Boleh jadi lebih dari 50 tahun Nyonya Ulla, sapaan akrab Ulrike von Mengden (90), mencurahkan perhatiannya kepada orangutan (Pongo pygmaeus morio). Untuk itu, ia tak cukup sekadar merawat mereka, melainkan sampai tinggal di dalam kompleks Taman Marga Satwa (TMS) Ragunan, Jakarta Selatan. Mantan istri diplomat Jerman itu setiap hari menaiki mobil putihnya, mendatangi kandang-kandang orangutan, menyapa satu-satu sambil memberi makan. “Mereka ini ‘anak-anak’ saya,” katanya sambil memberi minuman kepada primata yang menjadi sumber kebahagiaannya.

Atas kebijaksanaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Ulla diizinkan tinggal di sebuah rumah di TMS Ragunan itu. Ia tak takut meski tengah malam hanya kesenyapan yang ada. Paling-paling yang terdengar hanya suara burung hantu atau ceracau orangutan dan auman harimau yang mengigau dalam tidur. Tetapi itulah realitanya. Di dekat sektor primata itulah, sebagai voluntir orangutan satu-satunya di Indonesia, ia mencurahkan tenaga dan kasih sayangnya menyelamatkan satwa yang terancam punah ini.

Setiap hari ia mengajak orangutan yang tinggal di kandang-kandang depan rumahnya bermain atau sekadar mandi sinar matahari. Untuk itu, sengaja di sisi kiri rumah dibuat taman bermain dengan ban mobil bekas digantung di pohon dan juga kayu-kayu disusun menjadi balok bertingkat. Dibantu tiga asisten, dari pukul 09.30 sampai 11.30, satwa khas Indonesia itu bermain, sekaligus bermanja. Dokter hewan TMS selalu datang, mendampinginya memantau kesehatan orangutan dan simpanse.

Jatuh cinta pada orangutan

Sejak 1950 Ulla tinggal di Indonesia ketika almarhum suaminya, seorang diplomat Jerman, ditempatkan di sini. Selesai sang suami bertugas, ia memutuskan untuk tetap tinggal di Indonesia, karena cintanya kepada orangutan dan simpanse.

“Ada sekitar 34 ekor orangutan tinggal di pekarangan rumah ini, dan sisanya tersebar di sejumlah kandang di TMS. Spesial untuk orangutan, saya cinta mereka seperti anak-anak sendiri,” tutur Ulla sambil menunjuk ke dadanya. Ia bicara dalam bahasa Indonesia yang lancar, namun aksen Jermannya tetap kental.

Layaknya seorang ibu mengurus anaknya, Ulla begitu telaten dan disiplin merawat orangutan. Ia sendiri yang menyusun jadwal keseharian. Bila waktunya makan, bermain dan beristirahat. Semua jadwal dipatuhi dengan cermat. Asisten yang membantu Ulla juga menyayangi satwa ini. Mereka bergaul karib dengan orangutannya.

Ulla juga menengok puluhan orangutan yang tersebar di beberapa kandang TMS setiap hari. “Ya, beginilah. Setiap hari saya dengan mobil mungil biru ini membawa oleh-oleh untuk anak-anak,” katanya, sambil mengecek jumlah pengki berisi sayur-mayur, roti dan buah potong yang dibawanya. Juga disiapkan botol-botol air mineral yang diisi madu, kadang susu atau sirup. “Mereka sudah diberi makan yang cukup oleh TMS. Tetapi mereka selalu menanti oleh-oleh dari saya. Yang ditunggu sebenarnya bukan makanan ini, tapi ingin menemui kita yang telah memperhatikan mereka”, kata Ulla.

Menarik sekali melihat polah orangutan. Jadi, begitu mobil diparkir dan Ulla turun mendatangi kandang, orangutan langsung menyambut gembira. Terlebih ketika suara tinggi Ulla, namun lirih memanggil, orangutan-orangutan itu pun langsung menyambut dengan suara yang riuh. Di kandang itu, terkadang ia menyuapi orangutan satu-satu sambil diajaknya berbincang. Meski usianya telah lanjut, Ulla tetap bersemangat dan ingatannya kuat. Ia ingat kandang mana si A sampai Z tidur. “Kadang bersenandung, Liebe..liebe..lichten…,” begitu katanya.

Saking tahunya semua orangutan di TMS, ia akan tahu bila salah seekor orangutan pindah kamar. Ia tak sungkan, langsung menanyakan kepada petugas yang berdinas di situ.

“Di mana Sisca dan anaknya? Kenapa tidak ditempatkan sesuai kandangnya?” tanyanya dengan nada agak keras, mungkin lebih tepatnya, panik. Sisca adalah salah satu orangutan yang tinggal bersama anaknya yang balita. Saat itu petugas menukar kandang Sisca dan Imlek, anaknya, agar tak jenuh. Menurut Ulla, itu tidak boleh dilakukan. Petugas pun mengembalikan Sisca ke kandangnya semula.

Seakan mendapat anak dan cucu sendiri

Berkali-kali Ulla menyatakan cintanya kepada orangutan. Ia bahagia bersama mereka. “Saya kasih itu cinta, waktu, apa-apa saja untuk binatang. Tujuh hari satu minggu,” kata Ulla. “Mulai pagi saya sudah ke kebun, mencari dedaunan dan ranting-ranting pohon buat mereka main. Mereka itu suka bermain-main dengan ranting-ranting pohon,” jelasnya.

Yang menarik, Ulla memperlakukan orangutan-orangutan ini seperti kepada anak-anaknya sendiri. Bermain bersama di taman, ngobrol dan membukakan tutup kemasan minuman. Dengan sabar ia meladeni dan menyuapi ‘anak’nya.
“Saya bahagia sekali kalau ada ‘anak saya’ yang melahirkan di sini,” ujar Ulla lagi. Ia mengambil foto album, lalu mengeluarkan satu foto berisi bayi-bayi orangutan. Lucu-lucu, bayi orangutan betina, memakai bandana (hiasan rambut) dan pampers.

“Mereka inilah kebahagiaan saya,”kata Ulla. “Mereka saya beri nama sesuai momen yang terjadi saat mereka lahir. Jadi, bisa ditemukan ada orangutan yang bernama Pascal karena lahir bertepatan dengan Paskah, lalu Imlek karena ia hadir ke dunia saat Tahun Baru Tionghoa. Atau juga ada yang disapa Vulkana, karena ketika itu meletus gunung Merapi. Juga ada bayi orangutan yang saya beri nama Obama, karena lahir bertepatan dengan terpilihnya Barrack Obama sebagai Presiden AS.

Bayi Obama itu tidur bersama ibunya di kandang di halaman samping rumah Ulla. Ia rutin meminumkan susu kepada ibu Obama agar air susunya banyak dan bisa memberi ‘ASI Eksklusif’. Begitulah metode perawatan Ulla untuk bayi orangutan. Jadi, seperti merawat manusia, bayi orangutan lebih bagus mendapatkan bayi dari induknya agar daya tahan tubuhnya lebih baik.

Ulla juga mengenal baik karakter orangutan yang dirawatnya. “Ini yang paling manis,” katanya, sambil menunjuk ke orangutan betina bernama Seima. Ia senang bermain dengan manusia, dan tiap kali ada yang datang, langsung menghampiri dan mencium tangan. “Menghadapi orangutan, kita harus tenang, tapi tetap waspada. Tidak boleh takut. Orangutan itu tenaganya sepuluh kali lebih kuat daripada manusia. Jadi, tetap harus waspada.” paparnya.

Dedikasi untuk Orangutan

Begitulah keseharian Ulla selama berpuluh tahun. Hidupnya didedikasikan sepenuhnya untuk orangutan. Untuk kiprahnya ini, memang tak terbantahkan. Uniknya, ia mengaku bahagia, dan tak terpikir untuk kembali ke negerinya. Cintanya tertambat pada orangutan di TMS Ragunan.

Tiada lain yang diinginkan Ulla untuk orangutan, kecuali bisa melihat mereka tinggal di kandang yang lebih luas, dilengkapi dengan sarana bermain. TMS Ragunan sudah merawat orangutan dengan sangat baik. Namun tak dipungkirinya kalau orangutan idealnya hidup bebas di hutan. Namun sayang, saat ini habitatnya telah banyak dirusak. Mereka tak bisa hidup nyaman di hutan. Dibutuhkan kepedulian kita bersama untuk menjaga agar ekosistem terjaga dan orangutan tidak punah.(1003)

Untuk share artike ini, Klik www.KabariNews.com/?52601

Untuk melihat artikel Kisah lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :