Kehidupan Oei Hui Lan kecil di bawah asuhan Oei Tiong Ham, benar-benar seperti putri raja. Apa yang dia mau selalu diberikan oleh ayahnya. Selain dimanja, dalam bukunya Hui Lan menulis,  ketika ayahnya sudah kaya raya dan mendapat gelar Majoor der Chinezen dari Pemerintah Belanda tahun 1901, Hui Lan juga sering diajak dalam perjalanan bisnis oleh ayahnya.

Ayahnya berpesan kepada sekretaris,”Belikan dia semua yang diinginkannya”. Sikap Ayahnya yang begitu sayang padanya membuat Hui Lan terbiasa untuk diistimewakan.

Hui Lan ingat, ketika di Belanda dia punya rumah boneka yang sangat indah.

Dia menulis :

“Tidak ada seorang anak Belanda pun yang memiliki rumah boneka seindah kepunyaan saya. Tingginya sedagu saya, dibeli Pietro di Eropa. Saya bisa merangkak masuk ke dalamnya. Perlengkapannya komplet dan penuh detail. Di kamar mandinya ada handuk yang serasi. Ranjangnya memakai per dan kasur. Dalam lemari pakaiannya bergantungan pakaian boneka boneka saya. Di dapurnya ada panci, alat penggoreng, garpu dan pisau.

Di belakang rumah kami ada kebun binatang, berisi kera, rusa, beruang, kasuari, dll. Kalau ayah kembali dari bepergian, ia selalu membawa hadiah untuk saya sepasang kuda poni, sepasang anjing chihuahua, boneka atau apa saja.

Umur saya belum tiga tahun ketika ibu mengalungkan bandulan intan 80 karat ke leher saya. Besar intan itu sekepalan tangan saya dan tentu saja menganggu gerak gerik dan bahkan menyakitkan saya. Namun ibu tidak perduli. Suatu hari ketika pengasuh memandikan saya, ibu melihat dada saya luka akibat intan itu. Barulah ibu melepaskannya. Sampai buku ini ditulis. Intan itu masih saya miliki, tersimpan di sebuah bank di London.”

Hui Lan mengenal secara seksama bagaimana karakter ayahnya. Selain karena anak dari istri pertama yang disayang. Ayahnya tidak dekat dengan Tjo Lan kakak Hui Lan. Jadi boleh dibilang pada masa awal-awal kejayaan kerajaan bisnis Oei Tiong Ham, hanya Hui Lan anak yang dekat Oei Tiong Ham.

Hui Lan paham betul bagaimana karakter ayahnya. Saat ikut ke Penang, Malaysia, Hui Lan yang ketika itu di dalam kapal menunggu ayahnya yang sedang di darat, didatangi oleh pria lanjut usia. Orang itu menyerahkan sekotak uang emas kepada Hui Lan sambil membungkukkan badan. Hui Lan tahu isi kotak itu adalah uang yang nilainya sekitar 200.000 poundsterling, tapi dia tak tahu apa maksudnya.

Hui Lan mengira mainan. Lalu saat sedang memainkannya, ayahnya bertanya darimana Hui Lan mendapatkan uang-uang itu. Mendengar jawaban Hui Lan, Oei Tiong Ham langsung menyuruh pembantunya untuk mengembalikannya.

Rupanya pria lanjut usia yang naik ke kapal itu bermaksud menyogok Oei Tiong Ham dengan memberi hadiah kepada anak kesayangannya. Menurut Hui Lan, Ayahnya pantang disogok, padahal dia sering menyogok pejabat pejabat Belanda supaya usahanya lancar.

Oei Tiong Ham juga tidak percaya dengan kegunaaan pengawal pribadi. Dia punya cara sendiri untuk melindungi keluarganya dan bisnisnya. Yaitu dengan memberi sejumlah uang kepada kelompok bandit yang paling berpengaruh setiap tahun untuk menangkal gangguan keamanan. Usahanya berhasil keluarga Oei Tiong Ham merupakan satu-satunya keluarga Tionghoa yang tinggal di luar pecinan.

Suatu ketika Oei Tiong Ham pernah melihat seorang anak Tionghoa diolok-olok anak-anak Belanda seusai pulang sekolah. Dia lalu turun dari kereta dan mendatangi anak yang tubuhnya paling besar diantara anak-anak Belanda itu.

Dia berkata, “Kelihatannya kamu orang pemimpin mereka,” kepada anak yang paling besar itu.  Lalu sambil memberikan sekeping uang emas kepadanya, Oei Tiong Ham kembali berkata, .”Tolong urus mereka.”

Tentang Ibunya

Ibu Hui Lan bernama Bing Nio. Dalam bahasa Inggris artinya kira-kira Victoria. Bing Nio adalah istri pertama Oei Tiong Ham. Dia berasal dari keluarga Goei, nenek moyangnya berasal Shantung. Ibunya punya lima anak perempuan dan empat anak lelaki. Semua anak perempuannya cantik-cantik, tapi yang paling cantik Bing Nio.

Mendengar kecantikan Bing Nio, Ibunya Oei Tiong Ham tertarik mengambilnya menjadi menantu. Maka dia mengirimkan tandu keemasaan sebagai tanda lamaran kepada keluarga Goei. Dan keluarga Goei menerimanya.

Bing Nio tidak memberikan anak lelaki kepada Oei Tiong Ham, melainkan dua anak perempuan,  Tjong lan dan Hui Lan. Meski begitu, karena tradisi China yang kuat, Oei Tiong Ham tidak menceraikan Bing Nio. Sebaliknya memelihara banyak gundik, entah untuk kepuasan semata atau demi mendapat keturunan laki-laki.

Menurut Hui Lan, ayahnya termasuk bandot tapi tetap sayang dan baik terhadap Bing Nio, ibunya Hui Lan. Tidak terpikir olehnya untuk menceraikan Bing Nio yang tidak memberikan anak laki laki. Cuma saja ia terus menerus menambah gundik dan banyak di antara gundiknya itu yang memberinya anak laki laki.

Oei Tiong Ham juga selalu pulang ke rumah, tidak pernah tinggal dengan salah seorang gundiknya, sampai muncul seorang gundik bernama Lucy Ho dalam hidupnya.

Karena tidak mempunyai anak laki laki, Bing Nio terus menerus merasa dirinya memiliki kekurangan dan frustasi.

Ketika Hui Lan umur 12 tahun, suatu malam dia pernah melihat ibunya sedang menghitung uang di sebuah ruangan. Uang itu banyak dan bertumpuk tinggi.

Kepada Hui Lan, Bing Nio berkata sambil tersenyum, ”Ayahmu pulang membawa sekoper uang. Aku mengambilnya sebagian. Ia tidak pernah menyadarinya.”

Hui Lan heran mengapa ibunya tidak meminta saja, dia yakin ayah akan memberikannya. Mungkin ibu tidak mau ayah tahu untuk apa uang itu. Pada masa itu memang Hui Lan dan Ibunya jarang membawa uang. Kalau menginginkan sesuatu, mereka tinggal mengambilnya saja di toko dan pemilik toko akan menagihnya kepada Oei Tiong Ham.

Ibu Hui Lan lahir pada tahun Naga, sebetulnya tak cocok dengan Oei Tiong Ham yang lahir tahun harimau. Karena sama-sana keras kepala.

Namun Bing Nio senang dengan predikat istri sah. Di luar rumah ia dianggap tokoh penting. Kalau pergi menonton sandiwara, para pemain berlutut di hadapannya seusai pertunjukan. Lantas Bing Nio akan memberikan tip yang besar sekali.

Seperti dikutip dalam buku Hui Lan, kalau pulang bertamu dari rumah nyonya Belanda, sering bajunya cuma disemat dengan peniti biasa, karena penitinya yang bertaburkan permata ia hadiahkan kepada nyonya rumah yang mengagumi perhiasannya itu. Dan Oei Tiong Ham pasti akan membelikannya yang baru.

Bagaimana hubungan Hui Lan dengan saudara-saudara dari lain ibu ?

Bersambung…

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33078

Untuk melihat Berita Indonesia / Khusus lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket