Klik disini untuk mendengarkan Webinar.

By. Dr. Taruna Ikrar
(University of California, School of Medicine, Irvine, USA)

Kelahiran seorang bayi merupakan kebahagian atau anugrah yang tak
ternilai harganya bagi sebuah keluarga. Namun terkadang kebahagiaan itu
tak seperti yang diharapkan, karena bayi yang diidam-idamkan,
ternyata mengidap cacat bawaan.

Kecacatan bayi (Congenital Disorder) diketahui terjadi sekitar 3-5%
dari semua bayi yang baru lahir dan sekaligus menjadi salah satu
penyebab utama kematian bayi. Tujuh sampai sepuluh persen bayi yang
lahir dengan cacat membutuhkan perawatan medis secara khusus.

Meski kemajuan signifikan telah dicapai dalam mengidentifikasi
etiologi atau penyebab beberapa kecacatan janin, namun masih banyak
misteri yang belum terungkap. (Gambar 1: Janin dalam kandungan ibu pada
usia 16 minggu).

Di masa lalu, orang yakin bahwa janin berkembang secara baik di dalam
kandungan, bahkan orang percaya rahim ibu kebal terhadap berbagai
faktor eksternal.

Namun, setelah bencana thalidomide (Obat Penenang) terjadi pada tahun
1960, terungkap bahwa embrio atau janin di dalam rahim ibu ternyata
sangat rentan terhadap faktor lingkungan tertentu, yang pada orang
dewasa tidak beracun sekalipun, tetapi pada janin bisa sangat berbahaya.

[NPI
Float=”left”]/Media/2/jpg/2010/9/135ffaf7-f487-cba4-4539b1f4c8157d8b.jpg[/NPI]

Terpaparnya janin selama masa kehamilan terhadap teratogenik dapat
mengakibatkan berbagai kelainan struktural dan anatomi janin, berupa:
bibir sumbing (cleft), ketidak lengkapan anggota tubuh (dysmelia), lahir
tanpa kepala (anencephaly), kelainan jantung (ventricular septal
defect)
.

Jenis dan tingkat kelainan yang ditemukan pada janin, tergantung
seberapa jauh tingkat paparan zat teratogenik, serta tahap perkembangan
janin di dalam kandungan, khususnya pada trimester pertama kehamilan.
(Gambar 2: Janin lahir dengan kepala yang tidak sempurna)


Mekanisme Kecacatan Janin

Setelah bencana thalidomide, para ahli berupaya mengungkap faktor-faktor
yang bisa menyebabkan kelainan pada janin. Dalam ilmu kedokteran
disebut Teratology.

Sebuah publikasi tahun 2010 menyebutkan bahwa ada 6 mekanisme teratogenik utama yang terkait dengan penggunaan obat-obatan: 

[NPI
Float=”left”]/Media/2/jpg/2010/9/1360b97b-c443-9d19-c548a02aecd2e151.jpg[/NPI]

  1. Antagonisme asam folat (zat yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin),
  2. Gangguan stimulasi sel saraf (Sistem persarafan yang merupakan suatu sistem regulasi di dalam tubuh janin),
  3. Gangguan endokrin (Pada pertumbuhan dan perkembangan janin,
    dibutuhkan suatu metabolism yang normal dan kelak mempengaruhi
    perkembangan janin. sehingga jika dalam fase pertumbuhan janin tersebut
    terganggu akibat kelainan metabolisme endokrin, tentunya akan berdampak
    pada bentuk dan performens janin),
  4. Stres oksidatif, jika ini terjadi yang mungkin disebabkan oleh
    kelainan oksidatif hipoksia atau kekurangan oksigen janin, akan
    berdampak pada perkembangan otak sang janin, yang kelak berakibat
    retardasi mental.
  5. Gangguan pembuluh darah janin, dapat berpengaruh terhadap
    pertumbuhan janin, hal ini didasarkan bahwa fungsi pembuluh darah
    sebagai alat transportasi di dalam tubuh janin.
  6. Gangguan reseptor-spesifik yang dimediasi oleh enzim teratogenesis.
    Jika gangguan ini terjadi sebagai manifestasi kelainan genetik, sehingga
    dapat diprediksi perkembangan janin kelak akan mengalami kelainan dan
    kecacatan tubuh. (Gambar 3: Bayi sumbing yang dipengaruhi oleh faktor
    genetik)

Selain enam mekanisme di atas, diketahui prinsip-prinsip dan
merupakan panduan pemahaman tentang zat teratogenik dan efeknya pada
pengembangan janin, yaitu:

  1. Kerentanan janin terhadap zat teratogen yang tergantung pada faktor
    genetik janin selama konsepsi, serta cara janin berinteraksi dengan
    faktor lingkungan yang merugikan tersebut.
  2. Kerentanan dalam proses teratogenesis akan bervariasi dan tergantung
    pada tahap perkembangan janin didalam rahim pada saat terpapar oleh
    pengaruh yang merugikan tersebut.
  3. Zat teratogenik tersebut, dapat berinteraksi dengan cara tertentu
    pada perkembangan sel-sel dan jaringan dalam menstimulasi berbagai
    rangkaian perkembangan abnormal janin.
  4. Akses yang berpengaruh buruk dalam perkembangan jaringan janin,
    tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan teratogenik:
    seperti sifat dari zat teratogen, rute dan tingkat paparan pada ibu,
    demikian pula tingkat kemampuan zat teratogenik tersebut dalam melewati
    plasenta dan penyerapannya secara sistemik.
  5. Secara umum, ada empat manifestasi akibat kelainan janin yaitu:
    Kematian, kelainan, retardasi pertumbuhan, serta kecacatan fungsional
    janin.
  6. Manifestasi penyimpangan perkembangan janin, juga tergantung
    terhadap tingkat dan dosis obat yang dikonsumsi yang berpengaruh
    terhadap perkembangan janin dan kerusakan yang ditimbulkannya.

Zat Makanan dan Obat-Obatan Penyebab Kecacatan Janin 

Untuk melindungi masyarakat dan keluarga dari kecacatan janin selama
masa kehamilan, sebaiknya masyarakat memahami beberapa zat dan faktor
lingkungan yang diduga bisa berakibat kecacatan janin.(Gambar 4:
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecacatan janin). 

  1. Obat-obatan dan zat kimia dari lingkungan telah diketahui dapat
    berakibat kecacatan janin, misalnya: minuman beralkohol (etanol), jenis
    psikotropik dan narkotik (nitrazepam atau mogadon), hormon androgenik
    yang kadang digunakan sebagai obat pertumbuhan, Obat hipertensi
    (kaptopril, enalapril), obat penenang dan juga antiepilepsis seperti;
    diphenylhydantoin (Fenitoin, Dilantin, Epanutin), zat beracun berupa
    (bromida etidium, merkuri, antibiotik (tetrasiklin), demikian pula
    thalidomide.
  2. Radiasi: sinar X (foto Rontgen), terapi radiasi , serta zat radioaktif lainnya.
  3. Infeksi selama masa kehamilan: bisa berupa infeksi virus (Sitomegalovirus, virus herpes, virus rubella, virus ensefalitis, HIV), atau infeksi bakteri (sifilis, Gonorrhea), dan parasit (toksoplasmosis).
  4. Ketidakseimbangan metabolism pada ibu hamil, berupa: diabetes,
    defisiensi atau kekurangan asam folat, kekurangan atau defisiensi zat
    yodium, demikian pula penyakit rematik dan kelainan jantung.
  5. Tembakau, Alkohol, dan Kafein yang berlebihan diketahui dapat berakibat buruk pada system pembuluh darah janin.
  6. Beberapa jenis obat jerawat, misalnya Isotretinoin dengan merek
    dagang Roaccutane telah diketahui sebagai suatu zat teratogen yang kuat
    dan dapat menyebabkan kecacatan serius pada janin.

Pentingnya Pencegahan Kecacatan Dalam Fase Kehamilan

Telah diketahui, bahwa hampir semua kecacatan pada janin, disebabkan oleh terpaparnya janin oleh zat atau faktor teratogenik.

Paparan tersebut tidak terbatas hanya akibat obat, tetapi juga oleh
infeksi atau penyakit, dan lingkungan. Sebuah penelitian menunjukkan
hampir 50% wanita hamil pernah terpapar obat selama kehamilannya. Yang
tentunya, ini sangat berbahaya kalau tidak dilakukan pencegahan, karena
kelak dapat berdampak pada kecacatan janin.

Dengan demikian, sangat dianjurkan selama kehamilan, ibu hamil
diharuskan untuk senantiasa menjaga diri untuk tidak mengkonsumsi
berbagai jenis obat dan zat makanan yang bisa berdampak negatif
terhadap perkembangan janin.

Seandainyapun, sang ibu harus mengkonsumsi obat karena alasan
tertentu, maka selayaknya meminta anjuran dokter dengan pengawasan yang
sangat ketat. Ini semua dilakukan demi menjaga kesehatan dan
perkembangan sang buah hati, sehingga kelak sang ibu akan kagum dan
bahagia dengan buah hati yang dilahirkannya sebagai bayi sehat dan
sempurna.

Untuk share
artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?35465

Untuk

melihat artikel Amerika / Kesehatan lainnya,
Klik

disini

Mohon
beri nilai dan komentar di
bawah artikel ini

____________________________________________________

Supported

by :