Hui Lan sedikitnya punya 42 orang saudara. Hui Lan tak begitu mengenal dekat mereka, selain Tjo Lan kakaknya,  dan dua saudara lain ibu, Tjong Hauw dan Tjong Swan. Demikian juga dengan saudara dari ibunya.

Seorang saudara perempuan ibunya menikah dengan seorang pria yang cukup berada, tetapi tidak dikaruniai anak. Bibinya Hui Lan itu mengangkat dua anak perempuan dari saudara suaminya.

Beberapa tahun kemudian kedua anak angkatnya itu menjadi gundik Oei Tiong Ham. Yang paling tua cuma bertahan sebentar kemudian kabur bersama sopirnya yang pribumi  Sementara adiknya yang berwajah tak begitu cantik tapi memiliki tubuh yang indah dan pintar bernama Lucy Ho sanggup bertahan. Kelak Lucy Ho ini yang menemani Oei Tiong Ham menjemput ajal.

Bing Nio meninggalkan Oei Tiong Ham menyusul Hui Lan yang tinggal di London. Sementara Oei Tiong Ham bersama Lucy Ho menetap di Singapura. Seperti yang ditulis Hui Lan,  Oei Tiong Ham keluar dari Jawa untuk menghindari pajak. Lucy Ho gundik yang penuh pengabdian. Ia mengurusi keuangan dengan cermat dan ia memberi anak kepada Oei Tiong Ham setiap tahun.

Anak laki lakinya banyak. Tetapi setelah tinggal dengan Lucy Ho, Oei Tiong Ham berubah, meskipun uangnya masih  banyak, dia tak lagi hidup bermewah-mewah.

Suatu ketika, anak laki-laki Lucy Ho bertemu dengan anak perempuan Tjong Swan (Saudara Hui Lan lain ibu) di New York. Mereka jatuh cinta, tetapi tidak diperkenankan menikah oleh hukum AS, sebab ayah si pemuda adalah kakek si gadis. Mereka akhirnya menikah juga di Belanda.

Oei Tiong Ham juga memiliki gundik seorang janda yang dulu menolongnya dari aksi bunuh diri. Janda itu bernama Ny. Kiam. Dia membawa serta adik perempuannya yang berumur sepuluh tahun dan anak perempuannya yang berumur tiga tahun.

Ny. Kiam tak memberi keturunan untuk Oei Tiong Ham, maka ketika adik yang dibawanya itu beranjak dewasa, Oei Tiong Ham menjadikannya gundik pula. Dari perempuan itu Oei Tiong Ham punya lima anak laki laki dan empat anak perempuan.

Dari seluruh anak si gundik itu, Oei Tiong Ham lebih menyenangi putra yang kedua yakni Tjong Swan untuk menjadi andalannya dalam berbisnis. Tentu saja selain si Tjong Hauw, anak laki-lakinya yang lain dari gundik yang lain.

Dan dari semua saudara lain ibu, hanya Tjong Swan dan Tjong Hauw yang dekat dengan Hui Lan. Menurut Hui Lan, Oei Tiong Ham punya tiga anak yang disayanginya yakni dirinya, Tjong Swan dan Tjong Hauw.

Pesta Dansa Yang Gagal

Rumah keluarga Oei Tiong Ham di Semarang sangat luas. Kurang lebih berdiri diatas lahan 93 hektar. Rumahnya dirancang dengan gaya arsitektur China. Ada kolam ikan dan jembatan-jembatan. Untuk mengurusi kebun yang luas, keluarga Oei Tiong Ham mempekerjakan lima puluh orang.

Di rumah besar itu terdapat tiga buah dapur yang fungsinya berbeda. Yang pertama dapur untuk ibunya Hui Lan dengan koki ahli masakan Indonesia. Ibunya Hui Lan memang menyukai masakan Indonesia. Sementara dapur yang lain adalah dapurnya Oei Tiong Ham yang dikendalikan oleh koki-koki ahli masakan Eropa. Koki-koki tersebut umumnya adalah koki-koki bekas para Gubernur Jenderal Belanda.  Kebetulan Oei Tiong Ham menyukai masakan Eropa selain masakan China. Sementara dapur yang satu lagi untuk para pekerja di rumah besar tersebut yang mempekerjakan dua koki Tionghoa.

Di belakang ada rumah untuk Nona Jones, guru pribadi Bahasa Inggris keluarga Oei Tiong Ham. Lalu ada rumah untuk tukang pijit, dan tukang cuci pakaian. Sementara untuk para tamu yang menginap, disediakan dua paviliun.

Di rumah itu, Oei Tiong Ham sering mengundang tamu-tamu penting, Termasuk Raja Siam (Thailand). Mereka juga pernah diundang makan di kediaman Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Saat usia Hui Lan 15 tahun, Hui Lan ingin menggelar pesta dansa bergaya Inggris seperti yang dia baca di The Tatler. Karena anak kesayangan dan dianggap membawa hoki, Oei Tiong Ham meluluskan keinginan Hui Lan. Oei Tiong Ham lalu menyewa 16 pemain musik yang dulu disewanya untuk perjamuan Raja Thailand. Oei Tiong Ham juga mengundang para rekanan bisnisnya untuk untuk mendatangkan anak-anak mereka ke pesta Hui Lan.

Tapi sayang, saat hari pesta tiba, tak ada satupun tamu yang datang. Oei Tiong Ham marah besar kepada para rekan-rekan bisnisnya. Mendengar seorang pengusaha sukses sekelas Oei Tiong Ham, pengacaranya Baron van Heeckeren,  Gubernur Jenderal Belanda ketika itu,  sampai mengusahakan agar putri-putrinya mengadakan pesta dansa untuk menghormati Hui Lan. Tapi Hui lan juga terlanjur sakit hati. Dia pun tak datang.

Meninggalkan Semarang

Hui Lan meninggalkan Semarang saat berusia 16 tahun. Keluarga mereka berpisah. Ayahnya bersama Lucy Ho menetap di Singapura. Bing Nio dan dua anaknya Tjo Lan dan Hui Lan memilih ke Inggris.

Kepindahannya ayahnya karena pemerintah Hindia Belanda menekannya untuk menjual perkebunan tebunya dengan harga AS$ 70 juta. Oei Tiong Ham lalu mempercayakan perusahaannya di Jawa kepada putra-putranya yang terpilih yakni Tjong Swan dan Tjong Hauw.

Di Ibukota Inggris, Hui Lan dan ibunya tinggal di Brooke Street. Mereka juga punya rumah lain di Wimbledon yang luas lahannya hampir tiga hektar. Bing Nio punya sebuah Roll Royce, lengkap dengan sopir dan footman yang bertugas membukakan pintu mobil.

Sementara kakak iparnya, Ting Liang suaminya Tjo Lan,  punya mobil Daimler dan Fiat.

Selama tinggal di London, Ting Liang yang mengurus keperluan mereka. Ting Liang bertugas membayar seluruh tagihan dan pengeluaran termasuk berbelanja keperluan sehari-hari. Seluruh tagihan itu dilaporkan ke salah satu kantor Oei Tiong Ham di Mincing Lane.

Suatu ketika Hui Lan pernah bersitegang dengan Ting Liang karena dia tak mau membayar beberapa tagihan milik Hui Lan. Menurut Ting Liang, uang saku yang diberikan Oei Tiong Ham sudah cukup. Tapi Hui Lan mengatakan 400 poundsterling per tahun yang diterima dari ayahnya untuk beli baju, kurang. Setiap perdebatan soal uang, Ting Liang kerap kalah dari Hui Lan, karena Oei Tiong Ham pasti  selalu melunasi tagihan Hui Lan.

Suatu hari setelah bertengkar hebat dengan Ting Liang, Hui Lan pindah ke sebuah villa kecil di Curzon street. Seorang pembantu rumah tangga Perancis dan satu orang koki Prancis juga ikut serta. Tapi Ting Liang tidak mau membayar sewa rumah dan gaji pelayan serta koki Hui Lan.

Hui Lan langsung mengirim telegram ke ayahnya di Singapura. Tanpa banyak cincong ayahnya mengirim sejumlah uang dan menambah uang belanja Hui Lan.

Semasa remaja tinggal di London, Hui Lan benar-benar menikmati hidup, dia suka berdansa dan sering datang-datang ke pesta-pesta kaum jetset. Teman-temannya diantaranya Guy Brook yang kemudian menjadi Lord Brook, Sir Oliver duncan  yang kemudian menjadi Earl of Callo dan serta Sir Hugo Cuncliffe Owen.

Tahun 1918 saat berusia 18 tahun, Hui Lan mendapatkan mobil pertamanya bermerk Daimler. Tapi selama di London, Hui Lan mengaku hubunganya dengan Tjong Lan menjadi tak terlalu mulus. Pergaulan Tjong Lan terbatas pada orang orang sekantor ayah mereka atau para relasi bisnis. Hui Lan paham, Tjong Lan dibesarkan di tanah Jawa sehingga tidak mengalami kebebasan seperti Hui Lan semasa mudanya. Padahal Tjong Lan cantik dan jauh lebih pandai daripada dirinya, demikian tulis Hui Lan dalam bukunya.

Bertemu Wellington Koo

Di London, Bing Nio mendapat banyak teman karean dia pandai membuat roti yang enak dan lembut. Suatu hari, tetangga mereka, Marquess of Duferin dan isterinya datang, katanya karena tertarik dengan bau roti yang mampir ke rumah mereka.

Hui Lan menulis, Putri Alice dari Monaco (Mungkin neneknya Pangeran Rainer) juga pernah bertandang karena roti. Sejak itu antara ibunya dan Putri Alice terjalin hubungan akrab. Putri Alice juga sering memberi saran dan kerap mengenalkan Bing Nio dan Hui Lan dengan bangsawan-bangsawan Eropa.

Lalu ketika Tjong Lan dan suaminya pindah ke Paris, suatu ketika dia mengirim telegram pada Bing Nio untuk segera datang ke Paris. Ternyata, salah seorang anggota delegasi pemerintah Cina yang sedang mengadakan pembicaraan perihal perdamaian setelah Perang Dunia I, ingin berkenalan dengan Hui Lan, setelah melihat fotonya di rumah Tjong Lan.

Nama anggota delegasi itu Wellington Koo. Usianya baru 32 tahun dan berotak cerdas.

Wellington Koo adalah seorang duda yang ditinggal mati istrinya. Almarhumah isterinya tak lain adalah anak Jenderal Tang, salah satu petinggi di China dan terkenal.

Wellington Koo adalah wakil China di AS semacam duta besar jaman sekarang. Dia jebolan Columbia University. Dan sebagai kakak, Tjong Lan menganggap sosok Wellington Koo sepadan dengan Hui Lan jika dinikahkan. Ibunya, Bing Nio, juga setuju. Baginya Wellington Koo merupakan calon menantu idaman. Cerdas, berwibawa dan memiliki hubungan dengan tokoh-tokoh penting.

Hui Lan buta soal politik, sementara Wellington boleh dibilang tokoh yang dihormati di kalangan politisi.

Tapi Hui Lan memang terkesan dengan sosok Wellington Koo, karena dia mendapat fasilitas yang dibayari pemerintah Perancis. Padahal dirinya saja mesti keluar uang untuk membeli mobil dan membayar sopir. Tapi Wellington Koo tidak, semuanya ditanggung pemerintah Perancis selama dia sana sebagai tamu kehormatan.

Hui Lan semakin terkesan ketika mereka berdua pergi menonton opera dan mendapat bangku khusus yang sudah di-booking pemerintah Perancis. Ayahnya saja yang pebisnis sukses belum tentu dapat perlakuan khusus seperti itu.

Bagaimana kelanjutan kisah asmaranya  dengan Welington Koo?

Bersambung…

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33081

Untuk melihat Berita Indonesia / Khusus lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket