Wawancara dengan DR. Charles Saerang

Perusahaan jamu terbesar di Indonesia, Jamu Cap Potret Ny. Meneer,
pernah mengalami konflik internal yang cukup dalam pada dekade 80-an.
Lima orang cucu Ibu Meneer tidak serasi menjalankan roda bisnis keluarga
yang telah dibangun sejak tahun 1919.

Perusahaan nyaris berantakan, bahkan konflik ini sempat menjadi isu
nasional, karena menyangkut nasib ribuan karyawan. Di tengah situasi
genting tersebut, Charles Saerang maju ke muka. Ia menawarkan solusi
kepada saudara-saudaranya.

Setelah melewati proses panjang dan melelahkan, empat cucu Ibu Meneer
sepakat menjual kepemilikannya kepada Charles Saerang pada tahun 1991.
Sejak itulah perusahaan jamu Cap Potret Ny. Meneer resmi dipegang
Charles Saerang sebagai pemilik tunggal.

Boleh dikata inilah titik balik jamu Cap Potret Ny. Meneer. Di bawah
manajemen Charles Saerang, demonstrasi atau pemogokan karyawan nyaris
tak pernah ada karena hak-hak karyawan selalu dipenuhi. Di sisi lain,
produksi terus meningkat, pemasaran meluas, dan aset berkembang pesat.

“Saya menjalankan perusahaan ini dengan kombinasi antara kreatifitas
nenek saya (Ibu Meneer-red) dan profesionalisme ayah saya (Hans
Resmana-red). Sejak saya pegang, Ny Meneer saya jalankan dengan
profesional sepenuhnya,“ kata Charles dalam kesempatan wawancara dengan
Kabari di San Francisco, baru-baru ini.

Ibu Meneer (Lau Ping Nio) merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Ia menikah dengan pria asal Surabaya, dan kemudian pindah ke Semarang.
Perihal bagaimana ibu Meneer menjadi pengusaha jamu diawali oleh sebuah
ketidaksengajaan. Waktu pada masa pendudukan Belanda tahun 1900an,
suaminya sakit keras dan berbagai upaya penyembuhan sia-sia.

Ibu Meneer mencoba meramu jamu Jawa yang diajarkan orang tuanya dan
suaminya sembuh. Sejak saat itu, Ibu Meneer lebih giat lagi meramu jamu
Jawa untuk menolong keluarga, tetangga, kerabat maupun masyarakat
sekitar yang membutuhkan.

Ia mencantumkan nama dan potretnya pada kemasan jamu yang ia buat
dengan maksud membina hubungan yang lebih akrab dengan masyarakat yang
lebih luas. Berbekal perabotan dapur biasa, usaha keluarga ini terus
memperluas penjualan ke kota-kota sekitar.

Pada tahun 1919 berdirilah perusahaan Jamu Cap Potret Nyonya Meneer
yang pabriknya terletak kemudian menjadi cikal bakal salah satu industri
jamu terbesar di Indonesia. Selain mendirikan pabrik Ny Meneer juga
membuka toko di Jalan Pedamaran 92, Semarang.

Pabrik PT Nyonya Meneer berdiri di atas areal seluas 9.980 m2 dan
dilengkapi laboratorium, sejak 1977. Kantornya sendiri berada di Jalan
Raden Patah, Semarang. Di lantai dua bangunan utama pabrik itu,
didirikan museum jamu.

Ketika Charles pulang dari studinya di Amerika dan bergabung di Ny
Meneer tahun 1976, jumlah berjumlah 150 orang dan tahun 2002 meningkat
jadi 3000 orang. Jumlah produk meningkat dari 120 merek menjadi 254
merek dan 80 persen produk untuk kepentingan wanita.

Kini dalam bentuk bubuk setiap bulan diproduksi 200 ton dan dalam bentuk kapsul 4 ton per bulan. Mengenai pasar ekspor, di Singapura PT Nonyonye
Meneer memiliki 400 outlet. Di Malaysia terdapat 1.600 outlet.

Jumlah outlet jamu Nonya Meneer di luar negeri hingga tahun 2004,
mencapai 4.900 outlet. Selain di Singapura dan Malaysia, juga terdapat
di Filipina, Korea, Belanda, Taiwan, Jepang, AS, Brunei, Arab Saudi,
Vietnam, dan Selandia Baru. Sedangklan outlet di dalam negeri mencapai
28.665 lokasi di 19 provinsi.

Simak wawancara selengkapnya

Video wawancara part 2, Klik disini

Video wawancara part 3, Klik disini

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?35327

Untuk

melihat artikel Khusus
lainnya, Klik

di sini

Klik di sini
untuk Forum
Tanya
Jawab


Mohon beri nilai dan komentar
di bawah
artikel ini


______________________________________________________

Supported
by :