Berdasarkan pengalaman
mengurus visa di beberapa negara, urusan yang satu ini sebenarnya
kegiatan gampang-gampang susah. Tergantung ke negara mana kita hendak
berkunjung.
Pada dasarnya tujuan pembuatan visa sekadar masalah
tertib administrasi saja. Maksudnya, pihak negara yang akan dikunjungi
itu ingin agar semua tamunya terdata dengan baik. Namun, tidak semua
negara merasa nyaman dikunjungi (baca: tidak terlalu ‘welcome’ rumahnya
didatangi tamu). Sudah menjadi rahasia umum, negara yang paling
bersikap paranoid untuk urusan yang satu ini adalah Amerika Serikat.

Untuk itu saya mencoba berbagi cerita dan tips mengurus visa Amerika.

Dengan
alasan keamanan warga negaranya dan keamanan si pengunjung itu sendiri,
pemerintah Amerika Serikat memang sangat ketat dalam menyeleksi orang
yang boleh masuk dan yang tidak boleh. Walau alasannya sangat bagus,
namun tidak jarang masalah subyektivitas dalam menilai pemohon visa
sangat kental.

Coba saja berjenggot tebal dan panjang, berbaju gamis,
celana menggantung dan memegang tasbih, dijamin Anda akan mendapat
perhatian ekstra dan segudang pertanyaan untuk men-skak-mat Anda,
sehingga mereka punya alasan bahwa Anda tidak punya cukup alasan kuat
untuk datang ke Amerika Serikat. 

kabari kisah

Seperti halnya mengurus visa di
semua kedutaan besar negara-negara lain, pemohon harus memulai proses
dengan membuat jadwal interview. Untuk Amerika Serikat, permohonan
pembuatan janji jadwal interview bisa dilakukan lewat online di situs
Kedubes AS. Sebutkan nama lengkap dan nomor paspor Anda, sebutkan
tujuan utama/jenis visa yang ingin diperoleh (kunjungan wisata, sosial,
bisnis atau bahkan migran). Sebutkan pula hari/tanggal wawancara yang
Anda inginkan. Sepengetahuan saya, kapan pun tanggal yang anda minta
selalu di-amini, kecuali tanggal tersebut adalah hari libur (termasuk
hari libur nasional di Amerika Serikat).

Pada tanggal
tersebut, Anda diminta untuk datang pagi hari jam 07.00. Beberapa orang
malah sudah berdiri di tempat antrian sejak sebelum jam 6 pagi! Pintu
masuknya sendiri baru mulai dibuka pada pukul 08.00. Yang perlu
diingat, loket kasir tutup pukul 10.00. Sejak akhir tahun 2005,
pemerintah Amerika Serikat mengharuskan semua pemohon untuk menggunakan
formulir aplikasi pendaftaran elektronik (formulir DS-156) yang diisi
di situs web yang telah disediakan.

Cetak dan bawa formulir yang sudah
diisi dan mendapatkan barcode dari web ini ketika Anda hendak mengantri
di kedutaan. Tanpa membawa paspor dan formulir, Anda tidak akan
dilayani. Jangan lupa pula menyertakan pas foto berukuran 5×5. Ada
standar ukuran khusus yang telah ditetapkan. Jangan asal 5×5. Amannya,
katakan pada studio foto tempat anda hendak membuat pas foto, Di
Jakarta banyak studio yang paham. Apalagi di sekitar Jalan Sabang,
jelas-jelas mereka memajang tulisan “Terima pas foto visa U.S.”.

Mengantri

Antrian
pertama yang harus dilalui di depan ini adalah antrian untuk masuk ke
area ring terluar dari kedutaan. Selain akan diperiksa kelengkapan
dokumen standar dan diperiksa bahwa nama Anda benar-benar ada di dalam
daftar pemohon, tentunya barang bawaan Anda pun akan diperiksa. Demi
kenyamanan anda sendiri, sangat amat tidak disarankan membawa
barang-barang yang tidak perlu (termasuk jaket). Karena selain repot
membawanya, Anda pun akan berkali-kali melewati proses pemeriksaan.

Setelah
masuk ke dalam pagar, Anda akan bertemu lagi dengan antrian yang kedua.
Antrian ini menuju loket kasir, di mana Anda harus membayar uang
administrasi. Loket ini hanya menerima pembayaran dalam bentuk rupiah.
Per tahun 2008 terjadi kenaikan biaya menjadi USD 131 Diterima atau tidak diterimanya aplikasi visa anda, say goodbye to your money.
Kasir akan dengan riang gembira menerima uang Anda, tidak perduli
apakah formulir Anda lengkap atau tidak, benar semua atau masih ada
salah. Kasir akan memberikan nomor regu (panggilan interview akan
dilakukan secara berkelompok, beberapa orang sekaligus). 

Antrian
yang ketiga adalah antrian untuk memasuki ring yang lebih dalam lagi di
lingkungan kedutaan. Di sini Anda harus melewati metal detector. Semua barang elektronik harus ditinggalkan di meja security — tidak terkecuali flash disk!
Saya yang ketika itu menggunakan safety shoes standar lingkungan
pertambangan (yang di bagian depannya terdapat logam yang melindungi
bagian atas jari kaki) dipaksa melepas sepatu dan secara khusus
sepatunya melalui scanner.

Sesekali terlihat tentara
berseragam pakaian dinas lapangan lengkap berjalan mondar-mandir.
Benar-benar tentara bule, berseragam loreng gurun, berwajah tegang dan
dingin menyandang senjata otomatis dalam posisi standby.

Didalam,
Anda diminta menunggu nomor kelompok Anda dipanggil. Regu yang
dipanggil akan memasuki sebuah ruangan. Lagi-lagi antri lagi.
Duduk-duduk lagi. Di dalam terdapat beberapa loket kaca yang membatasi
antara pemohon dan peng-interview. Perhatikan di sini, jika si pemohon
mendapatkan kembali paspornya, itu artinya dia gagal. Jika yang
diterima adalah sepotong kertas putih, itu artinya dia hampir pasti
akan mendapatkan visanya.

Saat itu proses interview saya hanya sekitar 2-3 menit, bule cowok yang awalnya saya anggap begitu nice
karena sangat ramah mengajak saya bercakap-cakap, tanpa ada hujan atau
angin, tiba-tiba mengembalikan paspor saya dan bilang saya tidak punya
cukup alasan ke Amerika Serikat! masih dalam keadaan terbengong-bengong
karena tidak menyangka “keramahan” orang ini, dia segera bilang “next”.
Maksudnya, pemohon berikutnya diminta maju untuk di-eksekusi olehnya.

Faktor
yang saya anggap menjadi alasan buat dia adalah karena saya tidak bisa
menunjukkan paspor lama saya. Sebenarnya sebelum datang saya sudah
mencoba mencari di mana saya menaruh paspor lama tersebut. Tapi karena
saya tinggal di beberapa tempat –setidaknya di Jakarta dan Bandung–,
paspor lama ini tidak ketemu. Jadi ketika dia tanya mana paspor
lamanya, saya gampangkan saja dengan bilang diambil oleh kantor
imigrasi setempat ketika saya memperbaharui paspor.

Kenyataannya memang
hampir terjadi seperti itu. Tahun 2003 ketika saya memperpanjang paspor
di kantor imigrasi Lampung, petugasnya hendak mengambil paspor lama
saya. Tapi karena saya ingin memilikinya sebagai kenang-kenangan,
akhirnya dia minta paspor tersebut difotokopi dan kopinya ini
diserahkan. Bayangkan jika paspor lama ini tidak saya miliki. Mungkin
sampai kapan pun saya nggak akan pernah bisa mendapatkan visa Amerika
Serikat.

kabari kisah

Walau alasan tersebut juga sebenarnya saya anggap
mengada-ada (bisa jadi juga karena nama saya yang islami, sehingga
ditolak saja), yang paling membuat saya sakit hati adalah dia sama
sekali tidak menggubris bahwa saya sebenarnya mendapat undangan untuk
hadir di sebuah acara Microsoft yang dihadiri juga oleh Bill Gates!
Bagaimana mungkin bule itu bisa bilang saya tidak punya cukup alasan
tanpa dia melihat sedikit pun lembar kertas yang saya bawa. Yah,
bodohnya saya juga kagetan enggak nyangka bakal ditolak. Jadi
tidak sempat memaksa dia untuk melihat undangan yang saya miliki.
Jadilah, hari itu saya pulang dengan tangan hampa dan duit melayang.

Setelah
bertanya-tanya kiri dan kanan, salah satu faktor yang akan sangat
dipertimbangkan oleh mereka adalah “track record” perjalanan ke luar
negeri kita selama ini. Apakah Anda orang yang sering bepergian atau
tidak.

Salah satu ketakutan mereka adalah kita datang ke negaranya dan
kemudian tak ingin kembali lagi ke Indonesia!. Jadi, jika Anda tidak
pernah ke luar negeri, tiba-tiba hendak ke Amerika Serikat, tanpa ada
alasan yang sangat kuat (misal karena anda diundang oleh Gedung
Putih!), lupakan saja.

Perjalanan ke negara-negara
tetangga seperti Malaysia atau Singapura bisa dibilang tak masuk
hitungan. Jika Anda pernah bepergian ke Australia, Jepang atau
negara-negara kroni Amerika Serikat di Uni Eropa, ini baru merupakan
modal kuat untuk juga mendapatkan visa Amerika Serikat. Jika Anda malah
rajin berkunjung ke daerah “daftar hitam” seperti Afghanistan, Irak
atau Libya, bisa jadi seumur-umur Anda hanya akan lihat Amerika di
televisi atau bioskop.

Usaha kedua

Seminggu kemudian saya datang lagi.
Kali ini dengan amunisi lengkap dan telah mempelajari peta situasi
sebelum kembali ‘bertempur’. Bukan hanya membawa paspor lama yang jadi
kambing hitam pada proses sebelumnya, kali ini saya juga membawa semua print-out rekening koran dan buku tabungan yang saya miliki.

Bahkan
tagihan beberapa kartu kredit pun saya bawa, untuk menunjukkan berapa
limit kredit yang saya miliki. Dokumen-dokumen ini saya bawa karena
sebelumnya saya lihat ada yang bawa-bawa ijasah dan bahkan surat tanah
segala.

Yang tak kalah penting adalah surat jaminan dari kantor
bahwa Anda akan kembali (jika anda seorang pegawai). Kartu nama resmi
dari kantor juga sangat bermanfaat. Jika Anda pengusaha, tunjukkan
bahwa di negara ini anda masih punya banyak aset. Tidak mungkin tidak
kembali. Intinya adalah meyakinkan mereka bahwa kita pasti kembali.

Sepertinya memang terdapat sindrom gede-rasa alias ge-er,
bahwa kita akan terpesona di negerinya dan tak ingin pulang.

Walau
tidak bisa dipungkiri juga bahwa ada orang-orang yang sengaja datang ke
sana untuk mencari rejeki di tanah orang. Seperti halnya di Jakarta,
masalah tenaga kerja tanpa skill yang memadai merupakan beban bagi
Pemerintah.

Pada kesempatan interview kali ini, saya sudah
mempersiapkan diri bahwa saya-lah ‘play-maker” nya. Semua bahan
pembicaraan sudah saya hapalkan. Alur pembicaraan dan “bahan peraga”
berupa surat undangan, itenerary trips perjalanan yang akan saya
lakukan (ke mana saja), show off kemampuan finansial, dsb, mengalir dengan lancar bak seorang sales profesional yang tengah menjajakan barang dagangan.
Pas
kebetulan pula kali ini yang meng-interview adalah bule cewek cantik.

Pertanyaan pertama mengenai maksud dan tujuan ke Amerika segera saya
jawab dengan mantap. “I want to meet Bill Gates!“. Dia jawab, “Really?
He’s the richest and famous man“. Belum hilang kagetnya dia, saya terus
nyerocos sebagaimana skenario yang telah saya pikirkan malam harinya.
Sampai akhirnya dia menyerahkan secarik kertas dan bilang “Okay, come
back again at this date“.

Tips dan Trik

Selain dokumen-dokumen yang saya
sebutkan tadi, akan sangat berguna juga jika kita membawa serta tiket
pesawat pergi-pulang. Ini untuk membuktikan bahwa kita pasti pulang.
Jelas karena ada tiket perjalanan kembali. Anda juga harus tahu dengan
pasti, akan tinggal di mana (jika di hotel, sebutkan nama dan alamatnya
juga). Akan lebih baik jika ada contact person warga Amerika
di sana yang bisa dihubungi.

Jika perjalanan Anda ke Amerika Serikat
adalah kunjungan wisata, sangat disarankan agar Anda berkunjung dengan
menggunakan paket wisata yang disediakan oleh jasa agen perjalanan.
Biarkan agen perjalanan yang menguruskan visa Anda.

Walau
sepertinya kemampuan finansial Anda akan sangat berpengaruh terhadap
status diterima atau tidaknya permohonan visa Anda, tapi saya melihat
dengan mata kepala sendiri, di loket sebelah kiri saya, seorang ibu
berpenampilan borjuis yang juga membawa-bawa buku tabungannya ketika
di-interview tapi tetap ditolak. Entah karena apa.

Padahal si ibu sudah
bilang bahwa dia hendak menjenguk anaknya di sana. Walau juga ada
dugaan masalah nama yang islami bisa menjadi batu sandungan, tapi di
loket sebelah kanan saya ada keluarga kecil yang terdiri dari sepasang
suami istri dan dua orang anak yang masih balita ber-etnis tionghoa
yang juga membawa-bawa tiket masuk ke Disneyland dan travel itenerary
di beberapa kota di pantai barat Amerika Serikat, juga ditolak
mentah-mentah.

Yang saya dengar, bule yang meng-interview nya sempat
menyebut-nyebut bahwa si pria tionghoa ini pernah juga ditolak 2x
beberapa tahun sebelumnya. Entah karena apa, sepertinya kutukan atas
dia belum lepas juga.
Proses normalnya berjalan sekitar 2 minggu.
Artinya, sejak hari Anda melakukan interview untuk permohonan visa
sampai dengan visa tersebut bisa diambil memakan waktu 2 minggu. Jadi,
jangan harap bisa pergi mendadak, kecuali Anda telah memiliki visa yang
masih valid.

Untuk alasan kenyamanan pribadi, jangan lupa pula
kembali membawa serta beberapa dokumen yang penting (kali ini tidak
perlu semua) seperti travel itenerary, voucher hotel, surat undangan
(jika datang untuk keperluan bisnis), kartu nama dan uang dollar dalam
jumlah memadai harus ada di tangan anda.

Sebagai orang yang
berasal dari Indonesia, hampir pasti Anda akan ‘diculik’ untuk
mendapatkan ‘kelas’ interogasi khusus bagi pendatang dari negara-negara
tertentu setibanya di Amerika Serikat.
“Welcome to United States of America!”(foto dan teks: rahmat zikri)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?32732

Untuk melihat Berita Indonesia / Kisah lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket