, biasakanlah anak sarapan sebelum berangkat sekolah. Kedua, bekali anak dengan makanan dan minuman. Bekal makanan sebaiknya dibuat sevariatif mungkin agar anak tidak bosan. Makanan dari bahan kacang kedelai atau jagung manis baik untuk dikonsumsi. Selain banyak mengandung serat, makanan tersebut juga bergizi. Ketiga, berikan pemahaman kepada anak mengenai pengaruh makanan terhadap kesehatan tubuh. Terangkanlah secara halus dan sabar. Yang terakhir, berikan contoh. Ini penting sekali diperhatikan oleh para orangtua. (yayat)

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?2614

Klik Disini untuk Baca Artikel ini di Majalah Kabari Maret 2008 ( E-Magazine )

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

April Insurance

Lebih dari 100 Perusahaan Asuransi di California

Klik www.ThinkApril.com atau telpon sekarang 1-800 281 6175