Ketika seorang ibu merasakan kehilangan waktu istirahat dan kekurangan waktu untuk menyiapkan makan malam dengan keluarga karena sibuk mengantar jemput anak ke sekolah dan segala kegiatan mereka setiap hari, mesti disadari apakah tak ada masalah dan bahagia. Tentunya yang menjadi pertanyaan utama adalah, apakah anak-anak sudah memiliki setumpuk kegiatan yang sesuai dan membuat mereka bahagia tanpa lelah.

Jaman sekarang anak di sekolah dasar atau bahkan masih taman kanak-kanak (TK) sudah memiliki sederet jadwal seusai sekolah. Jadwal wajib atau pun jadwal pilihan. Belum lagi hari Sabtu dan Minggu ada les piano, les berenang, sepakbola bahkan ada yang ke sekolah minggu di gereja. Lalu, adakah waktu untuk pergi bersama keluarga atau sekedar makan malam dengan energi mereka yang tersisa? Kalau masih ada energi, berarti jadwal sudah sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka.

Kadang kita berpikir, bahwa anak yang memiliki banyak kegiatan akan lebih aktif dan pandai bersosialisasi. Pikiran itu tentu saja tidak salah. Sejak usia dini, anak diajarkan bagaimana bersosialisasi dengan teman baru dan berkompetisi dengan bermain bersama teman-temannya. Tetapi, tentu saja sesuai dengan penerimaan umur mereka. Janganlah anak umur 4 tahun ke bawah sudah diajak mengikuti kompetisi dengan banyak aturan. Ajarkan sesuatu yang seru dan biarkan mereka mengembangkan kemampuannya. Bukan didikte,tapi harus melakukan yang benar.

Sang ibu dan ayah juga harus menyadari, bahwa waktu kumpul dan bermain bersama keluarga itu penting. Ibu pun jangan sampai kehilangan waktu bersosialisasi, istirahat atau menyiapkan makan malam keluarga. Hal-hal seperti itulah yang mesti dipikirkan sebelum memilihkan kegiatan anak, selain usianya juga keinginan dan kemampuan sang anak sendiri. Kalau tetap menginginkan satu kegiatan yang kita nilai sangat penting untuk anak kita, ceritakan hal-hal yang menarik di dalam kegiatan itu pada si anak, sehingga anak tidak merasa terpaksa.

Terkadang ada yang memasukkan anak ke suatu kegiatan yang sama dengan teman dekatnya atau karena alasan, kegiatan itu sedang memuncak dan dapat menunjang nilai akademis saat lulus sekolah. Kalau anak tidak suka dan melakukannya dengan setengah hati, takut dimarahi, tidak ada gunanya. Hal itu dapat mengakibatkan perasaan anak tertekan. Tanda-tandanya cepat lelah, sering mengeluh pusing, tak semangat bangun pagi, dan nilai-nilai mata pelajaran menurun.

Tiga kali les sepulang sekolah dalam seminggu, ditambah satu jam les di akhir pekan sudah cukup.. Asalkan, memang keinginan anak dan sesuai kemampuannya. Yakinkan bahwa anak tidak kelelahan mengerjakan tugas dari sekolah yang mesti diselesaikan di rumah setelah pulang les. Kalau anak memilih sendiri terlalu banyak, ajak bicara dan ajak memilih yang paling disukainya agar tidak mengganggu kegiatan belajar di sekolah. (1004)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?50204

Untuk melihat artikel parenting lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :