KabariNews – Karya seniman kontemporer asal Indonesia Arin Dwihartono Sunaryo terpilih sebagai salah satu seniman Asia dari 22 seniman dunia yang karyanya dijadikan koleksi permanen museum Guggenheim,Amerika Serikat. Harian International New York Times, Kamis, (23/10) memuat berita khusus mengenai keberadaan seniman ini dalam kolom The Art of Collecting A Universal story rendered in resin.

Seperti dikutip guggenheim.org, Arin Dwihartanto Sunaryo lahir pada tahun 1978, di Bandung, Indonesia. Ia belajar seni rupa di Institut Teknologi Bandung, lulus pada tahun 2001, dan memperoleh gelar MFA dari Central Saint Martins College of Art and Design, London, pada tahun 2005.



Disaat Arin mengejar gelar sarjana di Central Saint Martins College of Art dan Desain di London, dia membuang peralatan melukis dan menggunakan tangannya dan menuangkan cat minyak langsung di atas kanvas. Perubahan teknik ini juga mewakili kepindahan dari pengaruh ayahnya, Sunaryo Soetono, 71, seorang pelukis terkenal dan pendiri galeri Selasar Sunaryo di Bandung.

Arin mendorong batas-batasnya dengan teknik inovatif. Dia menyuling gairah untuk buku komik, fiksi ilmiah, dan manga Jepang ke dalam komposisi abstrak animasi oleh gerakan dinamis, perkembangan entropis, kekuatan sentrifugal dan sentripetal yang mengumpulkan dan membubarkan pigmen di atas permukaan lukisannya. Arin Dwihartanto, dikenal dengan keahliannya mengolah resin menjadi karya seni tinggi. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Volcano Ash yang bahannya berasal dari debu Gunung Merapi. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?72272

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Asuransi Kesehatan