Sebut saja namanya Adi,  datang ke Amerika dengan bantuan agen tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2005. Adi memang sudah lama ingin merantau ke Amerika, alhasil pekerjaannya di sebuah bank swasta pun ditinggalkan saat membaca iklan lowongan kerja di Amerika lewat agen.

Meski baru berapa tahun menikah, akhirnya Adi memutuskan  pergi ke Amerika meninggalkan istrinya. Bagi kebanyakan orang seperti Adi, Amerika memang dianggap tempat yang cocok untuk mencari uang, ketimbang di Indonesia.

Bayar $ 3,000

Untuk bisa mendapatkan servis dari  agen, Adi harus merogoh kocek sebesar $ 1,500 atau sekitar lima belas juta rupiah. Oleh agen, dia dijanjikan akan dicarikan pekerjaan yang bergaji besar. Akhirnya sekitar pertengahan 2005, Adi tiba datang di Amerika via bandara Los Angeles (LAX) dengan visa turis.

Saat itu dia bersama tujuh orang Indonesia lainnya. Di sana Adi kembali harus membayar fee $ 1,500 dengan cara dicicil dari gaji yang didapat.

Di bandara LAX, Adi dan rombongan dijemput oleh perwakilan agen di Amerika. Mereka dibawa ke sebuah rumah dan diinapkan sementara waktu. Saat itulah paspor Adi diambil sebagai jaminan oleh agen untuk pembayaran sisa fee. “Semuanya yang saat itu bersama saya, paspornya diambil sebagai jaminan,” kata Adi kepada Kabari.

Adi termasuk beruntung  bertemu dengan agen ‘betulan’ yang memang mau mencarikan pekerjaan secara cepat. Tak jarang agen-agen itu baru mendapatkan pekerjaan buat calon pekerja selama berbulan-bulan, sementara Adi hanya menunggu dua hari, langsung mendapatkan pekerjaan sebagai busboy di restoran di daerah Bakersfield.

Adi bercerita mendapatkan gaji $ 1,100 per bulan tanpa uang tips. “Di sana kerja saya rangkap, jadi tukang cuci piring juga, tukang potong juga, macam-macamlah,” tutur Adi. Untungnya dia mendapatkan tempat tinggal sehingga tak perlu keluar biaya akomodasi.

“Tapi sepertinya, si owner kurang suka dengan saya, mungkin karena dia tahu saya baru datang dari Indonesia dan tanpa pengalaman, jadi saya hanya kerja selama lima bulan,” kata Adi.

Mengandalkan Tips

Keluar dari sana, Adi mendapatkan pekerjaan  di Los Angeles sebagai waiter di sebuah restoran. Kali ini dia sama sekali tak mendapatkan gaji. “Pemilik restoran sama sekali tidak menggaji saya, sebagai gantinya saya diberi kebebasan menerima tips,” kata Adi.

Mengenai hal ini, Kabari memantau, bahwa kebanyakan restoran di Amerika tak memberi gaji kepada karyawannnya yang tak berdokumen lengkap, khawatir berurusan dengan petugas imigrasi. Hal ini sebetulnya bisa-bisanya si pemilik restoran, mereka cenderung tak mau tahu ketika si karyawan mendapatkan masalah imigrasi. Jadi ketika ada masalah, mereka akan menganggap bukan karyawan ‘resmi’ karena merasa tak menggaji.

Namun sulit juga menyalahkan si pemilik restoran, karena di sana telah terjadi simbiosme. Di satu sisi, karyawan butuh uang untuk biaya hidup, di sisi lain pemilik restoran butuh karyawan-karyawan seperti Adi, karena bisa menekan pengeluaran.

Adi mengaku mendapatkan tips sekitar $ 2,000 per bulan. “Itu kalau restoran sedang sepi, kalau ramai bisa lebih dari itu,” ujar Adi. Kehidupan Adi di LA benar-benar hanya mengandalkan tips dari pelanggan. “Jadi setiap hari mengandalkan tips yang saya kumpulkan per bulan,” ujarnya.

Dari pendapatan tips, Adi bisa mengirimkan uang ke keluarga di Indonesia sekitar $ 1,000 per bulan. Sisanya $ 1,000 dia gunakan untuk biaya hidupnya sendiri. Ketika ditanya apakah dia juga bisa menyisihkan uang dari  $ 1,000 sisanya, Adi menjawab, “Bisalah, meski cuma sedikit-sedikit,”

Pengiriman uang dilakukan secara resmi antar bank, “Saya punya account di bank jadi saya bisa tranfer ke Indonesia, “ tutur Adi. Lebih jauh dia menjelaskan bahwa ada sebuah bank di daerah Well Fargo yang bisa membuatkan account tanpa perlu menyertakan social security number.

Ingin Pulang

Meski sekarang tinggal di Amerika, Adi selalu ingin pulang. Menurut dia, Amerika hanya cocok sebagai tempat mencari uang, bukan untuk tempat tinggal. “Untuk hidup,  tetap lebih enak di Indonesia. Kehidupan di Amerika itu monoton, begitu-begitu saja,” kata Adi sembari mengatakan dirinya kangen dengan keluarganya di Indonesia.

“Rencananya saya mau tinggal di sini setahun lagi saja, terus pulang ke Indonesia,” kata Adi pendek. Apakah ada rencana kembali ke Amerika sesudahnya? Adi tak menjawab pasti, dia bilang “Lihat saja nanti, tapi saya mau bilang hidup di Indonesia tentu lebih enak,” ujarnya menutup obrolan.

Klik Disini untuk mendengarkan Podcast

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?34400

Untuk melihat artikel imigrasi Amerika lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :