Di Indonesia, ada satu profesi dokter yang justru tak ada
hubungannya sama sekali dengan dunia medis atau kesehatan. Namanya
“Dokter Lampu”. Tentu dokter yang ini bukan dokter betulan tapi dokter
dengan tanda kutip. Karena kerjanya mereparasi lampu neon yang rusak
atau mati, supaya menyala dan bisa dipakai lagi.

“Kita kan kan kerjanya mirip dokter, ngobatin lampu ‘sakit’ jadi
‘sehat’,” ujar Didik Budianto sembari tersenyum menjelaskan perihal asal
muasal sebutan “dokter lampu”.

Bicara soal lampu, ada dua jenis yang kita kenal. Lampu bohlam (lampu
pijar) dan lampu neon (tabung). Bentuk fisik lampu bohlam biasanya
bulat seperti buah pear, dengan jenis warna cahaya yang dihasilkan
beragam (seperti lampu hias pada pohon natal). Sementara lampu neon
bentuknya lebih bervariasi, ada yang panjang bulat atau seperti spiral.

Lampu neon sendiri ada dua macam. Pertama, yang disebut lampu neon
saja. Kedua, lampu TL (Tubular Lamp) yang bentuknya lebih pendek
daripada lampu neon. Selain itu, lampu neon biasanya tersedia hanya
dengan satu warna, yakni putih susu.

Dari cara kerjanya, antara lampu bohlam dan lampu neon pun berbeda.
Lampu bohlam menyala karena adanya pijaran cahaya pada filamen,
sementara lampu neon karena adanya proses ionisasi gas neon (inert) oleh
elektron.

Yang bisa direparasi oleh Pak Didik adalah lampu neon. Kata Pak
Didik, lampu bohlam tak bisa dibetulkan karena jika filamennnya sudah
putus, tak bisa diganti.

Pria kelahiran Yogyakarta ini mengaku sulit menjelaskan secara teknis
bagaimana dia bekerja mereparasi lampu-lampu tersebut. Dia hanya
menyilakan Kabari merekam bagaimana tangan-tangan terampilnya
mengutak-atik sebuah lampu. Mulai dari mengecek ketegangan, memeriksa
tabung, mengganti atau mencopot bagian dalam lampu, dan sebagainya.

Didik mengungkapkan awalnya hanya coba-coba untuk terjun di bisnis
servis lampu. Ditemui di toko yang baru dua minggu ditempatinya, di
Jalan Lampiri RT 02/RW 05, Kalimalang, Jakarta Timur, Didik yang dibantu
empat orang tenaga kerja bercerita tentang bisnis yang dimulainya sejak
tahun 2009 ini.

Sebelum berprofesi menjadi “dokter lampu”, Didik bekerja menjadi
penjahit mereparasi (bongkar pasang) jeans Levi’s di kawasan
Pulogadung, Jakarta Timur.

Saat menjalankan usaha jahitnya tersebut, seorang temannya ingin
menitipkan lampu-lampu neon bekas di kios jahitnya. Karena mendapatkan
fee dari hasil penjualan lampu tersebut, pria lulusan SMKN 2 Yugyakarta ini tak keberatan.

Rupanya lampu neon bekas ini cukup diminati
warga setempat. karena selain harganya murah, dia juga tahan lama.

Dari hari ke hari, ternyata dari penjualan lampu neon bekas, ia dapat
fee yang cukup lumayan. Akhirnya Didik memberanikan diri terjun
langsung di bisnis penjualan lampu neon bekas ini.

Sambil menjalankan usaha jahitnya, ia juga membuka kios penjualan
lampu neon bekas di sebelah kios jahit, dan satu toko di kawasan Kranji,
Bekasi.

Sejak itu Didik juga mulai mendapat pasokan lampu-lampu bekas dalam kondisi mati dengan berbagai kerusakan dari
para pengepul dan pabrik-pabrik yang berada di sekitar Jakarta, Bogor,
Tanggerang dan Bekasi (Jabotabek).

Lampu inilah yang selanjutnya oleh Didik diperbaiki, lalu dijual
kembali. Meski lampu bekas, Didik berani menjamin lampu yang
diproduksinya setara dengan hasil produksi pabrik yang layak edar,
sehingga aman digunakan.

Di awal usahanya, kiosnya di Kranji harus tutup karena
kurang laku. Tapi Didik tak menyerah, ia kembali mencoba membuka kios
lampu di daerah Bintara, Bekasi. Dan kali ini berhasil, bahkan ia
akhirnya melepas profesinya sebagai penjahit dan fokus sebagai “dokter
lampu”. Tahun 2009, Didik membuka tiga kios lagi di Bekasi.

Didik tidak menyangka selama dua tahun terakhir ini, usahanya tiap bulan bisa menghasilkan sampai Rp 50 juta. Dia mendapatkan pasokan lampu rusak hingga mencapai 15.000 lampu.Setelah diperbaiki, sejumlah 400 lampu dijual ke pasaran.

Harga lampu yang dijual pun terbilang murah, yakni antara Rp 3.500
hingga Rp 40.000. Sedangkan untuk biaya servis lampu, tarifnya mulai Rp
3.000 sampai Rp 15.000.( arip )

Untuk nonton video Part 2, Klik disini

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?35474

Untuk

melihat artikel Sana-Sini lainnya, Klik

di sini

Klik

di sini untuk

Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di
bawah artikel ini

____________________________________________

Supported

by :