Indonesia kembali berbangga
dengan prestasi anak bangsa, pasalnya baru saja empat orang mahasiswa asal
Indonesia dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) berhasil menggapai tujuh puncak
tertinggi di dunia di tujuh benua.

Mereka adalah Sofyan Arief Fesa (28), mahasiswa
magister manajemen; Xaverius Frans (24), mahasiswa ekonomi S-1 jurusan
akuntansi; Broery Andrew Sihombing (22), mahasiswa S-1 jurusan fisika fakultas
informasi dan sains; serta Janatan Ginting (22), mahasiswa S-1 jurusan
akuntansi, yang tergabung dalam organisasi pecinta alam Universitas Katolik
Parahyangan, MAHITALA.

Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) 2009–2012,
merupakan program kelompok MAHITALA yang diselesaikan oleh Sofyan, Frans,
Broery dan Janatan Ginting untuk mengibarkan Bendera Merah Putih di
puncak-puncak gunung tertinggi di tujuh benua tersebut.

Dalam sebuah wawancara ekslusif dengan KabariNews.com, keempat
mahasiswa yang baru saja berhasil menginjakkan kaki mereka di Puncak Everest tersebut menceritakan bagaimana pengalaman seru mereka selama pendakian.

Berbagai persiapan, mulai dari latihan fisik hingga keterampilan
gunung es dipersiapkan keempat mahasiswa ini dengan didukung peralatan yang
memadai.

“Tidak semua gunung bisa disamain. Setiap gunung punya kesulitan sendiri-sendiri,
apalagi gunung es. Jadi perlu knowledge yang betul-betul. Karena yang
akan kita hadapi itu suhu yang ekstrim, medan yang ekstrim dan lainnya. Jadi
bisa memperkecil resiko yang ada dari sebelum berangkat,” ucap Broery.

Tujuh gunung yang masuk dalam target pendakian mereka adalah
Gunung Everest (8.850 m), Aconcagua (6.959 m) yang terletak di Amerika Selatan,
Denali (6.194 m) di Amerika Utara, Kilimanjaro (5.895 m) di Afrika, Mount Elbrus
(4.808 m) di Eropa, Vinson Massif (4.897 m) di Antartika, dan Puncak Jaya,
Cartenz Pyramide di Indonesia yang memiliki ketinggian 4.884 meter.

Selain untuk menginspirasi anak-anak muda di Indonesia, pendakian
ini juga diakui semakin mengasah mental mereka untuk terjun ke dunia kerja.

“Pengalaman mendaki gunung ini bermanfaat bagi kita. Kita lebih
siap menerima tantangan, dan lebih matang untuk mengambil keputusan. Soalnya
kita digunung sudah terbiasa diharuskan untuk mengambil keputusan degan cepat,” tambah Broery.

Dukungan dari pihak kampus, seperti mengijinkan mereka untuk
menempuh ujian terlebih dahulu, menjadi salah satu faktor penting kesuksesan
mereka.

“Kampus ngedukung banget, waktu pendakaian Kilimanjaro dan Elbrus
kita sempet bentrok dengan waktu ujian, akhirnya kita diperbolehkan ujian
duluan. Bahkan kita juga dapat beasiswa,” tutur mahasiswa jurusan fisika tersebut.

Simak wawancaranya di bawah ini:

Klik di sini untuk lihat video wawancara Part-2

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?37054

Untuk melihat artikel Hobi lainnya, Klik di sini

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

______________________________________________________

Supported by :