Kabari  mewawancarai salah satu tokoh yang terlibat dalam membantu peristiwa Mei 98 di Amerika. Fancis Kiem, pria berusia 80 tahun ini berpesan supaya peristiwa Mei ’98 ini tidak dilupakan. Bahkan sebaiknya dimasukkan ke dalam buku sejarah sehingga generasi penerus. Memperingati peristiwa Mei 98 hanya salah satu bentuk apresiasi. Akan lebih baik apabila dicatat dalam sejarah. Begitu pula pahlawan-pahlawan Tionghoa, kurang diakui disini.

Perbedaan Indonesia sejak Mei ’98 sudah sedikit berubah. Pengakuan perbedaan dalam istilah-istilah Tionghoa dalam KTP saat ini sudah tidak perlu disebutkan lagi. Dalam hal ini sudah mengalami kemajuan dan perbedaan tersebut sudah mulai diakui. Francis mengakui saat ini sudah mengalami banyak kemajuan. Namun semua itu tinggal dimasukkan saja ke dalam sejarah.

Visi misi dalam Indonesia, apabila hal mengenai satu nusa satu bangsa diterapkan dengan sepenuhnya maka bangsa ini akan maju. Dengan ketekadan pemerintah mau mengakui bahwa kita satu nusa satu bangsa dan tidak membedakan suku-suku, maka Pancasil bisa diterapkan sepenuhnya.  Apabila hal tersebut diterapkan, akan menjadi kemajuan yang luar biasa.  “Yang terpenting adalah kejadian ini dimasukkan ke dalam sejarah Indonesia. Supaya anak dan cucu kita bisa mengetahui sejarah Indonesia”.