Kecintaan dirinya terhadap Bali membawanya untuk pentas dalam berbagai acara seni budaya yang diselenggarakan universitas-universitas di Amerika Serikat. I Kadek Purnawan, putra asli pulau dewata yang lahir 25 tahun silam ini sudah tampil di kurang lebih empat universitas yang berbeda di negeri Paman Sam. “Saya suka dengan seni dan budaya tradisional, untuk seni tradisi Bali khususnya tari tentu saja saya sangat suka” kata Kadek saat dihubungi Kabarinews.com melalui jejaring sosial skype.

Kadek mengatakan tampil pertama kalinya itu sewaktu mendapatkan beasiswa short course di Iowa State University pada tahun 2011 pada acara malam kebudayaan. Nah, kebiasaan menarinya pun dia bawa lagi di tahun 2013 saat menerima beasiswa S2 di jurusan Instructional Systems Technology (IST) tentang teknologi pembelajaran di Indiana University, negara bagian Indiana, AS.

Dalam lawatan yang kedua kalinya ini, Kadek tak lupa membekali diri dengan baju-baju tari khas Bali. Sebab, pikirnya disana pasti banyak kegiatan-kegiatan kebudayaan dan acara-acara Indonesia. “Lagian disana pasti susah mencari baju tari Bali, makanya itu saya bawa saja bajunya langsung dari Bali” tutur Kadek. Dan benar saja, Kadek diundang untuk hadir di Indonesian Cultural Night di Michigan State University tahun 2013 lalu. Kemudian di awal tahun 2014, dia tampil lagi di Ohio University dan baru kemarin pada bulan April 2014, Kadek pentas di universitasnya sendiri, Universitas Indiana.

kadek foto

“Saya selalu bepergian ketika akan show dengan menaiki bus, jadi hampir sehari atau bahkan dua hari dalam perjalanan dengan bus karena murah. Biasanya biaya perjalanan mereka yang mengundang yang menanggung. Dan yang saya sukai dalam perjalanan ini adalah dapat melihat pemandangan dari satu kota ke kota lain” tutur Kadek.

Nah, untuk jenis tari Bali yang Kadek biasa tampilkan, dia mengatakan cenderung mementaskan tari yang bersifat tari “Balih-balihan” yang artinya tari ini tidak bersifat relijius dan fungsinya hanya menghibur. Balih-balihan memang merupakan jenis tarian yang dikenal non-religius dan cenderung menghibur. Di Bali sendiri, biasanya tari jenis ini ditampilkan di halaman depan atau luar pura.

Hanya saja, Kadek menambahkan dalam pementasan tari Bali-balihan ini ia menarikan untuk tari laki dan biasanya tari Kebyar Duduk. Kebyar atau kekebyaran ini dapat ditarikan secara solo, duet, trio, kelompok atau dalam sendratari. Namun dia menarikannya secara individual atau solo walaupun ada tari yang mesti ditarikan cowok dan cewek, namun Kadek mengambil hanya bagian cowok saja karena pakaian /kostum tarinya cocok untuk Tari Kebyar Duduk, Tari Muanin Oleg Tamulilingan, Tari Terompong.

Selayaknya tari-tarian Bali yang selalu diiringi oleh musik, terutama musik gamelan Bali. Berhubung tidak ada orang dapat memainkan musik yang dapat mengiringi kadek menari. Ia mensiasatinya dengan menggunakan seperangkat audio penunjang untuk departemen musiknya. “Jadi saya menggunakan musiknya itu dengan membawa sendiri (DVD)” kata Kadek.

Alhasil, Kadek pun melenggang dengan tari Bali-nya. Respon penontonnya pun positif dan tidak jarang aksi menarinya ini diliput oleh reporter-reporter kampus setempat. Para penontonnya pun banyak yang mau mengajaknya untuk sekedar foto-foto bareng bahkan sampai mencari dia ke back stage. “Mereka bilang ke saya gerakan tari Bali itu lincah dan kostumnya bagus” kata dia. Dan tak jarang, saking tertariknya dengan tarian Bali, mereka ada yang mencoba ingin belajar menari Bali.

Kadek mengatakan biasanya mereka yang ada di wilayah Midwest pasti pergi ke Chicago untuk belajar menari karena disana ada Indonesian Cultural Center, tempat untuk belajar tari dan musik dari Indonesia. “Nah, kalau di universitas tempat saya belajar belum banyak, tetapi kalau di Ohio University ada karena mereka ada kuliah tentang budaya dan bahasa Indonesia” tutur dia.

Urusan tari-menari ini sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi Kadek, sebab alumni Sastra Inggris Universitas Udayana ini memang dari kecil suka menari. Kegiatan menari dilakukannya sewaktu, Kadek duduk di bangku sekolahan. “dulu waktu SD, SMP sampai SMA, di mata pelajaran ada muatan lokal menari jadi kita mau tidak mau harus bisa menari untuk dapat nilai, dan sekarang di waktu kuliah saya pun menari lagi,”kata Kadek.

Dan Kadek merasa apa yang dilakukannya sangat postif. Sebab, dia banyak bertemu dengan teman-teman PERMIAS (Persatuan Mahasiswa Indonesia) di universitas yang sering dia kunjungi, bertemu professor-profesor yang interest dengan kajian tentang Indonesia dan bisa sharing-sharing dengan mereka, serta dapat menyalurkan hobi di tengah-tengah padatnya kuliah. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?67791

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

____________________________________________

Supported by :

intero