West Jakarta late 70s: Waktu itu saya menemui seorang apak-apak (sebutan bagi pria lanjut usia) yang dikenal sebagai orang pintar (tai pak) di bilangan Jakarta Barat. Waktu itu dengan naif saya bertanya, “kapan saya akan ketemu jodoh?” Sambil tersenyum ramah, si apak bilang, “waktu loe mulai nyari, maka jodoh loe akan mulai datang.” Singkat cerita, kemudian si apak menjelaskan panjang lebar mengenai “kua mia” alias membaca nasib. Penjelasan nya begitu objektif dan menarik yet make sense.Sangat beda dengan cerita dan “jualan kecap” nya para “tai pak” atau orang pintar (dalam istilah Chinese). Buntutnya, saya jadi sering ke tempat si apak untuk menyerap ilmunya. Sayang sekali beberapa tahun kemudian si apak berpulang.

Present time: Roda kehidupan dan karma berputar, selama tahunan berinteraksi dengan ribuan orang, sering sekali saya menerima pertanyaan yang dulu saya lontarkan. “Kapan saya kaya?,” “Kapan saya dapat suami / istri?” dan aneka kapan lain nya. Memang sesuatu yang kedengarannya lumrah ditanyakan. Tetapi sebenarnya pertanyaan tadi adalah pencerminan dari ketidak jelasan mengenai apa itu membaca nasib / kua mia. Ba zi (analisa kehidupan based on details of birth) merupakan salah satu sarana yang sudah terbukti untuk itu. Dari hasil analisa ba zi, kita dapat mengetahui banyak informasi penting mulai sejak lahir sampai waktu meninggalkan dunia ini. Tetapi yang masih sedikit dijelaskan oleh para praktisi dan yang masih banyak disalah tafsirkan oleh pihak pe nanya atau klien ialah mengenai interaksi dan pengaruh faktor-faktor lain nya.

Ada yang dalam ba zi nya memiliki potensi untuk kaya, tetapi orangnya kurang rajin berusaha dan mudah menyerah plus sikon kediamannya yang tidak feng shui friendly. Dalam kasus ini maka artinya chance bagi orang itu buat kaya (seperti yang tertera di ba zi nya) pun akan minim.

Seorang yang sudah ngebet untuk punya partner, tetapi aktivitas bisnisnya sangat padat dan sifatnya agak introvet maka chance nya buat dapat jodoh akan berkurang. Meski dalam ba zi nya disebutkan bahwa dalam tahun atau periode nya lagi bagus. Lebih parah lagi kalau ternyata feng shui rumahnya tidak mendukung untuk meningkatkan kemungkinan datangnya pasangan hidup.

Untuk menjawab kapan seseorang akan kaya, kapan seseorang akan married, dibutuhkan lebih dari sekedar menganalisa ba zi / nasib. Masih dibutuhkan juga pertanyaan “apa yang sudah dan akan dilakukan oleh si penanya untuk merealisasikan keinginannya tadi?,” “apakah rumah dan tempat usaha / kantor si penanya sudah feng shui friendly dan mendukung?”

Dari pengetahuan dan pengalaman saya selama ini, masih banyak sekali praktisi yang tidak mau secara objektif dan transparan dalam menjelaskan apa itu ba zi, apa itu feng shui. Instead, umumnya lebih menjual mimpi dan harapan yang muluk-muluk mengenai “kehebatan” dan “keajaiban” yang bisa diperoleh dari ba zi atau metode membaca nasib lainnnya dan feng shui. Klien diajak ke awang-awang dan dunia mimpi. Masih jarang yang mau honest straightforward seperti alm. apak yang menjadi pembimbing saya dulu.

Selama fenomena diatas masih terus berlangsung maka masih terus akan ada pertanyaan “kapan saya kaya,” “kapan saya dapet jodoh?”

About the Author
Penulis, praktisi fengshui, kungfu, reiki dan psychosomatic. Lahir dan besar di Jakarta, sejak tahun 1997  bersama keluarga bermukim di Melbourne – Australia.  “78 Tips Menambah Hoki Anda” (Gramedia 2009) dan “Fengshuipedia” (Gramedia 2010) adalah dua karya penulis. “78 Tips Menambah Hoki Anda” juga diterbitkan di  Malaysia oleh penerbit  setempat. www.suhanalimfengshui.com