Daerah pesisir utara Jawa, dari Pekalongan sampai Lasem (Rembang, tak lepas dari berkembangnya batik dengan pengaruh Tionghoa dan Belanda yang amat kental. Bila bicara soal batik, motif Hokokai dan Buketan yang sangat indah itu, Pekalongan-lah tempatnya.

Lokasi pusat batik tulis Tionghoa Peranakan itu berada di kecamatan Kedungwuni. Dapat ditempuh selama 30 menit dari pusat kota Pekalongan. Sejak awal tahun 1900-an, kota kecil ini merupakan lokasi penduduk keturunan Tionghoa. Oey Soe Tjoen, The Tie Siet, Oey Soen King dan Oey Koh Sing adalah nama keluarga pengusaha batik terkenal di Kedungwuni dan Liem Ping Wie adalah salah satunya. Lokasi batik Liem di jalan raya Kedungwuni no: 192. Bila berkunjug kesana, kita akan disapa oleh Ibu Hien, generasi ke-empat penerus batik Liem Ping Wie.

Keluarga pengusaha batik itu masih menerapkan cara yang sama seperti yang diajarkan oleh pendahulunya. Motif kain batik Liem Ping Wie, rata-rata telah berusia 100-an tahun lebih. Salah satu puncak karya batik Tionghoa Peranakan adalah motif Buketan. Ini adalah motif batik Tionghoa Peranakan yang dipengaruhi oleh budaya Eropa. Pada masanya, motif batik di Kedungwuni mendapat pengaruh dari kebudayaan Belanda dan Jepang. Maka, hal inipun dialami oleh batik keluarga Liem.

“Batik juga banyak mengalami perubahan. Ada masanya batik bermotif asli peranakan seperti burung Hong (phoenix), lotus ataupun swastika (pengaruh Budha), tidak terlalu digemari. Pada masa penjajahan Belanda, motifnya adalah bunga Eropa,seperti mawar dan rangkaian bunga atau buket sangat digemari. Jenis motif ini dikenal sebagai Baik Buketan”, ungkap Ibu Hien

Batik lain yang mendapat pengaruh Eropa adalah batik Dongeng, yaitu batik yang dipengaruhi oleh dongeng-dongeng bangsa Eropa, seperti Cinderella atau Hanzel & Gretel. Ada juga batik kolonial bermotif kapal laut.

Menurut Ibu Hien, keseluruhan batik dengan motif yang dipengaruhi oleh kebudayaan Eropa ini dikenal sebagi Batik Nyonya Dansa. Batik Natal,Batik Red Riding Hood, Batik Kapal Sanggat, adalah batik dalam kelompok ini.

Selain Buketan, puncak karya batik Tionghoa Peranakan yang terkenal adalah. motif Hokokai. Motif ini didominasi flora dan fauna serta kupu-kupu, berkembang ketika masa penjajahan Jepang. Batik dengan motif inilah yang kemudian menjadi kekhasan produk Liem Ping Wie.

“Sebenarnya, selain motif kupu-kupu, kekhasan batik Hokokai adalah tanahannya (pengisi ruang diantara gambar yang dominan) yang sangat rapat termasuk didalamnya motif batik Pagi-Sore.” lanjut Ibu Hien. Batik Pagi-Sore adalah dalam satu kain batik terdapat dua warna dengan corak yang terpisah. Memakainya pun berbeda, yaitu pada pagi dan sore hari.

Harga batik tulis Tiongoa Peranakan umumnya sangat mahal. Jarang yang berharga ratusan ribu. Karena motifnya yang detail serta proses pembuatannya sampai memakan waktu selama 8 -12 bulan untuk satu lembar kain. Namun meski mahal, pusat batik Liem Ping Wie selalu ramai dikunjungi masyarakat dari luar kota. Pesanan pun selalu berdatangan. Jadi, bila ke Pekalongan, jangan lupa ke Kedungwuni. Disitu bisa diperoleh banyak pilihan batik.