KabariNews –  Indonesia kaya akan warisan seni dan budaya. Dan salah satu warisan tersebut adalah kain-kain yang tradisional yang tak terbilang banyaknya. Namun yang menjadi persoalan, putaran waktu tak jarang menggerus eksistensi dari kain tradisional tersebut. Nah, beruntunglah negeri ini memiliki seorang desainer yang begitu  peduli terhadap keberadaan kain tradisional Indonesia.

Adalah Samuel Watttimena,  melalui acara bertajuk Gelar Karya Samuel Watttimena Evolusi Tenun Tenggara yang diusung oleh Museum Tekstil bekerjasama dengan Forum Kajian Antropologi Indonesia (FKAI),  kain tenun tenggara memiliki nafasnya yang baru.

Samuel mengatakan tenun ikat Maluku Tenggara merupakan tenun khas Maluku yang diwariskan turun temurun. Namun keberadaannya bak tergilas perkembangan zaman antara hidup dan mati. “Budaya tenun ikat yang merupakan kekayaan yang berasal dari buah  pikiran dan rasa serta karya masyarakat Tanimbar yang tidak pernah punah jika dilestarikan dan dikembangkan. Dan inilah salah satu kekayaan sebenarnya dari masyarakat Maluku Tenggara”  kata Samuel di sela-sela acara, Rabu, (12/11) di Museum Tesktil.

Samuel  dalam acara ini menyiapkan koleksi-koleksi busana kain tenun Maluku Tenggara. Samuel menerapkan evolusi  atas karya busananya. Evolusi yang dihadirkan Samuel untuk melestarikan yang lama adalah  melalui penciptaan hal baru. Apa yang dilakukannya awalnya hanya pada warna kemudian benang, layout dan akhirnya pada fungsi.

“Semula kain hanya berungsi sebagai kain bawahan, sekarang saya kembangkan fungsinya juga sebagai stola yang penggunaannya bisa lebih universal serta bahan pakaian pria dan wanita.”tuturnya . Saat ini Samuel juga mulai membuat printing motif tenun Maluku Tenggara di atas kulit ular untuk kebutuhan produksi berbagai tas.

Melalui  Gelar Karya ini desainer yang berhasil  menang di Fiji Fashion Week 2013 itu berharap nilai-nilai sosial dan kebudayaan yang tercermin lewat motif tenun ini kembali tumbuh. Dan membuka pintu bagi tenun ikat Maluku Tenggara untuk masuk ke pasar busana dan gaya nasional, bahkan internasional. “ Yang terenting adalah mengusahakan agar kain tenun Maluku Tenggara dapat memenuhi selera pasar dengan memperhatikan warna. Letak motif, kualitas tenun dan memperhitungkan harganya yang baik dan terjangkau” tutur Samuel.

Samuel optimis kain tenun ikat Maluku Tenggara akan maju. Tentu saja asalkan usaha pengembangan kain ini didukung penuh oleh lembaga negara terkait. “ Saya tidak bisa bekerja sendiri. Tanpa dukungan dari banyak pihak, usaha yang telah lama saya bina ini bisa menjadi sia-sia” pungkas Samuel. ( 1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?72565

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Asuransi Kesehatan