Batu kali atau batu koral
biasanya dipakai untuk membuat pondasi bangunan rumah atau gedung.
Tetapi di tangan Sjarifuddin Anwar, batu kali dapat menjadi kerajinan
tangan yang unik dan cantik.

Pria berusia 37 tahun ini
mengungkapkan, kehaliannnya ini bermula dari iseng-iseng saja. Beberapa
tahun lalu sewaktu main di sungai dan membawa pisau cutter, Sjarifuddin Anwar atau yang akrab disapa Dino iseng mengutak-atik batu kali dengan cutter
nya. Ternyata, batu kali itu bisa disayat atau dikerik. Dari situlah
terbersit ide membuat sebuah kerajinan tangan. Dengan bermodalkan pisau
cutter dan batu kali, Dino mulai mengerik permukaan batu kali yang keras hingga menjadi sebuah ukiran nama atau patung.
Sebetulnya
Tak perlu keahlian khusus dalam membuat kerajinan tangan Batu Kerik,
awalnya ia mendapat pesanan seorang kawan yang membutuhkan souvenir
untuk pernikahan, akhirnya Dino mulai menekuni bisnis Batu Keriknya.
Pada tahun 2003, Dino dan kawan-kawan mendirikan sanggar seni Batu
Kerik yang berlokasi di Jalan Keuangan II No 74, Rt 006/05 Cilandak Barat, Jakarta Selatan.

Nama sanggar “Batu Kerik” sendiri diambil dari proses pembuatan ukiran batu dengan cara mengerik permukaan batu kali dengan menggunakan pisau cutter hingga menjadi sebuah kerajinan tangan yang cantik.
Saat
ini bahan baku yang digunakan masih berasal dari daerah Jawa Tengah
yang dibawa langsung oleh Dino. Menurut Dino, “Semua batu kali pada
dasarnya memiliki tingkat kesulitan dan kekerasan yang sama, tapi saya
memang baru merasa cocok dengan batu kali dari sekitar Jawa Tengah”
ucapnya. Ia juga mengaku turun langsung mencari jenis batu yang cocok
untuk dikerik. “Batunya tak harus memiliki kriteria khusus, yang
penting warnanya agak gelap, bentuknya bagus, dan permukaannya halus.”
katanya menambahkan.

Mengerik Batu

Pertama-tama,
Dino memilih batu-batu yang akan dikerik. Untuk pesanan yang tingkat
kesulitannya mudah, Dino memilih batu kali yang permukaannya rata dan
lebar. Setelah itu Dino menulis atau menggambar pola dengan cutter,
setelah itu barulah Dino mulai mengerik sesuai dengan pola. Kerikannya
itu menghasilkan sebuah bentuk atau tulisan timbul, karena Dino
mengerik di sekeliling pola. Setelah selesai dikerik, batu itu kemudian
dibersihkan dan diperhalus hasilnya menggunakan obeng kecil.
Peralatan yang dipakai Dino, boleh dibilang sederhana, hanya pisau cutter dan obeng berukuran kecil.
Kerajinan
ini ternyata diminati oleh para wisatawan asing, terutama dari Jepang,
China, Iran, Brazil dan Australia. Untuk sebuah batu kali berukuran
kecil dan berukiran tulisan nama, Dino dapat menyelesaikannya dalam
waktu sekitar 10 sampai 15 menit saja.

Hasil kerajinan
batu kerik yang dibuat Dino bermacam-macam, ada gantungan kunci, pin,
plakat, patung, dan sebagainya. Harga jualnya bervariasi, mulai dari Rp
30.000 sampai jutaan rupiah, tergantung tingkat kesulitan dan ukuran
batunya. Namun Dino mengaku, pesanan dengan harga mahal masih jarang,
ia pernah membuat pesanan patung batu kerik berukuran kecil seharga
lima jutaan. Tapi khusus untuk souvenir, saat ini Dino
mengaku menerima cukup banyak pesanan. Jumlah tenaga kerja yang
digunakan Dino fleksibel, artinya jika pesanan sedang banyak, ia akan
membayar tenaga kerja panggilan, yang tak lain adalah teman-temannya
sendiri di lingkungan rumahnya. Tapi jika order sedang sepi maka ia
akan mengerjakannya sendiri.

Saat ini Dino mengaku bahwa
sanggarnya tidak memproduksi secara massal kerajinan batu kerik ini,
melainkan berdasarkan pesanan saja. Kurangnya sumber daya manusia yang
mampu membuat kerajinan Batu Kerik ini, menjadikan kerajinan ini
terbilang unik dan langka, sebab menurutnya masih jarang, kalau tidak
dibilang belum ada orang lain yang membuatnya.
Dino berharap,
karyanya dapat diterima masyarakat luas, “Kerajinan Batu Kerik ini
benar-benar sebuah karya yang dibuat berdasarkan ketelitian, kesabaran
dan sembilan puluh persen benar-benar hasil kerajinan tangan, sepuluh
persennya dibantu alat, yaitu pisau cutter, sehingga hasilnya memang sangat tergantung dari keahlian sang pembuat” ujarnya.
Didampingi
sang istri, Yuni Purwati (23), Dino menjalankan usahanya dengan cara
mengikuti berbagai macam pameran dan seminar mengenai batu-batuan.(arip )

<object width=”425″ height=”344″><param name=”movie”
value=”http://www.youtube.com/v/ADC0JNlG6Kc&hl=en&fs=1″></param><param
name=”allowFullScreen” value=”true”></param><param
name=”allowscriptaccess” value=”always”></param><embed
src=”http://www.youtube.com/v/ADC0JNlG6Kc&hl=en&fs=1″
type=”application/x-shockwave-flash” allowscriptaccess=”always”
allowfullscreen=”true” width=”425″
height=”344″></embed></object>

 Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?32449

Untuk melihat Berita Indonesia / Seni lainnya, Klik disini

                                                               

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket