Kabari Links: Cinta Tante Jade Tak Bermusim

Untuk Share Artikel ini, Silahkan Klik Disini www.KabariNews.com/?2537


KISAH : CINTA TANTE JADE TAK BERMUSIM
Winter di kota San Francisco memang sedikit lain. Tidak ada salju. Tetapi hawa dingin tetap saja menusuk-nusuk tulang.
IMG_2793.jpg picture by majalahKabari

Apalagi, bila malam datang menyeriap bersama hembusan angin kencang. Tinggal 37 tahun di Amerika Serikat, Tante Jade hafal sekali karakter cuaca kotanya.
Mengenakan bawahan hijau tosca dan bermantel tebal coklat tua, Tante Jade melangkah pelan keluar dari pintu lift sebuah Skilled Nursing Facility. Dentingan lift sedikit memecah keheningan malam itu di panti wreda khusus itu. Satu dua asisten suster jaga terkesan sudah mengenalnya. Dan menyapanya dengan Bahasa Inggris beraksen Filipina.

Langkah perempuan senja itu segera menghantarnya di salah satu bangsal. Ada tiga lelaki renta terbaring di sana. Ketiganya dipisahkan oleh gordjin yang sewaktu-waktu bisa ditarik untuk privacy. Satu lelaki yang pinggir terlihat masih menonton siaran ulang State of Union Address President Bush. Satu lelaki yang di ujung dalam tampak tertidur lelap. Lelaki yang di tengah ruangan itu tergolek lunglai dengan selimut merah pucat. Tidak berbicara. Matanya tampak terkatup. Tetapi, hembusan napas dari mulutnya yang sedikit menganga terdengar jelas. Lelaki itu adalah suami Tante Jade. Usianya 80 tahun. Keadaannya koma.

“Kata dokter, Oom kehilangan oksigen di otaknya,” ujar Tante Jade.

“Mujizat ! Oom sudah lepas dari life support 8 bulan lalu” katanya.

Jam dinding di ruangan itu menunjukkan angka setengah sepuluh lebih sedikit.

Begitu tiba, Tante Jade langsung berkata ke suaminya, “Malam ini, kita kedatangan tamu”. Yang diajak bicara tetap diam. Tak bergeming.

Di saat lain kadang suaminya kelihatan bereaksi. Matanya sering basah, mengungkapkan perasaannya. Sesekali menoleh lemah. Kakinya kadang refleks bergerak.

“Srog… srog … srog”, suara nyaris berisik itu terdengar lagi.

Tante Jade segera saja mencuci tangan di wastaffel dan memakai glove memakai alat menyedot dahak di tenggorokan suaminya. “Leher Oom sengaja dilubangin, agar cairan makanan bisa dialirkan, ” ujar tante berusia 80 tahun ini. Di sebelah tempat tidur itu memang menggantung liquid bermerk Glucerna. Dalam tempo singkat, Tante Jade sudah meraih alat pembersih mulut yang dicelupkan dalam penyegar mouth-wash.

“Untuk gunting kuku, tante kerjakan sendiri. Harus benar-benar bersih karena Oom ada gula, ” kata Tante Jade lagi.

“Supaya tak ada luka, badan Oom gak boleh berbaring satu posisi saja, ” tambah tante sambil menyetel tombol untuk meninggikan posisi bed.

“Knock … knock … Good evening, Ma’am” ujar perawat pria memasuki ruangan. Seperti biasa, Registered Nurse yang mantan dokter Russia itu bertegur sapa saja dengan Tante Jade. Vladimir memberitahukan bahwa pasiennya sudah bersih dan semua linen basahnya sudah dibereskan. Semua vital sign sudah diambilnya.

Sejurus kemudian, Tante Jade menyeka muka suaminya dengan handuk putih kecil. Dikeluarkannya sisir, merapikan rambut suaminya.

Terakhir, Tante Jade mengeluarkan walkman kuno. “Oom suka lagu rohani dan keroncong, ” kata si tante sambil memasangkan headphone di telinga sang suami.

Hampir tiap malam Tante Jade menjenguk dan merawat suaminya. Dari jam sembilan sampai tengah malam. Bukan satu dua malam. Bukan tiga empat minggu. Bukan lima enam bulan.

Tetapi, malam-malam dengan suaminya yang koma itu sudah berlangsung lebih dari enam tahun 14 hari !!! (per 31 Januari 2008)

Memegangi cairan vitamin ginko biloba buat suaminya, beliau berkata, “Tante kepingin Oom bisa sembuh”.

Kali lain, Tante Jade duduk santai di kursi Lazy-Boys biru di rumahnya. Tante sempat mengeluh sakit pinggang. Satu saat pernah juga dilarikan ke Emergency gara-gara menenggak kopi. Jantungnya kurang kuat.

“Yah kepinginnya ya tiap malam nengok Oom. Tante kan sudah pensiun. Tapi gimana ya kalau badannya nanti jadi rongsokan, ” katanya datar.

“Tante ini gak harap apa-apa dari begini. Dari dulu Oom sama Tante sudah atur pre-nuptial, ” tambahnya lagi.

Pernikahan Tante Jade dan suaminya memang diatur keluarga. Orang tua keduanya adalah sesama hoakiao berpunya, pemilik penggilingan beras di Pulau Jawa. Sudah tidak bisa ngomong Mandarin lagi. Pendeknya, Tante Jade yang lulusan Santa Ursula Djakarta mengikat janji sehidup semati dengan satu pemuda hoakiao lulusan Holland enam tahun setelah Republik Indonesia merdeka.

“Waktu muda, tante dan oom suka travel. Hidupnya berpindah-pindah negara. Sudah kenal semua musim. Winter, Spring, Summer, Fall ” ujar Tante Jade sambil menunjukkan sebagian koleksi cindera mata dunia. Dari boneka babooshka Russia, lukisan Holland, replika Taj Mahal, ukiran Tiongkok, klompen Holland sampai dekorasi burung Garuda Pancasila !

Sepenuturan Tante Jade, riwayat hubungannya dengan si Oom ada juga masa pancarobanya. Selalu ada saja pergantian musim.

“Bagaimanapun, Oom selalu cinta tante dan keluarga” ujarnya.

Di tanggal 14 Februari nanti, Tante Jade kurang begitu antusias berbicara soal kartu Valentine, bunga rose segar, coklat hati, apalagi piyama merah muda.

Buat Tante Jade, Hari Kasih Sayang adalah buat Oom sepenuhnya. Tidak banyak kata. Ucapan mesra dan elusan lembut sayang di bangsal SNF nomor 227.

Saat ditanya apakah siap bila Oom pergi selamanya, Tante Jade diam penuh makna.

Matanya kuyu, berkaca-kaca. Happy Valentine!

(magenta)

Untuk Share Artikel ini, Silahkan Klik Disini www.KabariNews.com/?2537
Untuk Baca Artikel ini di Majalah Kabari Februari 2008 , Klik Disini